Pacuan Kuda sebagai Daya Tarik Wisata

Pacuan Kuda sebagai Daya Tarik Wisata

Mendengar kata Pulau Sumba, nan terlintas di benak kita pastilah kuda poni nan menjadi karakteristik khas daerah itu. Di Sumba kita dapat menemukan pacuan kuda nan terkenal dan menarik banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Kuda imut nan berukuran lebih kecil dibandingkan kuda-kuda pada umumnya ini syahdan jumlah populasinya kian menurun di Pulau Sumba. Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang kuda imut ini dan apakah sahih populasinya tinggal sedikit?



Kuda Poni dan Pulau Sumba

Kuda poni merupakan kuda mungil asal Indonesia nan banyak ditemukan di Pulau Sumba. Meskipun ukuran tubuhnya lebih kecil dari pada kuda jenis lainnya, namun ia sangat lincah dan biasa digunakan buat pacuan kuda. Cerita tentang asal-usulnya ini dikatakan merupakan hasil perkawinan kuda Arab dengan kuda lokal. Ia juga disebut sebagai sandalwood pony. Disebut Sandalwood atau cendana sebab ada kaitannya dengan komoditas khas Pulau Sumba dan daerah-daerah lain di kepulauan Nusa Tenggara.

Peminat kuda poni tampaknya tak hanya masyarakat Sumba. Dalam catatan nan dibuat oleh J. de Roo diketahui bahwa kuda nan lucu ini diminati oleh orang-orang dari luar Sumba dan dijadikan sebagai komoditas nan menguntungkan sejak era 1840-an. Jual beli kuda dari Pulau Sumba tersebut biasanya dilakukan oleh para bangsawan lokal nan memiliki kapital besar dan memiliki akses nan luas. Kuda-kuda tersebut dijual ke daerah-daerah lain, seperti Jawa, Madura, Bali, dan lain-lain.

Akibat perdagangan kuda poni nan semakin marak, pada pertengahan abad 20, jumlah populasinya terus menurun. Selain itu, penurunan populasi ini juga dipicu adanya penyakit menular. Kemudian pemerintah mencanangkan program pengembang biakkannya dengan melakukan persilangan dengan kuda 'throughbred' dari Australia. Hasil persilangan ini menjadikan keturunannya menjadi lebih bertenaga dan lebih cepat dalam berlari.

Kuda poni memang terkenal sebagai kuda nan kuat dan lincah. Ukuran tubuhnya lebih kecil daripada kuda kebanyakan Tinggi punggungnya hanya berkisar antara 130-142 cm. Namun, kaki dan lehernya besar dan kuat, demikian pula dengan kuku-kukunya nan menjadikannya sebagai kuda dengan kekuatan nan menakjubkan. Itulah mengapa kuda ini cocok digunakan sebagai kuda tarik, kuda tunggang, dan kuda pacu. Rona tubuhnya nan dapat ditemukan ialah hitam, putih, merah, dragem, hitam maid, krem, abu-abu, dan belang.

Kuda khas Sumba ini bahkan telah diakui Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai kuda dengan daya tahan tubuh nan tangguh. Rekor ini diperoleh setelah Billy Mamola pada Agustus 2008, melakukan perjalanan sejauh 500 kilometer dari Lembang di Jawa Barat hingga Pangandaran di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.



Pacuan Kuda dan Judi

Tradisi pacuan kuda poni di Pulau Sumba ini sudah diwariskan sejak zaman nenek moyang, dan kini menjadi even budaya nan rutin digelar pemerintah daerah setempat setiap tahunnya. Yang unik dari pacuan ala Sumba ini ialah arah putaran antagonis dengan arah jarum jam, sehingga mungkin akan menjadi sedikit tak lazim ketika kita nan terbiasa melihat arah jarum jam menonton pertandingan ini.

Keunikan nan lain ialah penunggang kudanya atau jokinya. Ukuran tubuh penunggangnya juga kecil sinkron dengan ukuran kudanya. Biasanya sang joki ialah anak kecil. Maka tidak heran jika anak-anak SD di Pulau Sumba sudah mahir mengendalikannya. Dengan lincah dan tanpa gentar mereka memacu kuda tunggangan mereka melesat bagai terbang.

Namun sayang, para joki kecil itu masih banyak nan mengabaikan faktor keselamatan. Jangan heran jika Anda menemukan pemandangan para joki kecil menunggangi kuda tanpa pelana, tanpa helm, tanpa sepatu, dan tanpa peralatan pengaman lainnya. Tentunya ini sangat membahayakan sebab mengendari kuda dengan kecepatan tinggi risiko kecelakaannya juga tinggi. Apalagi nan dihadapi ialah seekor binatang nan dapat saja tiba-tiba berulah dengan mengamuk dan sebagainya. Namun, para joki kecil itu tak gentar seolah risiko kecelakaan itu tidak ada, padahal seharusnya mereka tetap menerapkan segala macam baku keselamatan.

Jika ada pacuan kuda atau pertandingan lainnya, biasanya juga diikuti praktik perjudian. Hal ini juga terjadi pada pertandingan pacuan kuda poni. Bahkan, perjudian atau taruhan ini tak hanya dilakukan oleh orang dewasa melainkan juga anak-anak Sumba. Nominal uang nan digunakan bertaruh oleh anak-anak mungkin tidak seberapa, namun jika kecil-kecil saja sudah mulai bermain judi, lantas ketika sudah besar mau jadi apa? Hingga saat ini penyelenggara even-even pacuan kuda mengaku kesulitan buat menertibkan perjudian liar ini.



Pacuan Kuda sebagai Daya Tarik Wisata

Sebenarnya tradisi pacuan kuda poni di Nusa Tenggara khususnya di Pulau Sumba ini patut menjadi kebanggaan kita semua, sebab merupakan warisan sejak zaman nenek moyang. Pemerintah daerah setempat pun terus menggalakkan even budaya pacuan kuda bukan saja buat melestarikan warisan budaya, melainkan juga buat menjaring wisatawan. Tak dapat dimungkiri, atraksi pacuan ini memang menarik banyak wisatawan dan menjadi objek wisata nan berpotensi buat dapat terus dikembangkan.

Banyak wisatawan luar negeri nan spesifik datang ke Pulau Sumba hanya buat melihat pacuan kuda. Bahkan, para peserta pacuan kuda juga tak terbatas masyarakat Sumba saja, melainkan juga dapat berasal dari berbagai daerah lain, seperti Timor Leste, Lombok, dan Bali.

Pacuan kuda poni ini berawal dari tradisi perang masyarakat Sumba. Ada sebuah ritual masyarakat Sumba nan berisi unjuk kebolehan para pria Sumba dalam menunggang kuda dan berperang. Ritual ini disebut Pasola. Tradisi Pasola hingga kini masih dilestarikan seperti nan terjadi di Sumba Barat.

Pasola terdiri atas dua grup pria nan menunggangi kuda dan saling berhadapan lengkap dengan senjata tombak tumpul. Jumlah para peserta Pasola ini dapat mencapai ratusan orang. Pemakaian tombak kini diganti dengan kayu buat menghindari korban jiwa. Korban jiwa dalam Pasola kadang memang ada, namun tentunya hal itu tak dapat diusut secara hukum.



Populasi Terus Menurun

Disebut-sebut populasi kuda poni ini terus menurun setiap tahunnya. Faktor penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai dari penyakit, persaingan dengan ternak sapi ongole Sumba, atau juga sebab perdagangan. Peminat kuda ini memang tidak sedikit. Kuda imut nan kuat dan andal ini mampu mencuri hati banyak orang.

Biasanya orang-orang kaya membeli kuda poni sebagai hadiah buat anak-anak mereka. Kuda berukuran kecil ini memang pas digunakan anak-anak nan ingin belajar menjadi penunggang kuda nan ahli. Kuda jantan jenis ini nan memiliki tinggi kurang dari satu meter dan umurnya tak lebih dari tiga tahun biasanya akan menjadi incaran banyak orang nan ingin membelinya.

Saking populernya kuda poni, tidak heran jika aktor Hollywood kawakan, Brad Pitt, pernah membeli enam ekor kuda poni buat anak-anaknya. Meskipun mungkin nan dibeli Brad Pitt bukan berasal dari Pulau Sumba, namun artinya jenis kuda ini cukup populer dan diminati banyak orang. Para pembelinya memang kebanyakan dari kalangan menengah ke atas nan ingin menjadikannya sebagai koleksi atau sebagai hadiah imut buat anak-anak mereka.

Banyaknya kuda poni nan dijual ke luar pulau Sumba dikatakan berbanding terbalik dengan pengembangbiakkannya. Sangat sayang sebenarnya jika populasi hewan unik ini terus menurun dan dikhawatirkan dapat punah. Namun, nilai jualnya nan tinggi, dan belum adanya peraturan nan melarang jual beli kuda jenis ini, membuat praktik perdagangannya semakin marak dan sulit dicegah.