Makna Cinta Menurut Islam

Makna Cinta Menurut Islam

Ada ungkapan nan entah dari siapa asalnya, bahwa semakin bertambah usia seseorang, akan semakin menemukan makna cinta nan sesungguhnya. Tapi tentu saja bukan berarti seorang anak ingusan tidak selamanya terlibat cinta monyet. Tak sedikit seorang remaja belasan nan telah menemukan makna cinta nan dalam. Makna cinta tidak selamanya diartikan sebagai gejolak perasaan seseorang. Makna cinta jauh lebih tinggi dari itu.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dibuat tercengang dengan aktualisasi diri atau perwujudan rasa cinta seorang anak baik kepada sesama maupun kepada orang nan lebih tua, nan tidak pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya.

Bahkan wujud aktualisasi diri seorang anak sering kita temukan pula tak terbatas kepada sesama, tapi dapat kepada makhluk lain baik dalam wujud binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Inilah barangkali sebagai aktualisasi diri dari makna cinta nan tulus tanpa pamrih.

Arti kata cinta sering diterjemahkan dari kata love dalam bahasa Inggris. Padahal makna cinta tidak hanya sesederhana itu. Makna cinta diartikan sebagai sebuah makna nan mengandung perasaan rumit, abstrak, dan sulit diterjemahkan tapi tentu saja dapat dilihat implikasinya dan nilai rasanya.

Hal ini kenapa ada nan beranggapan bahwa makna cinta akan berbeda dan berubah mengiringi perubahan keadaan dan waktu nan mengikat seseorang, termasuk di dalamnya ialah perubahan usia nan membuat seseorang menjadi lebih dewasa. Kedewasaan - terutama pikiran dan emosi - akan membedakan dalam mengekspresikan makna cinta ini.



Implikasi Makna Cinta

Sekalipun sulit memperoleh definisi makna cinta secara komprehensif atau setidaknya nan lebih mendekati, tapi dalam kehidupan sehari-hari akan dengan gampang melihat dan atau merasakan akibat dari makna cinta ini.

Makna cinta dapat dilihat atau dirasakan wujudnya ketika menunjukkan perasaanya kepada keluarga, kepada pasangannya dalam aktualisasi diri asmara, kepada teman, kepada diri sendiri, kepada konsep tertentu, makna cinta terhadap bangsa dan negara berupa sikap nasionalisme dan patriotisme. Tentu saja nan paling luhur dari semua itu ialah makna cinta terhadap agamanya.

Karena kecintaan kepada agama inilah nan akan menginspirasi serta memotivasi seseorang mewujudkan makna cinta kepada sesama. Bahkan cinta sebab agama ialah sesuatu nan semestinya tak dapat dipisahkan oleh sesama manusia. Sungguh cinta kepada Allah Swt., Sang Pencipta, ialah setinggi-tingginya wujud cinta.

Tak dapat dipungkiri bahwa makna cinta nan dangkal dan menjadi bagian dari aktualisasi diri anak muda ialah sebuah perasaan atau kondisi saat ia berada dalam suasana kontradiktif. Makna cinta diartikan sebagai gejolak (amor) nan muncul menderas dan meluap-luap baik sebab dorongan asmara kepada sesama maupun kepada hal-hal nan dinilainya akan menjadi bagian dari aktualisasi diri pribadi atau buat menunjukkan siapa sebenarnya “aku ini”.

Lebih sederhana dari itu, makna cinta diartikan sebagai letupan perasaan kepada versus jenis, nan sering kali membuat hati berdegup kencang tidak beraturan, merasa kangen buat berjumpa dan kehabisan kata-kata ketika berjumpa atau sering diistilahkan dengan cinta monyet.

Makna cinta dalam kondisi ini sering pula menjadikan seorang remaja dapat tersenyum tapi hatinya terluka, kelihatan tiba-tiba menangis tapi hatinya justru sedang berbunga-bunga, dan kondisi-kondisi lainnya.

Makna cinta mendapat porsi dan berbeda dari masing-masing kultur, bangsa dan rasa manusia sehingga dalam mengekspresikan makna cinta terlihat dari nan sangat antik sampai kepada hal-hal nan dinilainya modern.

Namun menurut Erich Fromm, makna cinta setidaknya harus berlandaskan kepada empat hal, yakni perasaan, tanggung jawab, saling menghormati, dan perhatian. Keempat landasan tersebut dalam mengeksperesikan makna cinta harus muncul dalam kombinasi nan seimbang. Sehingga menurutnya ialah sebuah omong kosong ketika seseorang mengatakan mencintai seseorang tapi samasekali tak memberikan perhatian dan ikut bertanggung jawab pada keselamatan dan kebaikan orang nan dicintainya tersebut.

Menjadi hal aneh ketika seseorang telah merasa menemukan makna cinta nan sesungguhnya, tapi ketika dalam sehari-hari atau dalam kehidupan berumah tangga misalnya masih saja terjadi kekerasan dalam rumah tangga baik secara fisik maupun verbal.

Berdasarkan kepada strata dan wujud aktualisasi diri nan berbeda dalam mengartikan makna cinta, dalam literatur Barat kemudian dikenal beberapa jenis cinta. Namun, secara generik dalam hal-hal nan paling fundamental ketika seseorang mengekspresikan dari makna cinta ialah munculnya saling pengertian tanpa bermaksud buat saling memanfaatkan.

Unsur nan sering ada dalam mewujudkan makna cinta ialah munculnya kasih sayang. Tentu saja rasa afeksi ini jangan diartikan sempit hanya merupakan atau aktualisasi diri letupan jiwa dan syahwat semata-mata. Afeksi nan keluar dari kemengertian tentang makna cinta, pada akhirnya justru harus berlandaskan pada saling menghargai.

Unsur lain dalam mengekspresikan makna cinta ialah saling menguntungkan, berbagi secara emosi dan rasa, mengabadikan cinta dan tekad nan kuat dalam suatu bentuk interaksi eksklusif baik dalam rumah tangga, interaksi sosial berupa pertemanan dan rekanan lainnya. Dengan demikian aktualisasi diri cinta nan cenderung egois atau ingin saling memanfaatkan antara sesama, menjadi hal nan semestinya dijauhi.



Makna Cinta Menurut Islam

Dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 165 dengan tegas Allah Swt. menjelaskan, nan artinya bahwa walaupun demikian ada juga di antara manusia nan mengambil selain dari pada Allah Swt. buat menjadi sekutu-sekutu Allah Swt., mereka mencintainya, memuja dan menaatinya sebagaimana mereka mencinta Allah Swt., sedang orang-orang nan beriman itu lebih cinta dan taat kepada Allah Swt..

Dengan demikian, makna cinta dalam pandangan ialah mencurahkan segala perasaan dan perhatian hanya kepada Allah Swt.. Dalam pandangan Islam, seseorang boleh saja mencinta dengan seluruh syarat seperti dikemukakan Erich Fromm, namun segala perhatian dan perasaannya kepada sesama itu jangan sampai melebihi cintanya kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.

Islam telah membimbing umatnya dengan patokan-patokan eksklusif dalam mewujudkan dan mengekspresikan makna cinta tersebut. Hasil akhirnya nan dikehendaki Islam bagi seseorang nan mewujudkan atau mengekspresikan makna cinta dalam kehidupan sehari-harinya ialah bagaimana ia meraih rasa damai, tenang, dan aman.

Dengan demikian, mengekspresikan makna cinta harus mengikuti segala fitrah nan telah disediakan Allah Swt. tanpa mencemarinya dengan nafsu syahwat.

Ada beberapa strata dalam mewujudkan atau mengekspresikan makna cinta dalam pandangan Islam. Strata nan paling primer tentu saja cinta kepada Allah Swt. seperti nan telah dijelaskan sebelumnya. Segala wujud cinta dari seorang manusia ialah segalanya berpulang kepada Allah Swt.. Inilah hakikat dari makna cinta.

Tingkatan kedua setelah mencintai Allah Swt. ialah mencinta Rasulullah saw dan para sahabatnya. Ini ialah makna cinta nan hakiki setelah mencintai Allah., kemudian mencintai sebab Allah Swt. dan mencintai orang-orang nan selalu memperjuangkan agama Allah Swt. dan dengan sendirinya ada di jalan Allah Swt..

Setelah mengekspresikan dan mewujudkan rasa cinta kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, seorang mukmin barulah akan mewujudkan cinta kepada sesama. Inilah nan akan menjadi tonggak atau dasar bagaimana mewujudkan dan menjalin persaudaraan. Tapi tak seperti dalam mengekspresikan makna cinta nan tak didasari agama, perasaan cinta kepada sesama ini tetap dalam dosis tak melebihi rasa cinta kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.

Ketika agama menjadi dasar maka menjadi aneh dan galat jika ada orang nan mengumbar kata-kata cinta, merasakan telah pandai mengekspresikan dan mewujudkan rasa cinta tapi dalam kehidupan sehari-harinya ia justru mengerdilkan makna cinta nan hakiki.