Dihargai atau Dihina?

Dihargai atau Dihina?



Siapakah Drakula?

Terlahir dengan nama Vladislav Draculea ialah anak dari Vlad Tsepes, cucu dari Mircea yaitu raja Romania (1386-1418). Sejarah tentang Drakula tentu saja tak dapat dipisahkan dari sejarah panjang perang Salib. Sejak kecil Drakula dibesarkan dalam situasi perang besar antara Islam dan Kaum Salib. Sejarah mengenai Drakula dimulai pada saat berusia 18 tahun nan dikabarkan terjadi perebutan kekuasaan di Walachia oleh klan Danjesty (klan keluarga bangsawan di Walachia) yg didukung kerajaan Hungary dan ayahnya sebagai raja terbunuh.

Klan Danjesty menyatakan menolak tunduk kepada pemerintahan pusat Ottoman di Istanbul. Perang ialah suatu hal nan begitu sering terjadi. Setiap bangsa nan besar akan membangun sistem pertahanan dengan pasukan nan kuat dan persenjataan nan lengkap. Dengan semua persiapan dan kapital senjata serta prajurit nan banyak dan terlatih, bangsa seperti ini akan mencari tanah jajahan. Tanah jajahan ini nantinya akan dijadikan sebagai ladang penghasil bahan makanan, bahan minuman, hingga produk nan laku dijual.

Penolakan klan Danjesty ini membuat penguasa Ottoman marah. Segera setelah itu Sultan Turki mengirim 10.000 Jannisaries pasukan elitnya yg dipimpin langsung oleh Vlad Draculea utk merebut kembali Walachia dari para pemberontak, pencaplokan pimpinan Draculea berlangsung paripurna dan setelah pasukan Ottoman pada tahun 1461 sukses menaklukan Kerajaan Hungary (yg sekarang Hongaria) lalu oleh Sultan Turki, Vlad Draculea diangkat sebagai raja Walachia/Romania (menggantikan ayahnya yg terbunuh) buat memegang kendali swatantra Turki di wilayah Balkan.


Tetapi setelah situasi terkendali dengan baik Drakula justru berkhianat, dengan menyatakan menolak tunduk kepada pemerintahan pusat ottoman di Istanbul. Ia lalu menggalang kekuatan dengan seluruh penguasa di Balkan buat menentang dan melawan Turki, dan kepada tentara Ottoman yg berada di wilayah Balkan yg menolak segera dilakukan penangkapan. Kekuasaan membuat banyak orang buta. Ketika ia merasa kuat dan mempunyai pendukung nan setia, segera ia melakukan mobilitas cepat mendapatkan apa nan diinginkannya.

Tidak sporadis cara mendapatkan keinginan itu melalui pertumpahan darah nan begitu dahsyat. Dalam setiap peperangan, semua dapat saja terjadi. Bahkan ada nan rela dan dengan penuh emosi melahap jantung lawannya nan sukses ia bunuh. Dendam nan begitu membara membuat orang kehilangan rasa afeksi dan rasa jijik. Mereka mengira kalau memakan jantung versus itu artinya benar-benar membenamkan dendam nan telah lahir.

Lalu pihak nan kalah akan mundur dan mempersiapkan diri lagi buat membalas kekalahan. Hal inilah nan membuat banyak pihak akan menghabisi semua orang nan ada dipihak lawan. Satu saja nan tersisa walaupun seorang bayi, suatu saat sang bayi akan besar dan tak menutup kemungkinan akan membalas dendam. Keluarga kekaisaran Rusia, dihabisi hingga keakar-akarnya. Ketika ingin mengubah sesuatu, maka nan lama harus dimusnahkan hingga habis. Hal ini membuat orang banyak berlaku sangat kejam.

Bahkan ketika terjadi perang Bosnia, tentara Serbia dengan ganasnya, membunuh semua orang termasuk wanita dan anak-anak. Inilah pembersihan etnis. Wanita nan nan dianggap dapat hamil, diperkosa agar melahirkan anak-anak bangsa Serbia. Ribuan umat muslim Bosnia mati. Kejadian nan ada di tanah Eropa itu ternyata tak cepat mendapatkan perhatian. Setelah begitu banyak korban nan jatuh, baru para pemimpin Eropa bergerak.

Mau tak mau adanya sejarah perang Salib ini, membuat bangsa Eropa sedikit menyimpan kebencian dengan umat muslim. Bangsa Eropa mengalami kekalahan nan membuat mereka menyimpan kebencian kepada Islam. Banyak hal nan melambangkan kebencian kepada Islam termasuk pembautan roti Crossant nan berbentuk bulan sabit dan bintang. Namun, buat apa mengingat peristiwa nan hanya akan merusak perasan damai di hati.

Yang lalu biarlah berlalu dan kubur saja semuanya. Sejarah tetap ada sebab memang tak dapat dihapuskan. Tetapi sejarah dapat dikubur dan dilupakan. Selanjutnya sejarah itu diubah sehingga menjadi bagian nan menyenangkan nan akan dikenang oleh generasi selanjutnya. Tidak ada untungnya perang. Yang kalah akan menjadi abu dan nan menang akan menjadi arang. Tidak ada kedamaian dan tak ada ketenangan. Padalal global ini akan menjadi seperti neraka kalau tak damai.



Kekejaman Sosok Drakul

Kembali kepada sosok Drakula. Sejak ia mulai memberontak kepada kekaisaran Ottoman, kekejaman dan kesadisan senantiasa mewarnai perjalanan sejarah tentang Drakula. Drakula memerintahkan pasukannya buat menangkap dan membunuh semua musuh-musuhnya. Drakula memiliki Norma sadis dengan cara menyula yaitu menusuk tubuh manusia pada tiang tombak. Penusukan melalui anus buat lelaki dan melalui kemaluan buat kaum wanitanya.

Lalu tombak dipancangkan di atas tanah dan membiarkan tubuh mereka merosot ditiang tombak/mati pelan-pelan. Siapa nan tak ngeri melihat pemandangan nan begitu mengguncang jiwa. Hanya orang nan sudah dihilangkan jiwa dan hatinya nan kudus dan murni, nan mampu melakukan kekejaman seperti itu. Kalau ia tak mempunyai dendam nan luar biasa, mungkin ia tak akan tega memperlakukan orang lain seperti itu.

Drakula mengalami masa nan sulit ketika ayahnya dibunuh. Mungkin peristiwa inilah nan membuatnya menjadi sangat kejam. Ia berlatih dengan sangat baik dan penuh disiplin agar mendapatkan kekuatan nan luar biasa. Dengan kekuatannya ia dapat membuat orang lain tunduk kepadanya. Hatinya telah menjadi batu dan darahnya telah menghitam. Ia tak mempunyai belas kasih. Ia tak lagi peduli bahwa setiap kematian seseorang itu sebenarnya sama dengan membunuh banyak orang.

Kesedihan nan dirasakan oleh keluarga nan dibunuh sama dengan menampatkan mereka pada ladang kematian. Rasa kehilangan itu seolah sama dengan masa menghadapi kematian. Tetapi Drakula telah gelap mata. Dunianya pun gelap dan ia tak melihat terang. Ia tak peduli dengan teriakn meminta tolong atau kesedihan dan ketakutan nan ada pada wajah-wajah orang nan akan dibunuh. Sebenarnya ketika telah mati, tubuh mau diapakan, tak akan merasakannya lagi. Apalagi kalau wafat syahid.

Yang merasa sangat ngeri itu ialah orang nan hayati nan menyaksikan kematian nan begitu mengerikan tersebut. Mereka niscaya mengalami trauma sehingga mau tak mau akan mengikuti perintah orang nan ditakuti. Kalau mempunyai prinsip nan kuat, mungkin tak akan peduli wafat dengan cara apapun. Lebih baik wafat dan langsung menghadap Tuhan daripada menjadi budak musuh. Inilah nan membuat para pejuang berani mati.

Bahkan ada nan mempersiapkan pil racun. Pil itu akan ditelan ketika merasa dalam keadaan tertekan dan dalam keadaan bahaya. Membayangkan rasa sakit disiksa musuh, nan mendorong banyak orang melakukan bunuh diri massal. Mereka menganggap bahwa kematian itu dapat ditempuh dengan cara apapun termasuk bunuh diri.



Dihargai atau Dihina?

Drakula melakukan penangkapan secara besar-besaran baik laki-laki, perempuan, tua muda besar ataupun nan masih kecil sampai dengan bayi-bayi nan baru lahir lalu menghukum wafat mereka semua dengan cara disula dan tercatat dalam manuskrip nan ditemukan di universitas di Budhapest. Inilah satu peristiwa nan begitu mencekam. Pembersihan etnis berlangsung dengan sangat sistemetik seolah nan paling baik hanyalah etnisnya sendiri.

Dalam sebulan saja Drakula menyula hampir 28.000 lebih orang sipil sehingga atas ”jasa-jasanya ini” Paus di Roma memberikan penghargaan kepada Drakula sebagai pahlawan besar dari Eropa Timur dan selama berkuasa 6 tahun di Balkan Drakula telah menyula sekitar 500.000 orang nan sebagian besar ialah umat Islam. Sungguh kekejaman nan luar biasa nan telah dilakukan oleh seseorang nan bernma Drakula.

Kekejaman Drakula inilah nan melatar belakangi karakter Drakula sebagaimana diceritakan dalam film-film barat. Ada ketakutan di satu sisi buat menampilkan tokoh Drakula nan sebenarnya tetapi ada sisi lain Drakula sebagai pahlawan. Walaupun demikian sejarah tentang Drakula tetaplah menjadi misterius sampai hari ini bahkan makam dari Drakula-pun tidak diketahui secara niscaya tempatnya.