Sejarah Pencak Silat dan Karakteristik Khasnya

Sejarah Pencak Silat dan Karakteristik Khasnya

Siapa nan tidak familiar dengan film aksi lokal, The Raid, sebuah film standar hantam nan awalnya siap mendegupkan jantung Anda dengan tembakan mesiu. Yang unik, pengarah adegan The Raid ialah pengarah adegan asing nan bernama Garteth Evans. Meski bukan mengisahkan sejarah pencak silat , namun film-filmnya bernapaskan pencak silat. Sebelumnya dia membuat film Merantau yang juga diperankan Iko Uwais. Film tahun 2009 itu membawa angin segar dalam perfilman Tanah Air nan identik dengan bumbu pornografi.



Gareth Evans

Sutradara bernama lengkap Gareth Huw Evans ini pertama kali membuat film nan disutrdarainya sendiri berjudul Samurai Monogatari. Film pendek tahun 2003 ini menceritakan seorang samurai nan menunggu dieksekusi. Film dengan bahasa Jepang dan dimainkan oleh mahasiswa dari Tokyo nan sedang belajar di Universitas Cardiff.

Di tahun nan sama, Evans lulus dari Jurusan Penulisan Skenario buat Film dan Televisi di Unobersitas Glamorgan. Footsteps merupakan film panjang pertamanya nan rilis pada 2006. Film ini diperhitungkan dalam Festival Film Swansea Bay dan mendapat award Film Terbaik. Evans bergeliat di Indonesia usai menyutradarai film dolumenter berjudul Mystic Arts of Indonesia: Pencak Silat.

Film nan rilis tahun 2008 ini adalag salah satu dari lima episode Mystic Arts of Indonesia yang membahas budaya Indonesia sebagai warisan nan harus dijaga dan dilestarikan. Berisi mengenai perjalanan dan sejarah pencak silat di Indonesia.

Pada 2009, dia membuat film Merantau yang dibintangi Iko Uwais dan Christine Hakim. Film ini masuk ke dalam beberapa festival internasional dan mendapat Film Terbaik di salah satu ajang penghargaan. Pada tahun 2011, The Raid dirilis pada sebuah festival buat kemudian diluncurkan secara generik pada 2012. The Raid kemudian menduduki box office di Tanah Air dan di beberapa bioskop luar negeri.



Fenomena Merantau dan The Raid

Merantau ialah film nan disutradarai dan ditulis Evans dan diproduseri Ario Sagantoro di bawah rumah produksi Merantau Films. Film berbahasa Indonesia berlatar Minangkabau ini diperankan Yayan Ruhian, Sisca Jessica, Christine Hakim, Donny Alamsyah, Yusuf Aulia, Laurent Busin, Alez Abbad, Ratna Galih, dan Mads Kudal.

Film berdurasi 135 menit ini dirilis di Indonesia pada 6 Agustus 2009.
Film tersebut bercerita tentang Yuda, seorang pemuda dari suku Minangkabau nan hendak merantau ke Jakarta buat memperjuangkan nasibnya. Merantau dalam budaya ini memang sudah dilakukan turun temurun. Sistem matrilineal nan diterapkan di suku ini membuat pihak lelaki hanya mendapatkan sedikit “harto pusako” sehingga membuat sebagian besar pria Minang mendapatkan kekayaan lebih bebas dengan cara merantau ke luar kota.

Bagi nan berhasil merantau, ketika kembali pulang kampung, ialah hal nan membanggakan ketika perjalannannya berbuah hasil. Namun, tak sporadis ada nan gagal setelah merantau. Yuda (diperankan Iko Uwais) nekad datang ke Jakarta meninggalkan ibunya, Wulan (diperankan Christine Hakim, dan udanya, Yayan (Donny Alamsyah). Hanya berbekal talenta pencak silat, Yuda akhirnya luntang-lantung di Jakarta dan tidur dalam sebuah pipa besar.

Di sana, dia berjumpa dengan pencopet anak, yatim piatu bernama Adit (Yusuf Aulia) dan Astri (Sisca Jessica), kakak Adit nan bekerja di loka hiburan. Suatu hari Astri akan dijadikan bagian dari h uman trafficking oleh Ratger (Mads Koudal) dan tangan kanannya (Laurent Buson). Secara tak langsung, Yuda pun turun tangan sebab hatinya menginginka Astri selamat.

Dalam hitungan hari, hayati Yuda berubah sebab sudah berhubungan dengan dengan kelompok berbahaya. Dia kemudian mengemban misi menyelamatkan Astrid dan Adit dari kejaran mucikari dan preman-preman.

Yuda pun terlibat pertempuran hebat dengan pemilik klub malam, Ratger dan tangan kanannya. Sayang, ketiga-tiganya tewas dalam pertarungan itu. Termasuk Yuda, nan harus mengikhlaskan keinginannya buat mengajar pencak silat di Jakarta, demi menghargai sejarah pencak silat di kampung halamannya. Film dengan sad ending ini sangat sporadis dimasukkan dalam bumbu film action, ketika para pemeran primer biasanya menjadi pemenang dan “selamat”.

Lalu bagaimana dengan The Raid ? The Raid pada awalnya berjudul Serbuan Maut . Namun sebab pasca pemutaran di festival, The Raid mendapat sambutan dan ditawari pihak distribusi internasional buat pemasaran film di luar negeri, judul pun diubah menjadi The Raid: Redemption.

Masih di bawah rumah produksi nan sama, Evans lagi-lagi bekerja sama dengan Ario sagantoro selaku produser, dan tiga pemain nan main sebelumnya dalam Merantau seperti Yayan Ruhian, Iko Uwais dan Donny Alamsyah. Film nan rilis di Indonesia pada 21 Maret 2012 ini bertabur bintang Ray Sahetapy, Pierre Gruno, dan pendatang baru Joe Taslim.

Berkisah tentang sekumpulan anggota polisi nan menyerbu markas pembunuh dan bandit berbahaya pengedar narkoba di apartemen tua. Tim nan berjumlah 20 orang itu harus ekstra keras melumpuhkan para penjahat dengan system gerilya. Sayang, sesuatu mengacaukan planning mereka sehingga para penjahat itu mengetahui kedatangan polisi.

Aksi tembak-temabakan senjata barah pun membara sebelum peluru mereka habis. Korban berjatuhan dari pihak polisi. Hanya dua polisi nan selamat termasuk Rama, nan memiliki bela diri pencak silat. Penyerbuannya ke apartemen itu juga buat membawa pulang kakaknya nan sudah menjadi bagian dalam gembong penjahat tersebut.

The Raid ditayangkan di luar negeri seperti di Kanada, Inggris, Australia, Selandia Baru, Prancis, Jepang, Jerman, Cina, Turki, Rusia, Islandia, Italia, Amerika, Korea Selatan, India, Skandinavia dan Benelux. Film nan sebelumnya diputar di Festival Film International Toronto pada September 2011 ini juga mendapat sambutan hangat di kancah lokal dengan menjadi box office.

The Raid pun mendapatkan banyak penghargaan seperti The Cadillac People’s Choice Midnight di Festival Film Internasional Toronto 2011, Audience Awards di Festival Film Internasional Dublin Jameson 2012, Prix du Public dalam 6eme Festival Mauvais Aliran di Prancis, atau Sp!ts Silver Scream Award di Festival Film Imagine di Belanda.



Sejarah Pencak Silat dan Karakteristik Khasnya

Pencak Silat nan lebih dikenal sebagai silat ialah salah satu seni bela diri nan berasal dari Tanah Air. Bela diri tradisonal ini memiliki organisasi pencak silat bernama Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI Sementara organisasi nan mewadahi federasi-federasi silat dari berbagai Negara ialah Komplotan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat).

Sejarah pencak silat memunyai pengaruh dari berbagai budaya seperti Cina, serta agama Hindu, Budha, dan Islam. Silat pun memiliki genre nan bhineka sinkron tempat. Di Jawa Barat terkenal dengan silat Cimande dan Cikalong, di jawa Tengah muncul silat Merpati Putih, sementara di Jawa Timur ada Perisai Diri.

Mengenai pertandingan, Indonesia mengadakan pertandingan pencak silat taraf nasional dalam Pekan Olahraga Nasional nan dihelat setiap empat tahun sekali. Sialt juga dipertandingkan sejak tahun 1987 di SEA Games. Pertandingan silat ini menjadi semacam alat pemersatu bangsa sekaligus mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.



Sejarah

Dalam sejarah pencak silat, istilah silat digunakan sejak 1948 buat mempersatukan macam-macam genre seni bela diri tradisional di Indonesia. Sementara nama pencak digunakan Jawa, dan Silat digunakan di Sumatera, Semenanjung Malaya, juga Kalimantan. Bela diri tercipta sebagai upaya pertahanan dalam menghadap musuh.

Sebab, leluhur kita memiliki banyak cara dalam hal pembelaan diri. Mereka ciptakan bela diri dengan menirukan gaya binatang seperti gerakan kera, ular, harimau, atau elang.

Sejarah Pencak Silat berkembang di Indonesia/nusantara pada Abad ke-7 Masehi. Awalnya kerjaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya dikenal memiliki pendekar-pendekar besar nan otomatis memunyai bela diri nan andal. Silat dikenal sebagian besar masyarakat Melayu dalam berbagai nama.

Di Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal sebagai gayong atau cekak. Di Thailand ada nan namanya “bersilat, sementara di Filipina dengan nama “pasilat”. Dari silsilah nama itulah membuktikan bahwa silat memang menyebar luas sampai ke taraf Asia Tenggara. Begitulah sejarah pencak silat dijelaskan.

Silat diturunkan secara lisan dari mulut ke mulut. Tidak heran catatan tentang sejarah orisinil tetang bela diri ini tak ditemukan. Sejarah silat terendus dalam sebuah legenda nan berbeda tergantung daerah masing-masing.

Dalam legenda Minangkabau, silat diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11. Silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang sampai ke kota lainnya. Hal inilah nan sempat dikemukakan dalam film Merantau.

Begitulah bagaimana sejarah pencak silat mendunia dari tangan seorang “bule”. Bagaimana global akhirnya lebih pencak silat dari sebuah film nan mampu mengeruk perhatian masyarakat secara global. Mengetahui ini, seharusnya masyarakat Indonesia lebih mengapresiasi seni bela diri orisinil lokal ini dengan, paling tak mengetahui sejarah pencak silat pada mulanya.