Cerita Pendek Menuju Drama dalam Pengembangan

Cerita Pendek Menuju Drama dalam Pengembangan

Bagaimana jika sebuah cerpen menjadi drama ? Sebuah cerita pendek (cerpen) memiliki unsur-unsur eksklusif nan memungkinkan adanya pengembangan imajinasi. Cerita dalam cerpen nan tadinya berisi hal-hal nan sederhana, dapat berkembang dengan konflik nan lebih luas. Cerpen pun kemudian dapat berkembang menjadi apa saja, termasuk menjadi drama panggung, film, dan sebagainya.

Cerpen terdiri dari banyak elemen, seperti karakter dan plot. Jika karakter tokoh tak kuat, pembaca tak akan mudah mendefinisikan apa nan terjadi sebenarnya dari cerita itu. Masing-masing elemen saling berkaitan agar bisa menghibur dan melibatkan pembaca.

Tanpa karakter, sebagian besar pembaca tak peduli tentang apa nan terjadi dalam cerita. Sebuah karakter nan solid nan memiliki Norma dan kekurangan nan diperlukan buat merasakan pernik cerita. Ada tokoh protagonis nan membuat pembaca perlu bersimpati dan ada berlawanan sering disebut penjahat sehingga pembaca ingin melihat dia kalah pada pertempuran terakhir.

Pada cerpen nan baik, kejahatan ialah tema subtil dan sekadar orang nan salah di loka salah, atau hanya nasib mendapatkan di jalan apa nan dilewati protagonis. Alias sial berjumpa dengan tokoh utama. Terkesan unfair , namun itulah jalan cerita.

Sebuah cerita pendek hanya dapat menampung beberapa karakter, namun itulah nan menarik. Dan jalan cerita nan tak unfair dapat diangkat ke dalam banyak adaptasi.



Memahami Alur dan Sudut Pandang

Alur ialah perjalanan karakter, baik eksternal maupun internal. Sebuah perjalanan eksternal mengambil karakter melalui perjuangan dengan orang lain atau keadaan sekelilingnya, sementara perjalanan internal menandai bagaimana salah satu kelemahan datang buat disembuhkan atau diperbaiki secara protagonis. Semua ini datang ke titik nan tepat di sekitar puncak cerita dan menyelesaikan sendiri dengan cepat.

Alur bekerja sebagaimana cerita ini diceritakan. Sudut pandang lebih sering menggunakan perspektif pertama atau orang ketiga buat menunjukkan plot berlangsung baik dari mata sudut pandang karakter dengan "aku" dan "saya" buat pertama-orang atau "dia", "mereka", dan nama nan tepat buat orang ketiga.

Mengubah kata ganti bukan satu-satunya perbedaan, sebab orang pertama akan sering menunjukkan pemikiran dan rona narasi dengan bagaimana karakter melihat hal-hal di sekelilingnya dan ketiga-orang akan sering memiliki sikap nan lebih netral pelukisan objek dan karakter lainnya.



Narasi

Setiap karakter, melalui obrolan dan pikiran, memberikan perbedaan makna nan berbeda. Jika Anda bisa mengubah "Petrus berkata" dari satu loka dengan "Lucy berkata" di loka lain dan tak tahu bahwa itu bukan Peter atau Lucy berbicara dari obrolan saja, karakter akan merasa terlalu mirip buat pembaca dan bisa menyebabkan apatis.

Dengarkan obrolan dalam buku-buku favorit dan film dan melihat berapa banyak nan dapat di ambil dari line up hanya pada frase eksklusif nan gunakan dengan unik. Narasi nan terkenal dari cerpen menjadi drama , dapat Anda bisa pada karya Stephen King, "Rita Hayworth and Shawshank Redemption" pada 1982, ketika tokoh Joe, mengucap “kita telah diinstitusionalisasikan sekian lama.”

Keunikan dari kait juga berlaku buat narasi dan cara penulis mengungkapkan setiap bagian dari cerita, baik melalui berombak atau cairan kalimat, aliterasi buat menciptakan suasana hati, atau perangkat sastra lainnya nan dijalin ke dalam struktur.

Bagian kait ialah apa nan membuat pembaca dapat terpaku pada cerita dari kata pertama, dan bagian dari itu juga apa nan membuat cerita ini terpisah dari sisa. Ada orang nan mengatakan bahwa hanya ada sejumlah kecil berbagai jenis cerita pendek di global nan terampil menggunakan rumus kaitan.

Mungkin semua cerita bisa direbus ke perjalanan pahlawan atau kisah cinta, tapi itu tak berarti Romeo and Juliet ialah sama seperti Twilight -nya Stephanie Meyer walau keduanya memiliki plot romantis nan kuat.



Cerita Pendek Menuju Drama dalam Pengembangan

Cerita pendek umumnya ditulis dalam cara nan sangat khusus dan mengikuti beberapa anggaran dasar. Ini sebab terpaku pada batasan kata, biasanya panjang hanya 10-25 halaman atau maksimal 10.000 kata, nan tak banyak ruang buat mengembangkan unsur-unsur primer dari fiksi .

Sebuah cerita pendek biasanya memiliki tema nan jelas dan berhubungan dengan hanya satu masalah. Cerita cenderung buat memulai sebagai dekat dengan konklusi mungkin, dan cenderung buat turun ke awal nan cepat. Juga umumnya memiliki sejumlah karakter dan adegan, hanya mencakup jangka waktu pendek dan hanya menggunakan rincian nan diperlukan buat memahami situasi.

Cerpen punya kepentingan buat tak memiliki terlalu banyak karakter. Setiap karakter nan di perkenalkan sinkron dengan kebutuhan cerita, buat berinteraksi dengan karakter lain dan membawa dimensi baru buat cerita. Tidak hanya tak memiliki ruang buat banyak karakter, kebanyakan isi dan dialog, juga akan membuat cerita Anda rumit.

Penulis hanya memiliki banyak karakter nan diperlukan buat menceritakan kisah secara efektif. Cerita pendek biasanya tak lebih dari dua karakter utama. Tentu saja, penulisnya bisa menambahkan banyak karakter minor nan diinginkan. Namun dalam pengembangan cerpen menjadi drama, karakter dibiarkan memiliki karakterisasi nan sempit buat lantas dikembangkan.

Sebuah cerita pendek juga hanya mencakup rentang waktu nan sangat singkat. Ini bahkan dapat menjadi salah satu peristiwa tunggal. Atau, penulis dapat mencoba menggunakan kerangka waktu nan lebih besar.

Tapi setiap kali ada nan baru nan ditambahkan akan berarti kata-kata tambahan nan diperlukan buat menjelaskan situasi, atau apa nan terjadi pada karakter tambahan. Apa pun nan penulis lakukan, mereka mencoba buat menghindari melompat-lompat karakter dalam suatu waktu, sebab hal ini akan membuat cerita penulis menjadi rumit.

Dan ini juga dapat membantu buat mengikuti struktur cerita konvensional. Aspek-aspek dasar dari sebuah cerita konvensional ialah bahwa penulis menciptakan konflik dan ketegangan, nan membangun hingga jadi krisis atau klimaks, dan kemudian menemukan sebuah resolusi.

Seringkali cerita pendek menderita kekurangan akan halnya ketegangan. Biasanya ada beberapa konflik dan ketegangan dalam cerita pendek, dan selalu ada semacam resolusi di akhir, tapi tak semua penulis sukses menangkap ketegangan dengan sangat baik. Atau cerita hanya kurang titik balik dramatis nan baik. Dan karya macam itu akan sulit diadaptasi dalam media lainnya, seperti film dan stage .

Ini ialah beberapa contoh cerpen menjadi drama nan mashyur pada akhirnya dan difilmkan bahkan ada nan difilmkan berulang-ulang, dan diadaptasi pula dalam pertunjukan panggung. Di antaranya:

  1. Alice in Wonderland karya dari Lewis Carroll
  1. Breakfast at Tiffany's karya dari Truman Capote
  1. The Call of Cthulhu , dari H. P. Lovecraft
  1. A Christmas Carol , dari Charles Dickens
  1. Don Juan DeMarco and the Centerfold karya dari Jeremy Leven
  1. Zorro dari Johnston McCulley
  1. St. Dragon and the George dari Gordon R. Dickson
  1. The Nutcracker and the Mouse King dari E. T. A. Hoffmann
  1. The Man Who Could Work Miracles, dari H.G. Wells

Akhirnya, sebab dengan jenis tulisan cerpen nan cenderung singkat, awal dan akhir cerita pendek ialah nan paling penting, sebab akan membuat dampak, daftar cerpen di atas merupakan contoh kisah nan baik di awal dan bagus di akhir.