Formula Perhitungan Keuntungan Rugi Perusahaan Manufaktur

Formula Perhitungan Keuntungan Rugi Perusahaan Manufaktur

Pada dasarnya sebuah perusahaan dibuat buat memperoleh laba sinkron dengan prinsip ekonomi yaitu menghasilkan laba sebesar-besarnya dengan pengeluaran atau kapital nan sekecil-kecilnya. Untuk mengetahui laba atau kerugiaan perusahaan misalnya saja perusahaan manufaktur dalam periode tertentu, maka harus dibuatkan laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip membuat laporan keuntungan rugi sebuah perusahaan.

Laporan neraca tak bisa menunjukkan pada Anda tentang seberapa besar laba sebuah perusahaan manufaktur. Sehingga, buat mengetahui laba tersebut Anda memerlukan laporan keuntungan rugi dari perusahaan itu sendiri. Di dalam laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur terdapat berbagai macam informasi tentang penghasilan dan biaya-biaya selama proses operasi perusahaan pada satu periode tertentu. Karena ituah, laporan keuntungan rugi biasa juga disebut dengan laporan operasi atau income statement. Kekeliruan angka-angka pada laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur ini, akan menyebabkan kesalahan perhitungan sehingga pada akhirnya pada periode eksklusif akan tak akan diketahui apakah perusahaan mengalami keuntungan, laba tertunda, kerugian atau balance alias tak untung dan tak rugi.

Dengan demikian seluruh input angka-angka dari berbagai kegiatan perusahaan selama periode tertentu, harus benar-benar angka nan sesungguhnya bukan rekayasa. Seorang auditor internal akan sangat memahami apakah ada kekeliruan ketika menginput data, mengolahnya atau mengambil kesimpulan. Dan bagi pemiliki perusahaan, laporan lugi raba nan sahih akan sangat membantu mengeluarkan kebijakan-kebijakan agar perusahaan tetap dalam kondisi memberikan laba nan optimal sinkron dengan kemampuan dan potensi nan dimiliki.

Karena laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur menunjukkan taraf laba atau kerugian perusahaan, maka laporan keuntungan rugi ini pada umumnya bisa dijadikan sebagai indikator keberhasilan atau kegagalan kinerja perusahaan. Informasi dalam laporan keuntungan rugi kemudian digunakan buat bahan pertimbangan dalam pengelolaan sumber ekonomi di masa nan akan datang. Selain itu bisa pula digunakan buat memperkirakan kemampuan suatu perusahaan manufaktur dalam menghasilkan kas dan aktiva nan disamakan dengan kas dan aktiva di masa mendatang. Dari angka-angka tersebut seorang pemiliki perusahaan atau direktur perusahaan akan mengeluarkan kebijakan nan strategis.



Unsur-unsur Laporan Keuntungan Rugi

Baik di dalam laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang, rekening-rekening di dalamnya terbagi menjadi dua kelompok besar. Yaitu:

  1. Rekening keuntungan rugi dari aktivitas normal

    Yang dimaksud dengan aktivitas normal ialah semua aktivitas nan dikerjakan oleh perusahaan sebagai bagian dari usaha utamanya. Sebagai contoh ialah rekening persediaan awal barang jadi, harga pokok produksi, dan persediaan akhir barang jadi.

  2. Rekening dari pos luar biasa

    Dalam hal ini, pos luar biasa ialah penghasilan atau biaya nan ditimbulkan dari kejadian nan berbeda dari ativitas normal perusahaan. Oleh sebab itu, pos luar biasa tak diharapkan buat sering terjadi. Contoh dari rekening pos luar biasa ialah kerugian dampak banjir, gempa bumi, demonstrasi, dan lain sebagainya. Karena sifatnya abnormal, maka pos ini akan menjadi beban kepada perusahaan.

    Dengan demikian apabila sering terjadi, bukan lagi pos luar biasa, melainkan menjadi aktivitas normal. Bila hal ini dimasukkan ke dalam kas aktivitas normal, maka pada akhirnya akan dibebankan kepada biaya produksi. Apabila dibebankan kepada biaya produksi, akan menyebabkan harga produksi naik dan membuat harga pokok menjadi meningkat. Karena itulah pos luar biasa memang tak diharapkan sering terjadi, sehingga posisinya tetap pada biaya darurat dan tak menjadi beban langsung biaya produksi.



Formula Perhitungan Keuntungan Rugi Perusahaan Manufaktur

Dalam menghitung keuntungan rugi suatu perusahaan manufaktur, haruslah tetap menggunakan formula atau kaidah standar perhitungan keuntungan rugi. Formula tersebut tak lain dan tak bukan ialah “Pendapatan – Beban/Biaya = Laba/Rugi." Berikut ialah klarifikasi dari masing-masing suku perhitungan:

  1. Pendapatan

    Pendapatan atau penghasilan didefinisikan sebagai arus masuk bruto dari kegunaan ekonomi nan diakibatkan oleh aktivitas normal perusahaan dalam satu periode tertentu. Dalam laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur dapatlah dilihat bahwa pendapatan primer perusahaan berasal dari penjualan produknya.

    Meskipun demikian, tak menutup kemungkinan apabila perusahaan tersebut juga menerima pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya oleh beberapa pihak lain. Pendapatan nan diterima dari pihak lain tersebut bisa berupa bunga, royalti, dividen dan bentuk-bentuk lain nan diakibatkan oleh kegiatan usaha perusahaan tapi bukan pendapatan nan berasal dari penjualan produk. Pada perusahaan multi nasional, sering kali didapat laba lain di luar dari penjualan produk nan jumlahnya sangat signifikan.

  2. Beban atau Biaya

    Beban atau biaya ialah segala jenis pengeluaran dalam rangka mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga, baik nan berkaitan dengan usaha pokok perusahaan ataupun nan tidak. Dalam laporan keuntungan rugi, rekening biaya atau beban inilah nan akan mengurangi rekening pendapatan buat kemudian diketahui keuntungan rugi perusahaan.

    Biasanya, banyak orang nan memahami beban dan biaya dengan rancu. Padahal, terdapat disparitas nan jelas antara beban dan biaya meskipun perngertian umumnya sama. Istilah beban lebih mengacu pada semua pengeluaran nan sulit dikaitkan dengan produk secara langsung, sementara biaya ialah pengeluaran nan bisa dengan mudah dikaitkan langsung pada produk. Hal nan sama terjadi pada laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur. Namun demikian, buat laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur, beban produksi nan dikaitkan dengan harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan standar sekaligus bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead termasuk di dalamnya biaya marketing baik secara langsung maupun tak langsung. Biaya marketing secara tak langsung ialah pengeluaran-pengeluaran nan kerap kali dikeluarkan pada saat proses negosiasi awal dan belum tentu akan diiringi dengan terjadinya penjualan.

  3. Laba atau Rugi

    Pada prinsipnya, keuntungan atau rugi dihitung dari pendapatan dikurangi biaya-biaya. Secara garis besar, pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan kotor produk dikurang retur, diskon-diskon, komisi penjualan dan lain lain. Selanjutnya pendapatan tersebut dikurangi oleh harga pokok produksi (harga perolehan) menjadi keuntungan kotor. Keuntungan kotor itu sendiri masih dikurangi biaya distribusi, biaya penjualan, biaya administrasi dan bunga.

    Terakhir, keuntungan higienis tersebut dikurangi pajak. Terkecuali buat pajak pertambahan nilai (PPN), pajak pertambahan nilai tak diperhitungkan sebab pajak tersebut dibebankan kepada konsumen atau pembeli akhir produk. PPN dihitung dari harga pembelian atau penjualan kotor setelah dikurangi potongan harga. Keuntungan higienis sesudah pajak inilah nan bisa dianggap sebagai laba perusahaan.

Demikianlah secara garis besar tentang laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur, nan secara garis besarnya sama saja dengan laporan keuntungan rugi perusahaan perdagangan atau jenis perusahaan lainnya. Dari klarifikasi tersebut di atas tentang laporan keuntungan rugi perusahaan manufaktur dapat dilihat bahwa setiap pos nan secara langsung atau tak langsung memerlukan biaya-biaya, akan merupakan unsur-unsur krusial nan akan menentukan pada hasil perhitungan.

Kekeliruan dalam memasukkan biaya-biaya atau ada biaya nan tertinggal, akan menyebabkan hasil laba atau kerugian perusahaan menjadi tak valid. Dapat saja misalnya dalam periode eksklusif perusahaan mendapatkan laba Rp. 10 tapi ternyata uang nan ada hanya Rp. 7. Perbedaaan ini salah satu sebabnya sebab menginput data secara tak akurat.