Venus Dewi Cinta - Loka Kediaman Esensi Nabi Yusuf

Venus Dewi Cinta - Loka Kediaman Esensi Nabi Yusuf

Semua orang tentu mengenal nama Venus sebagai dewi cinta . Venus sang dewi cinta, terdapat dalam mitologi Romawi. Namanya kemudian diabadikan buat menyebut sebuah planet nan selalu tampak ketika fajar sudah menyingsing. Ya, nama Venus sang dewi cinta sudah lekat sekali dengan planet kedua dalam tata surya kita.

Yang menarik, nama sang dewi cinta tersebut dilekatkan pada planet Venus sebab faktor sejarah global nan saat ini dikuasai oleh orang Barat; nan membawa konsep pengetahuan dan nama-nama benda langit berasal dari mitologi Yunani dan Romawi, sebagai peradaban terbesar di Eropa. Sebenarnya, di luar nama Venus si dewi cinta, planet Venus juga dilekati oleh nama-nama lain, mulai dari Afrika hingga Islam.



Venus dan Aphrodite Satu Dewi Cinta Berbeda Nama

Dalam mitologi Yunani (yang lebih dahulu daripada Romawi), Venus sang dewi cinta diberi nama Aphrodite nan berasal dari kata aphro (buih nan naik). Nama ini sendiri menandakan kelahiran Aphrodite. Ia memang dikisahkan tercipta dari buih lautan. Namun, ada pula nan menyebutkan bahwa Aphrodite lahir bukan dari buih, melainkan dari alat vital Uranus.

Tentunya, bukan berarti Aphrodite memang lahir dari bentuk seperti ini. Baik teori kelahiran Aphrodite dari buih maupun alat vital Uranus, ini hanyalah lambang bahwa dewi cinta lahir dari unsur-unsur alam.

Meskipun menjadi dewi cinta, Aphrodite mengalami nasib nan cukup malang urusan percintaan. Kecantikannya membuat sang dewi cinta diperebutkan oleh para dewa-dewa Yunani. Saat itu, Zeus memutuskan agar Aphrodite menikah dengan Hephaestus. Dari pernikahan ini, lahirlah Eros, dewa asmara.

Dalam hal ini lagi-lagi kita harus menggunakan kacamata nan lebih luas. Penggunaan istilah pernikahan Aphrodite-Hephaestus bukanlah berarti pernikahan dewi cinta nan sesungguhnya, melainkan simbol bahwa dari cinta, lahirlah eros, asmara nan menyala-nyala.

Perjalanan Aphrodite sang dewi cinta tidak semulus namanya. Keunikannya sebagai dewi cinta justru membuatnya hayati dalam nestapa oleh cinta. Aphrodite berselingkuh dengan Ares sang dewa perang. Dari interaksi dengan Ares, Aphrodite melahirkan Deimos, Phobos (lelaki), dan Harmonia (perempuan). Deimos dan Phobos tertular sifat ayah mereka nan selalu membawa "bendera perang" ke mana pun berada.

Deimos (putra dewi cinta) ialah dewa ketakutan, ancaman, dan kengerian. Sementara, Phobos ialah dewa kericuhan dan perkelahian. Setiap kali sang Ayah Ares berangkat, mereka akan mengemudikan kereta kuda Ares. Namun, lagi-lagi kita tak dapat menerjemahkan Deimos dan Phobos dalam paradigma orang zaman modern nan membatasi imajinasi.

Seperti halnya dewa-dewa lain, Deimos dan Phobos hanyalah perbandingan atau tamsilan dari sifat dasar manusia jika Cinta (Aphrodite) dicampurkan dengan Nafsu Menguasai (Perang), sehingga anak sang dewi cinta dengan nafsu menguasai ini ialah lambang ketakutan manusia akan kehilangan cinta.



Venus Dewi Cinta - Perbandingan Nama Kileken dari Suku Masai

Suku Masai dari Afrika memiliki panggilan tersendiri buat Planet Venus. Kalau orang Barat menamainya Venus sang dewi cinta, Suku Masai menyebut Venus sebagai Kileken. Kileken ialah seorang bocah kecil nan turun ke Bumi. Suatu ketika ia bersua dengan seorang peternak nan telah begitu tua.

Kileken (dewi cinta versi Suku Masai) menggembalakan hewan-hewan ternak sang tua dengan syarat ia tak boleh mencari misteri tentang asal mulanya. Namun, Pak Tua itu tak mampu menahan gejolak rasa penasaran. Darimana anak kecil ini datang? Akhirnya, tidak tahan lagi, Pak Tua melanggar sumpah: ia mengintip Kileken. Bocah kecil ini segera lenyap menjadi cahaya terang nan muncul pada pagi dan senja hari; menjadi layaknya Venus sang dewi cinta.

Namun, ada versi lain tentang nama Kileken. Ketika Suku Masai berdialog dengan suku-suku lain, muncul ide bahwa sejatinya Venus (dewi cinta) atau "Kileken" ialah dua bentuk nan berbeda. Maka, disepakatilah bahwa bintang pagi ialah Kileken sementara bintang senja ialah Leken.

Yang unik, ada kepercayaan bahwa Kileken begitu spesial. Andai ada para lelaki nan tengah berburu sepanjang malam, dan belum pulang ketika dewi cinta ini muncul, maka para wanita akan berdoa agar mereka selamat. Dalam hal ini, Kileken dapat dikatakan sebagai tanda pergantian waktu sekaligus "ancaman tersirat" bagi kebanyakan para wanita suku Masai; jauh berbeda dari Venus sang dewi cinta .



Venus Dewi Cinta - Loka Kediaman Esensi Nabi Yusuf

Yang tidak kalah unik ialah pembahasan tentang dewi cinta menurut Ibnu Arabi, seorang syekh sufi terkenal nan mampu menyingkap misteri demi misteri gaib. Ibnu Arabi dikenal sebagai sosok kontroversial nan pemikirannya tak mampu dijangkau orang awam. Alhasil, ia sering dicibir atau dianggap sesat oleh orang-orang tersebut, entah muslim atau bukan.

Dalam interaksi dengan Venus (dewi cinta), Ibnu Arabi menggambarkan dengan apik bahwa semua benda langit nan diketahui pada masanya (Matahari, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Bulan) secara tepat melambangkan hari-hari dalam seminggu. Matahari ialah lambang hari Ahad. Bulan ialah lambang hari Senin. Mars ialah lambang hari Selasa. Merkurius lambang Rabu. Jupiter lambang Kamis. Venus lambang Jumat, dan terakhir Saturnus Sabtu.

Menarik jika kita juga menyadari bahwa setiap nama hari dan nama planet dipasangkan dengan salah satu esensi nama nabi. Venus (dewi cinta), nan dalam bahasa Arab disebut Zuhrah, memiliki esensi Nabi Yusuf.

Venus (dewi cinta) sendiri mewakili nama Allah Al-Musawwir (Maha Pemberi Bentuk). Kebetulan ada hal unik. Masyarakat Arab pra-Islam menyebutkan hari Jumat nan bertalian dengan Venus dengan sebutan hari 'Uruba (Hari Keindahan). Esensi Nabi Yusuf nan menjadi lelaki tertampan di global juga mengindikasikan interaksi Jumat-Venus (dewi cinta dalam mitologi Yunani)-Yusuf.

Barulah ketika Islam datang, nama 'Uruba (berkaitan dengan dewi cinta) berubah menjadi Jumat. Namun, bukan berarti esensi estetika hari Jumat ini hilang. Perhatikanlah, semua nama-nama hari dalam bahasa Arab berkaitan dengan urutan angka. Ahad (satu) ialah Minggu, Itsnain ialah Selasa, dan seterusnya.

Namun, Jumat sebagai hari keenam tak disebut sinkron nama angkanya. Jumat berarti hari berkumpul. Kisah Nabi Yusuf nan berkumpul kembali dengan saudara-saudara beliau setelah diperangkap ke dalam sumur juga menampilkan esensi ini. Selain itu, hari Jumat ialah hari diciptakannya manusia (Adam). Dewi cinta bernaung di hari Jum'at.

Dalam hal ini, menurut Ibnu Arabi, diciptakannya Adam ialah bentuk cinta kasih Allah dalam menggabungkan empiris sejati (Al-Haqq, Allah) dengan manusia (al-insan). Hari Jumat sendiri diagungkan oleh semua umat Islam. Pada hari inilah kita menunaikan ibadah shalat jumat, sebelumnya berkumpul di masjid dan mendengarkan khutbah. Cinta nan dimiliki oleh hari Jum'at secara esensi memiliki interaksi dengan dewi cinta.

Jumat menjadi hari terpenting dalam sejarah umat Islam: selain Nabi Adam nan diciptakan pada hari tersebut, beliau juga masuk surga pada hari Jumat, diturunkan dari surga pada hari nan sama, dan Kiamat akan terjadi pada hari Jumat pula. Planet Venus (dewi cinta) nan mengandung esensi Nabi Yusuf (dalam bahasa Ibnu Arabi, Venus menjadi loka bersemayam Yusuf) nan penuh keindahan, menaungi kekuatan hari Jumat sebagai hari terbesar dalam sejarah Islam sekaligus menjadi penghulu hari-hari dalam seminggu.

Dalam hal ini, Venus tak dilihat sebagai dewi cinta nan cantik lagi. Lebih dari sekadar dewi cinta nan cantik dan kehidupannya malang, Venus ialah lambang ketampanan Nabi Yusuf dan keutamaan hari Jumat.