Belajar Merajut

Belajar Merajut

Merajut kini banyak digandrungi orang. Pemandangan ibu-ibu atau nenek merajut kini tergantikan dengan wanita-wanita muda nan belajar merajut. Bahkan tak sedikit kaum pria nan tertarik menggeluti hobi ini.

Kalau Anda seorang pemula nan baru belajar merajut maka pilihlah jenis rajutan buat pemula . Misalnya dengan menggunakan pola rajutan nan sederhana dan ringkas. Pola sederhana seperti ini biasanya tak banyak lekukan, tapi didominasi pola lurus.

Selain itu hindari membuat benda-benda rajutan berukuran besar seperti taplak meja. Membuat kerajinan rajut berukuran besar dan berpola rumit dapat menimbulkan kebosanan dan mematikan semangat Anda belajar merajut. Untuk termin awal rajutan buat pemula sebaiknya membuat benda-benda kecil seperti bando, gelang atau ikat kepala.



Sejarah Singkat Rajutan buat Pemula

Merajut pertama kali dilakukan oleh kaum pria di Jazirah Arab, Timur Tengah. Tujuannya buat membuat permadani nan diperdagangkan oleh para pedagang Arab. Keterampilan merajut berikut hasil akhirnya yaitu permadani kemudian disebar ke berbagai belahan dunia.

Di Asia mula-mula dikenal di daerah Tibet. Di Eropa mulai dikenal di Spanyol kemudian ke daerah pelabuhan di wilayah Mediterania. Kemudian oleh bangsa Spanyol, keterampilan merajut kemudian menyebar ke wilayah Eropa lainnya. Lambat laun sebab ada kolonisasi Eropa di berbagai wilayah dunia, keterampilan ini menyebar hingga ke Amerika, Afrika, dan Asia.

Merajut dan merenda disebarluaskan di Indonesia oleh bangsa Belanda, sehingga lebih sering dikenal dengan istilah hakken (merenda) dan breien (merajut). Saat ini kegiatan merajut, nan tadinya pekerjaan kaum pria, banyak diminati kaum wanita.



Manfaat Merajut

Selain dapat menghasilkan benda bernilai seni dan unik, keterampilan merajut juga memiliki kegunaan lain. Merajut bisa melatih kesabaran. Anda dapat membayangkan helaian benang demi benang nan dirajut hingga menghasilkan sesuatu nan unik dan menarik.

Menggunakan barang hasil rajutan sendiri juga mendatangkan kepuasan tersendiri bagi para hobiis rajutan. Demikian pula jika hasil rajutan tersebut dihadiahkan pada kerabat atau keluarga. Tentu rasanya bahagia melihat orang lain menggunakan hasil rajutan Anda.

Selain itu barang hasil keterampilan rajut juga laku dijual. Itu sebab sifatnya nan handmade dan tentu saja sulit menemukan kesamaannya dengan produk nan digunakan orang lain. Bandingkan dengan produk protesis pabrik nan dibuat massal.



Belajar Merajut

Kalau Anda seorang pemula dan ingin belajar rajutan buat pemula, tentu Anda bertanya dimana loka buat belajar merajut. Ada beberapa loka nan bisa Anda gunakan buat menggali ilmu merajut.

  1. Bertanya pada teman atau kerabat nan dapat merajut. Mereka biasanya akan dengan bahagia hati mengajarkan cara merajut.
  1. Mengikuti kursus ketrampilan merajut baik itu nan berbayar maupun nan gratis. Beberapa majalah wanita atau serikat eksklusif sering membuka kelas spesifik belajar merajut.
  1. Bertanya pada toko benang rajut. Beberapa toko kerajinan nan menjual benang rajut juga akan mengajarkan Anda merajut. Syaratnya Anda harus membeli benang dari toko tersebut.
  1. Mengikuti komunitas merajut. Di beberapa kota tertentu, terdapat komunitas merajut. Di Bandung, Tobucil (Toko buku Kecil) menyediakan waktu buat komunitas merajut berkumpul di loka mereka. Dari komunitas seperti ini, Anda dapat menambah ilmu rajutan buat pemula

Salah satu cara belajar rajutan buat pemula ialah dengan mencari surat keterangan baik di Internet maupun buku. Anda bisa melihat pedoman cara merajut dan contoh berbagai pola rajutan.

Kebanyakan buku surat keterangan nan membahas tentang merajut dan merenda ditulis dalam bahasa Inggris, Mandarin atau Jepang. Karena di negara-negara tersebutlah keterampilan merajut dan merenda telah lebih mendarah daging. Selain itu di negara-negara tersebut telah banyak praktisi merajut dan merenda.

Di Indonesia telah terbentuk komunitas penghobi merajut dan merenda. Jika Anda tertarik, Anda bisa bergabung di komunitas tersebut, nan didirikan pada bulan Juni 2006 dan sampai akhir tahun 2008 telah memiliki anggota sekitar 800 orang nan tersebar di berbagai penjuru Indonesia, Asia, Australia, Amerika dan Eropa.



Merajut Untung dari Rajutan

Berbicara tentang kerajinan memang tak akan pernah ada habisnya. Hampir setiap hari muncul ide ciptaan baru dari para pengrajin, dengan berbagai bentuk dan bahan nan digunakan. Dari mulai bahan nan murah dan mudah didapatkan hingga bahan nan tergolong mahal pun bisa dikreasikan menjadi kerajinan baru nan menarik.

Salah satu kerajinan nan menggunakan bahan murah dan mudah ditemukan di sekitar kita ialah kerajinan rajut. Kerajinan ini hanya membutuhkan ketrampilan, benang rajut serta jarum rajut nan biasa disebut hakken .

Kerajinan rajut biasanya digemari oleh para wanita, khususnya para ibu-ibu. Padahal sebenarnya menurut sejarahnya, budaya kerajinan rajut pada awalnya dilakukan oleh para pria di Timur Tengah (tepatnya dari Jazirah Arab).

Namun kerajinan rajut nan ada di Indonesia dikenalkan oleh orang-orang Belanda, sebab kerajinan rajut tersebar lebih dulu ke kawasan Eropa sebelum masuk ke Asia. Di Negara Indonesia, kerajinan ini banyak diminati kaum wanita. Maka tidak heran jika kini banyak wanita nan telah berhasil membuka usaha kerajinan rajut, hanya bermula dari hoby mereka.

Kerajinan rajut cenderung digemari oleh para wanita, khususnya ibu-ibu. Namun seiring dengan perkembangan mode saat ini, kerajinan rajut juga mulai digemari para remaja putri, bahkan saat ini produk buat anak-anak dan para pria pun banyak nan terbuat dari kerajinan rajut.



Inspirasi Sukses Pengrajin Rajutan

Siapa sangka bila tas rajut dengan merek “Dowa” protesis Godean, Yogyakarta sukses menembus pasar internasional hingga daratan Eropa dan Amerika. Seorang wanita bernama Delia Murwihartini ialah sosok dibalik kesuksesan tas lokal ini masuk ke pasar global.

Memulai usahanya pada tahun 1989, ibu dua anak ini hanya bermodalkan gunting, jarum, dan mesin jahit buat memproduksi tas rajut. Setiap minggunya kurang lebih 10 hingga 15 tas sukses diproduksi Delia, dan dipasarkannya secara langsung dari satu wisma ke wisma lainnya di sekitar kampung Prawirotaman, Yogyakarta.

Melihat produk protesis Delia nan sangat unik dan orisinil protesis tangan, respon para konsumen khususnya turis dari luar negeri pun cukup bagus. Bahkan ada salah seorang turis asing dari Swedia nan memesan tas hingga US$ 6000 dalam sebulan, dan Delia mendapatkan laba 40% dari harga jual tas nan ditawarkan. Momentum inilah nan membuat alumni lulusan UGM ini semakin konfiden bila produk buatannya cukup potensial buat dipasarkan di pasar internasional.

Setelah sukses mengerjakan pesanan tas dari turis Swedia, pada tahun 1990 Delia mencoba masuk ke pasar Eropa dengan mendatangi Departemen Perdagangan buat memperoleh data calon konsumen nan bisa Ia bidik. Bermodalkan data calon konsumen nan Ia peroleh, Delia mulai menjaring konsumen dengan cara mengirimkan katalog produknya atau datang langsung ke calon konsumen nan ada di Eropa buat mempresentasikan produk tas buatannya.

Kerja keras wanita kelahiran 18 Mei 1961 ini ternyata tak sia-sia, sepulangnya Delia ke Indonesia banyak orderan nan mulai berdatangan. Hingga akhirnya pada tahun 1994 Ia mendirikan sebuah pabrik guna memenuhi semua permintaan konsumen.

Keberhasilan Delia memasarkan produk tas buatannya di pasar Eropa ternyata belum membuat wanita cantik ini merasa puas. Selanjutnya dengan cara nan sama Ia mulai mencoba masuk di pasar Amerika, dan ternyata respon konsumen sangatlah bagus.

Bahkan Delia mendapatkan partner bisnis di Amerika, dan memutuskan buat mematenkan produk tas buatannya dengan merek The Sak pada tahun 1998. Tidak berhenti disitu saja, pada tahun nan sama Delia juga mematenkan produk tasnya di pasar Eropa dengan merek The Read’s.

Sedangkan buat pasar dalam negeri, Delia mematenkan produk tasnya dengan merek Dowa nan diambil dari bahasa Sansekerta dan memiliki arti doa. Karena berkat doalah, Delia mampu melewati segala kesulitan dalam membangun bisnis hingga sukses mencapai puncak kesuksesannya.

Kini dengan merek The Sak, produk tas Delia sukses terpajang di Fifth Avenue, New York, dan beredar luas di pasaran Eropa di bawah bendera The Read’s. Berkat doa dan kerja keras Delia nan merintis usahanya dari nol, kini tas Dowa orisinil Godean dapat eksis di pasar internasional dengan majemuk merek nan telah dipatenkan.

Semoga kisah berhasil tas dowa menembus pasar internasionalini, bisa memberikan inspirasi bagi para pembaca bahwa segala sesuatu nan dimulai dari nol bukan berarti hasilnya juga nol. Kisah pengusaha nan berhasil seperti Delia menjadi salah satu bukti konkret bahwa kesuksesan bisa dimulai dari nan paling kecil, dimulai dari nan paling mudah, dan dimulai dari sekarang.