Layar Besar di Depan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Layar Besar di Depan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Kalau anda hendak ke Lembang, Tangkuban Perahu, dan wilayah Bandung Utara lainnya melewati Jalan Setiabudi, maka anda akan melihat sebuah perguruan tinggi nan dulu bernama IKIP Bandung. Perguruan tinggi itu bernama Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Karena letaknya ada di Kota Bandung maka sebagian masih harus tetap mencantumkan nama Bandung ketika menyebut Universitas Pendidikan Indonesia Bandung .

Dari arah Kota Bandung melewati Jalan Setiabudi ke Lembang, maka letak Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini ada di sebelah kiri. Sementara jika dari arah utara Bandung, maka Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ada di sebelah kanan.

Letaknya nan strategis membuat dengan mudah menemukan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung bagi siapa saja nan hendak mencarinya. Apalagi dari arah bawah Kota Bandung, lurus saja setelah melewati Gegerkalong Hilir dan Gegerkalong Girang Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ada di sebelah kiri. Jalan nan lurus 'mentok' di belokan dan sebuah gedung bersejarah akan terlihat dengan jelas.

Gedung Isola namanya, yaitu sebuah gedung nan bersejarah nan dibangun oleh Dominique Willem Berrety, seorang Hartawan Belanda pendiri kantor Warta ANETA pada 1933. Mulanya digunakan sebagai loka tinggal. Berrety dan keluarga. Cetak biru Gedung Isola ini dikerjakan oleh Prof. Charles Prosper Wolf Schomaker, seorang mahaguru di THS Bandung, mantan dosen Soekarno, dan arsitek ternama sebelum masa perang global II.

Gedung Isola ini kemudian jatuh ke tangan Jepang, dan pernah dihuni oleh Jenderal Hitoshi Imamura ketika akan melakukan pemindahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang di Kalijati Subang pada 8 Maret 1942. Gedung Isola ini kemudian menjadi ruang rektorat Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Gedung ini pula menjadi kebanggaan para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.



Taman Isola Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Salah satu hal nan menarik selain gedungnya ialah tamannya, ialah Taman isola ialah loka menarik nan aku sebut sebagai salah satu taman kota di Bandung. Menariknya juga sebab fungsinya beragam, dapat menjadi loka rekreasi, olah raga, kegiatan-kegiatan dan estetika. Fungsi lainnya nan tak kalah krusial ialah penyerap CO2 (karbondioksida). Dalam ilmu biologi diterangkan proses fotosintesis, menyerap CO2 dan melepas O2 (oksigen).

Hakikatnya O2 nan dihirup manusia salahsatunya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan, tentu saja menjadi sangat krusial di sebuah Taman Kota. Apalah artinya taman kota jika tak ada pepohonan. Gersang dan hanya sebuah ruang terbuka nan begitu saja adanya. Pepohonan membuat teduh, udara menjadi sejuk dan suara bising kendaraan dapat diminimalisasi.

Sangat bahagia berada di Taman Isola Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini, selain membaca buku juga menyerap udara nan terasa bersih. Di taman kota ini ada banyak kenangan, dari mulai nan pribadi sampai nan berhubungan dengan banyak orang. Ada banyak orang nan memanfaatkan taman kota. Entah sekedar ngobrol, diskusi atau berkegiatan. Dahulu, taman isola ini sangat sejuk. Seseorang mengatakan di Taman Isola ada patung tidak bernama. Patung anak-anak nan sedang memanggul wadah air.

Taman Isola, aku menamakan demikian saja, sebab aku tak tahu nama taman aslinya. Taman isola ini ada di depan dan belakang gedung Isola di Jalan Setiabudi, Bandung. Di taman ini ada kolam, beberapa orang mahasiswa menyebutkan nama kolam ini sinkron nama rektor nan pernah menjabat di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Demikian pula sebab penamaan ini sinkron dengan nama nan sering beredar. Saya melewatkan banyak kenangan di taman ini, sekedar membaca buku, menulis catatan, ngobrol, berdiskusi bahkan berjumpa pertama kali dengan seseorang selepas KKN di Subang juga di taman ini. Berkegiatan di taman Isola ialah saat nan menyenangkan, suasananya rileks, udaranya segar dan pepohonannya rindang. Kalau hari minggu, kadang banyak masyarakat nan berkunjung ke Taman ini, ada nan jalan-jalan atau berkegiatan seperti melibatkan anak-anak.

Taman ini pernah menjadi kegiatan terakhir wisuda salahsatu fakultas di universitas setiabudi, kegiatannya tak mencolok, hanya mencebur-ceburkan para wisudawan ke kolam. Kekonyolan ini kontan saja menjadi tontonan masyarakat nan lewat di seputaran jalan setiabudi. Selain di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, masih banyak taman kota lainnya.

Yang terdekat dari Taman Isola berada di daerah sukajadi atas, di depan rumah makan. Sebuah taman kota nan keren. Ada kolam air mancur, pepohonan, loka duduk dan tak dipagari berlebihan. Setiap hari minggu taman ini banyak dikunjungi masyarakat nan bermain di sebuah taman kota. Sayangnya, pada beberapa bulan nan lalu 'noise' buat memancarkan air hilang. kemana lagi kalau bukan dicuri tangan-tangan jail. Kalau sudah begini, rasa kepemilikan nan 'terlalu' besar dapat merugikan orang lain.

Antusiasme masyarakat buat bermain di sebuah taman kota seperti di taman Sukajadi dan taman-tamannya, harusnya hal ini menjadi acuan bagi pemerintah buat menambah jumlah taman kota. Taman kota dapat menjadi sebuah arena bersosialisasi warga kota. Saling bertegur sapa, saling berkomunikasi dan saling peduli satu sama lain.

Kalau sudah begini, rasanya tak salah jika taman kota dapat membuat hayati sebuah kota mati. Minimal penyeimbang dari pembangunan mall-mall nan semakin hari semakin bertambah besar merebut ruang publik.



Layar Besar di Depan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Di sana, jika sebelumnya menara masjid nan menjadi bagian pertama nan terlihat, sekarang menara itu tak terlihat lagi. Begitu juga dengan gedung-gedung nan ada di kawasan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, nyaris berubah seratus persen kecuali Gedung Isola.

Gedung Isola masih tampak sangat megah kelihatan dari jalan raya Setiabudi. Kemegahan semakin terlihat sebab lapangan besar nan bernama Teater Terbuka hilang berganti menjadi taman dan jalan menuju kampus Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini. Taman-taman nan ditata dengan rapi dan teratur sedemikian rupa sepertinya memang dibangun agar pandangan langsung menuju gedung Isola.

Sayangnya, tepat di pagar pintu masuk depan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung sekarang ada big screen atau layar besar nan biasa digunakan sebagai media iklan. Layar tersebut menayangkan pengumuman dan pemberitahuan misalnya seminar nasional, seminar internasional, atau bahkan kegiatan-kegiatan mahasiswa.

Layar ini benar-benar sudah mengalihkan perhatian dari pandangan primer Gedung Isola nan menjadi kebanggaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ke sebentuk layar multimedia nan menurut aku kaku dan tak bernilai sejarah.

Bayangkan sebuah gedung nan bernilai sejarah dan bermakna besar bagi kemerdekaan Indonesia kini teralihkan oleh seonggok layar multimedia tersebut. Harusnya jauh-jauh hari para perencana memikirkan hal ini. Memikirkan bahwa layar iklan multimedia tersebut akan mengalihkan banyak perhatian orang dari sebuah gedung bersejarah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Mengalihkan perhatian tersebut sama saja dengan mengalihkan topik besar ke dalam topik kecil nan tak berarti. Di Universitas Pendidikan Indonesia kini hilang kebesaran sejarah oleh sebuah layar nan dipasang tepat di depan gerbang masuk kawasan kampus. Untuk ini, perlu dikaji ulang kebijakan memasang layar besar-layar besar lainnya terutama di daerah nan memiliki nilai sejarah besar.

Kita berharap jangan sampai pemasangan layar besar iklan nan akan mengalihkan perhatian pengunjung, terjadi pula di depan gedung-gedung bersejarah lainnya. Cukuplah layar besar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung sebagai bahan pelajaran semua.