Akibat Kekurangan Protease pada Tubuh Manusia

Akibat Kekurangan Protease pada Tubuh Manusia

Protein ialah salah satu dari tiga kelompok makanan primer nan dibutuhkan buat nutrisi nan tepat. Enzim protease merupakan enzim pencernaan nan dibutuhkan buat mencerna protein. Setiap binatang, termasuk manusia, harus memiliki sumber protein nan memadai buat tumbuh dan berkembang.



Protein

Protein merupakan sumber asam amino nan merupakan struktur elemen dasar dari setiap sel dalam tubuh. Protein-protein spesifik sekarang diakui sebagai elemen fungsi dalam sel-sel khusus, sekresi glandular, enzim, dan hormon.

Protein termasuk dalam senyawa organik paling kompleks nan ditemukan di alam. Terdiri atas nitrogen nan mengandung senyawa nan dikenal dengan asam amino.

Selama pencernaan protein, asam klorida dan enzim proteolitik memecah molekul protein utuh menjadi asam amino nan kemudian diserap melalui dinding usus. Apabila protein tak benar-benar rusak sebelum diserap, berbagai konsekuensi kesehatan akan terjadi.

Protein merupakan sumber energi bagi tubuh. Berdasarkan sumbernya protein bisa dibagi menjadi dua, yaitu protein hewani dan protein nabati.

Bahan makanan sumber protein hewani (daging, ayam, susu), telur, ikan, udang dan hasil olahannya, seperti keju. Susu dan telur termasuk jenis bahan makanan sumber hewani nan berkualitas tinggi.

Jenis bahan makanan seperti ikan, udang dan ikan bahari lainnya merupakan kelompok sumber protein hewani nan baik, sebab mengandung sedikit lemak. Adapun bahan makanan sumber protein nabati, yakni kacang merah, kacang tanah serta hasil olahan kacang-kacangan, seperti tahu, tempe, oncom dan sebagainya.

Kata protein berasal dari bahasa Yunani protos nan berarti paling utama.protein ialah senyawa organik kompleks nan berbobot molekul tinggi, yaitu polimer dari monomer-monomer asam amino nan satu sama lainnya dihubungkan oleh ikatan peptida. Protein ditemukan pada tahun 1838 oleh Jons Jacob Berzelius.

Pada molekul protein terdapat kandungan karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, atau sulfur dan fosfor. Kandungan protein nan paling banyak ialah enzim atau subunit enzim.

Dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup, protein mempunyai peranan penting. Berdasarkan fungsi struktural atau mekanis, protein lain berfungsi buat membentuk batang atau sendi sitoskeleton.

Selain itu, protein juga dalam sistem kekebalan (imun) berfungsi sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, komponen penyimpanan (dalam biji), dan sebagai transportasi hara. Protein sebagai sumber gizi sebab berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme nan tak mampu membentuk asam amino atau heterotrof.

Selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, protein ialah salah satu dari biomolekul raksasa penyusun primer makhluk hidup. Dalam biokimia, protein juga sebagai salah satu molekul nan paling banyak diteliti.

Struktur pada protein sangat banyak dan nan paling banyak strukturnya ialah struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix nan sangat pendek. Struktur pada protein bisa dilihat dari hirarki, yaitu berupa struktur utama atau taraf satu, sekunder atau taraf dua, tersier atau taraf tiga, dan kuartener atau taraf empat.



1. Struktur Utama (tingkat satu)

Pada struktur primer, protein merupakan urutan asam amino penyusun protein nan bisa dihubungkan melalui ikatan peptida atau amida.

Seorang ilmuan, Frederick Sanger, telah menemukan metode penentuan deret asam amino pada protein dengan menggunakan beberapa enzim protease , yaitu nan bisa mengiris ikatan asam amino tertentu, sehingga menjadi fragmen peptida nan lebih pendek buat dipisahkan nantinya dengan dibantu kertas kromatografik.

Urutan asam amino tersebut bisa menentukan fungsi dari protein. Vernon Ingram pada tahun 1957 telah menemukan translokasi asam amino nan bisa mengubah fungsi protein, sehingga memicu mutasi genetik.



2. Struktur Sekunder (tingkat dua)

Pada struktur ini, protein merupakan struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein nan distabilkan oleh ikatan hidrogen. Struktur sekunder tersebut memiliki beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.

  1. Puntiran alfa ( alpha helix/ a-helix ), yaitu pilinan rantai asam amino nan berbentuk seperti spiral.

  2. Lempeng beta ( alpha sheet/ β-sheet ), yaitu lembaran lebar nan tersusun dari sejumlah rantai asam amino nan saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H).

  3. Lekukan beta ( beta turn/ β-turn )

  4. Lekukan gamma ( gamma turn/ y-turn )


3. Struktur Tersier (tingkat tiga)

Pada struktur ini, protein merupakan gabungan dari aneka ragam struktur sekunder berupa gumpalan. Beberapa molekul protein tersebut bisa berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen dan membentuk oligomer nan stabil, serta membentuk struktur kuartener.



4. Struktur Kuartener (tingkat empat)

Pada struktur ini, merupakan pembentukan dari struktur tersier. Contoh dari struktur kuartener nan sering muncul ialah enzim rubisco dan insulin.



Pentingnya Protease

Protease mengacu pada sekelompok enzim katalis nan berfungsi buat menghidrolisis atau merusak protein. Protease juga disebut dengan enzim proteolitik atau proteinase.

Enzim proteolitik sangat krusial dalam pencernaan sebab mampu memecah ikatan pepetide dalam protein makanan buat membebaskan asam amino nan dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, enzim proteolitik telah digunakan buat waktu nan lama dalam berbagai bentuk terapi.

Penggunaannya dalam pengobatan didasarkan pada beberapa studi klinis nan menunjukkan keuntungannya dalam onkologi, kondisi peradangan, kontrol darah reologi, dan regulasi kekebalan tubuh.

Protease mampu menghidrolisi hampir semua protein sepanjang komponen sel-sel hidup. Sel kehidupan normal dilindungi dari agresi oleh lisis melalui prosedur inhibitor.

Parasit, bentuk jamur, dan bakteri ialah protein. Virus merupakan parasit-parasit sel nan terdiri atas asam nukleat nan ditutupi oleh lapisan protein.

Enzim bisa memecah protein nan tak dicerna, pecahan-pecahan sel, dan racun-racun dalam tubuh menghemat tugas sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh kemudian bisa berkonsenterasi penuh pada tindakan agresi bakteri dan parasit.



Akibat Kekurangan Protease pada Tubuh Manusia

Keasaman diciptakan melalui pencernaan protesin. Oleh sebab itu, kekurangan protease akan menghasilkan kelebihan basa dalam tubuh. Lingkungan basa ini dapat menyebabkan kecemasan dan insomnia.

Selain itu, sebab protein nan dibutuhkan buat membawa protein terikat kalsium dalam darah, kekurangan protease akan meletakkan dasar buat berjangkitnya arthritis, osteoporosis, dan penyakit kekurangan kalsium lainnya.

Karena protein dikonversi menjadi glukosa berdasarkan permintaan, pencernaan protein nan tak memadai bisa menyebabkan hipoglikemia nan mengakibatkan kemurungan, perubahan suasana hati, dan lekas marah.

Protease juga memiliki kemampuan buat mencerna puing-puing nan tak diinginkan dalam darah, termasuk bakteri dan virus tertentu. Oleh sebab itu, orang nan kekurangan protease ialah orang nan memiliki taraf kekebalan tubuh rendah, sehingga membuat mereka rentan terhadap bakteri, infeksi virus, infeksi ragi, dan penurunan kekebalan tubuh umum.

Selain itu, kekurangan protein juga bisa mengakibatkan kekurangan energi. Interaksi antara kekurangan Protein dan Energi bisa terjadi sebab protein merupakan salah satu sumber primer penghasil energi.

Jika dalam hidangan makanan nan kita makan kurang mengandung energi, maka protein akan lebih banyak diambil buat menjadi energi. Ini berarti protein dalam tubuh akan semakin berkurang. Penyakit nan terjadi sebab kekurangan Energi dan Protein ini biasa dikenal dengan sebutan penyakit Kurang Energi Protein (KEP).

Penyakit Kurang Energi Protein (KEP), pada dasarnya terjadi sebab kekurangan energi dan protein, disertai susunan hidangan nan tak seimbang. Pada umumnya penyakit ini diderita anak balita dan ibu hamil. KEP bisa juga menyerang orang dewasa, misalnya pada orang nan mengalami kelaparan dalam waktu nan lama atau menderita penyakit kronis.

Ketika seorang anak mengalami penyakit Kurang Energi Protein akan muncul gejala-gejala, seperti marasmus (kekurangan energi) dan kwashiorkor (kekurangan protein).

Pada umumnya penyakit terjadi pada anak-anak antara usia 2