Meraih Sukses

Meraih Sukses



Jiwa Bak Layar Terkembang

Ir. Ciputera memulai bisnisnya ketika ia masih berusia sangat muda dan masih menempuh semester VI. Bersama seorang rekan membuka kantor disebuah garasi. Namun apa nan terjadi sekarang? Sekitar 20 anak perusahaannya telah berdiri dan mempunyai sekitar 14.000 karyawan. Ia nan merasa harus melakukan sesuatu dengan apa nan ia punya. Imajinasinya nan terus membayangi kehidupannya memang harus ia realisasikan. Seperti seorang pemimpi nan terus berusaha mencari sandaran agar mimpi itu terwujud.

Kepala akan terasa pusing kalau sampai impian dan mimpi itu hanya tergantung dalam angan-angan. Ia nan pandai berteman dan mengkomunikasikan keinginannya kepada orang lain, mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Kalau orang lain baru dapat bermimpi, Ciputera telah berusaha merealisasikannya. Mungkin orang menganggap ide itu ialah ide gila. Namun, dengan melihat kesungguhan dan keuletan laki-laki keturunan Cina ini, orang mulai konfiden dan membiarkan mimpi Ciputera terwujud.

Tentu saja Ciputera tak membawa imajinasi semata. Ia nan sangat tahu bagaimana menggambar dan bagaimana membuat suatu bangunan dapat didirikan, telah membuka mata banyak orang bahwa apa nan telah direncanakan itu cukup masuk akal dan dapat diwujudkan. Inilah nan membuat banyak orang mendukung apa nan ada di kepala Ciputera. Meyakinkan orang dengan cara memberikan fakta dan bukan hanya mimpi ialah satu teknik mengkomunikasikan mimpi kepada banyak orang.

Kesuksesan Ciputera memang bukan tanpa perjuangan. Ia memang layak membagi cerita dalam otobiografi pengusaha suksesnya ketika ia jatuh bangun dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya tersebut. Adalah PT. Ciputera Development nan awalnya hanya dikelola oleh lima orang menjelma menjadi perusahaan raksasa bidang konstruksi nan diakui bukan hanya di dalam negeri namun juga luar negeri. Sayap bisnisnya sudah melebar kemana-mana.

Jatuh bangun dalam memperjuangkan mimpi ini memang sedap didengar ketika orang nan jatuh bangun itu sedang berada di puncak. Ia dengan santai mengungkapkan bagaimana bangkit dari keterpurukan. Padahal ketika ia sedang mengalaminya, masa itu bagaikan menelan jarum kecil-kecil satu per satu. Hentakan ujung jarun itu begitu sakit merobek usus. Rasa kepala pun berat dan rasanya napas menjadi tak lega. Di ujung terowongan nan diharapkan hanyalah sedikit cahaya.

Tubuh lemas dan pikiran terkadang tak dapat terpusat. Bagi orang sekelas Ciputera, kegelisahan semacam itu mungkin tak akan lama berlangsung sebab otaknya selalu mencari cara penyelamatan nan paling jitu nan tak akan merusak tatanan nan telah dimulai. Rasa sakit dan sara putus harapan itu bercampur dengan rasa ikhlas menerima semua keadaan. Bangkit berdiri dan mulai lagi ialah sesuatu nan sebenarnya sangat sulit dilakukan. Hanya sebab memikirkan masa depan dan mimpi nan telah dibangun selama bertahun-tahunlah nan memberikan semangat luar biasa.

Tidak ada seorang pengusaha pun nan belum pernah gagal. Tanpa kegagalan, ia tak akan mampu bangkit dengan kecepatan nan luar biasa. Orang nan gagal itu harus mengejar ketertinggalan sehingga ia tak dapat berpangku tangan. Ia harus mencari celah apapun dan seberapa besarnya pun agar ia dapat masuk dan merasakan nikmat kesuksesan seperti orang lain. Kolaborasi nan dilakukan bersama dengan pihak-pihak pemegang saham pun terus dilakukan.

Pada saat telah sukses, niscaya banyak orang nan mendekat. Tidak perlu merasa kecil hati sebab sebenarnya pada saat ada orang nan meremehkan walau dalam hati, Tuhan akan langsung bertindak. Hanya orang nan mempunyai hati merendahlah nan mampu memaknai apa nan telah diberikan Tuhan kepadanya. Ciputera sangta tahu potensi dirinya dan lingkungannya. Ia pun mendirikan perumahan dengan luas nan cukup fantastis, yaitu diatas 100 hektar atau bahkan diatas 200 hektar.

Ciputera membangun kota berdikari itu sebagai salah satu upaya mengurangi beban kendaraan nan akan lewat di tengah kota Jakarta. Di perumahan itu, semuanya ada. Mulai dari pasar hingga kebutuhan lainnya. Sistem kluster nan diterapkan memungkinkan orang buat menyesuaikan harga rumah dengan kondisi keuangan nan mereka persiapkan. Tidak heran kalau ada beberapa bentuk rumah dengan ukuran nan sedang hingga nan cukup kecil seperti tipe 21.

Besarnya perumahan nan dibangun oleh Ciputera membuat kompleks perumahan itu benar-benar seperti kota baru. Mungkin dapat dikatakan sebagai sebuah kecamatan baru. Ini juga nan menyebabkan pemerintahan daerah seperti Palembang tak menerbitkan sertifikat hak milik kepada pemilik rumah nan ada di perumahan milik Ciputera nan ada di Talang Kelapa, Palembang. Kalau buat investasi mungkin masih bisa. Namun, bagi nan tak mempunyai uang banyak, mereka berpikir panjang buat membeli rumah di Gambaran Grand City itu.

Lingkungannya memang bagus. Wahana hiburan, pendidikan, kesehatan, ibadah, apalagi taman nan indah, bersih, dan begitu terawat, semua ada. Namun, kalau tak ada sertifikat hal milik, artinya harga tanah dan rumah di perumahan itu jauh lebih mahal dari harga awal. Biaya balik nama itu tak sedikit. Perusahaan milik Ciputera tak takut kehilangan pembeli. Mereka tetap menjalankan roda bisnis dengan apa adanya. Buktinya ialah peminat perumahan nan ditawarkannya cukup banyak.

Citra Raya nan ada di Tangerang maju pesat. Perumahan nan tertata rapi ini menjadi suatu percontohan bahwa kalau mau ditata, sebuah kota itu akan terlihat memesona. Kehidupan akan berjalan damai dan mudah. Semua fasilitas kehidupan ada di dalam perumahan itu. Penghuni perumahan hanya membutuhkan energi nan tak banyak buat mendapatkan semua nan mereka mau. Pasar tradisional nan higienis juga ada di Gambaran Raya Tangerang tersebut. Perbankan dan Jamsostek pun ada.



Masa Kecil

Benar orang bilang bahwa kesuksesan tidak mungkin diraih tanpa kerja keras, keprihatinan, dan kerja cerdas nan mengiringinya. Hayati dari sebuah keluarga nan sederhana—dengan tak menyebut miskin—Ciputera kecil sudah merasakan getir dan getirnya hidup. Nama kecilnya Tjie Tjin Hoan. Lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 75 tahun silam. Ciputera merupakan anak terakhir (bungsu) dari tiga bersaudara. Ciputera kecil, di usianya nan masih sangat belia, yakni 6 tahun harus hayati bersama tante-tantenya nan terkenal bengis dan tanpa ras-rasan.

Ciputera kecil selalu mendapatkan jatah pekerjaan nan kotor dan menjijikkan nan entah disengaja atau kebetulan, seperti misalnya membersihkan kotoran ludah. Namun sebaliknya, disaat ada jatah nan enak-enak misalnya makan es krim, dan sebagainya. Ciputera selalu kebagian jatah belakangan dan ironisnya hanya dikasih sisanya saja.

Namun ternyata hal-hal demikian ia jadikan sebagai ujian hayati nan karenanya seseorang akan dapat dilihat sukses atau tak di kehidupannya kelak. Dan ternyata benar, Ciputera telah dapat membuktikan bahwa kesuksesan nan diraih saat ini secara langsung atau tak langsung buah dari kerpihatinannya dulu.



Meraih Sukses

Berawal dari sebuah kantor kecil di garasi ketika masih di Bandung, Ciputera remaja mengukir kariernya di bidang konstruksi. Setelah dirasa ada kemajuan, ia nan kala itu telah menikah dengan gadis asal Manado, Dian Sumeler memutuskan buat hijrah ke Jakarta, di Kebayoran. Karena belum mempunyai loka tinggal nan tetap, ia pun harus rela berpindah dari losmen ke losmen.

Berkat kerja kerasnya perusahaannya di bawah bendera PT. Ciputera Development semakin berkibar dan makin banyak disegani oleh perusahaan lain nan sejenis. Ia pun mulai banyak mendirikan anak-anak perusahaan nan baru, hingga kurang lebih berjumlah sampai 20 anak perusahaan.

Namun krisis nan terjadi tahun 1997 banyak menghambat langkah bisnisnya. Tiga grup perusahaannya yakni Metropolitan Group, Ciputera Group, dan Jaya Group terkena efek krisis sampai hampir collapse. Namun berkat kegigihannya ia sukses bertahan dan malah semakin berkembang.

Selain Ciputera ada banyak otobiografi pengusaha berhasil nan wajib Anda baca dan kemudian jadikan sebagai inspirasi dalam meretas jalan bisnis Anda.