Kisah Atlet Olahraga Tinju Indonesia Chris John

Kisah Atlet Olahraga Tinju Indonesia Chris John



Sejarah Olahraga Tinju

Olahraga tinju pertama kali dipertandingkan oleh bangsa Romawi, Mesir serta Yunani. Petinju legendaris nan sampai sekarang masih menjadi catatan sejarah emas ialah Theagenes nan berasal dari Thaos Yunani. Dia menjadi kampiun pada pesta olimpiade antik tahun 450 (masehi).

Selama karirnya dia pernah melakukan pertandingan 1.406 kali. Pada waktu itu petinju sudah menggunakan sarung tinju seperti saat ini, namun bahannya terbuat dari besi. Maka tak mengherankan bila banyak versus nan langsung wafat seketika gara-gara terkena pukulan tangan bersarung besi itu. Kemudian sarung tinju nan bentuknya seperti sekarang ini pertama kali dikenalkan oleh seorang petinju dari Inggris pada tahun 1973.



Seluk Beluk Pertandingan Tinju

Olahraga tinju terbagi dalam banyak kelas, nan ditentukan berdasarkan berat badan dari petinjunya. Yang paling ringan disebut kelas Straw, dengan berat badan minimal 47,61 Kg sampai dengan 58,98 Kg. Kemudian nan paling berat, disebut kelas berat juga dengan berat petinju minimal 90 Kg ke atas. Kemudian dalan setiap pertandingan, perserta terdiri dari dua orang nan sama kelasnya.

Lamanya pertandingan ditentukan oleh lamanya waktu nan dinamakan ronde. Dalam setiap ronde ada waktu tiga menit buat bertanding dan dua menit buat melakukan istirahat. Pertandingan ini selalu diadakan di sebuah area nan dinamakan ring. Para penonton pertandingan dapat menyaksikannya dari pinggir ring tersebut.

Olahraga tinju merupakan salah satu jenis olahraga nan keras. Resiko menjadi seorang petinju juga tinggi. Karena nyawa juga dapat melayang ketika melakukan pertandingan, terutama bagi nan profesional. Tidak mengherankan bila banyak petinju nan mengalami stigma seumur hayati setelah pensiun dari tinju.

Contoh nan paling konkret ialah Muhammad Ali. Dia ialah seorang mantan petinju paling terkenal di global saat ini nan berasal dari Amerika Serikat. Saat ini dia menderita sakit parkinson nan disebabkan sebab pukulan-pukulan nan diterimanya dari versus saat masih aktif melakukan pertandingan dulu.

Namun meski begitu, olahraga tinju tetap punya banyak penggemar. Tidak terkecuali kaum wanita nan terkenal dengan kelemahlembutannya. Salah satu alasannya ialah sebab dalam bertanding seorang petinju selalu bertelanjang dada. Maka semua otot tubuhnya nan kuat akan terlihat dengan jelas. Dan inilah nan banyak disukai oleh mereka. Apalagi tubuh petinju pada umumnya juga nampak kekar dan perkasa, apalagi ketika sudah mengeluarkan keringat nan banyak. Benar-benar jantan.



Kisah Atlet Olahraga Tinju Indonesia Chris John

Chris John ialah anak kedua dari empat bersaudara nan merupakan anak dari pasangan Johan Tjahjadi dan Maria Warsini. Ayahnya merupakan mantan petinju amatir nan melatih ia dan adiknya sejak mereka masih berusia 5 tahun. setelah bertanding dalam kejuaraan amatir, Chris John kemudian direkrut oleh instruktur tinju profesional yaitu Sutan Rambing.

Chris John memulai karirnya dalam global tinju profesional pada tahun 1988 saat melawan Firman Kanda dengan Chris John memenangkan angka dalam pertandingan 6 ronde. Setelah itu, namanya kian melesat dan kemudian sukses menganvaskan petinju idola pada masa itu, yakni Muhammad Alfaridzi dalam pertandingan 12 ronde.

Ia sempat terkena Knockdown pada ronde pertama, namun sukses membalikan situasi dengan memukul KO Muhammad Alfaridzi pada ronde terakhirnya. Di situlah ia merebut gelar kampiun nasional kelas bulu. Setelah beberapa kali bertanding dalam memperebutkan gelar petinju nasional, ia kemudian sukses menundukkan Soleh Sundava pada tahun 2001 dalam merebut gelar PBA kelas bulu.

Kesempatan emas kemudian datang kepadanya saat berpeluang buat menantang Oscar Leon dari Kolombia pada tahun 2003 nan diadakan di Bali. Ia menang angka tipis dalam pertandingan 12 ronde itu dan dinyatakan sebagai kampiun global WBA sementara. Tidak lama kemudian, WBA memberikan gelar kampiun definitif kepadanya saat kampiun bertahannya kalah angka dari Juan Manuel Marquez. Marquez kemudian dinyatakan sebagai kampiun super WBA sebab sukses menyatukan gelar WBA dan IBF dengan Chris John sebagai kampiun reguler.

Akan tetapi, gelar tersebut tak membuat Chris John dapat dipandang sebagai atlet tinju nan mumpuni sebab gelar WBA tersebut hanya dianggap sebagai formalitas belaka oleh kalangan pers. Hal ini kemudian sukses dienyahkan ketika Chris John mampu mengalahkan Osamu Sato pada tahun 2004. Ia menang angka absolut atas lawannya sehingga kemenangannya itu membuahkan pengakuan dari kalangan pers di Indonesia terhadap Chris John.

Pertandingan lain nan dimenangkan oleh Chris John ialah saat ia sukses melawan mantan kampiun kelas bulu WBA, Derrick Gainer. Ia sukses mengalahkan lawannya tersebut dengan angka absolut pada 12 ronde pertandingan meskipun ia sempat terjatuh pada ronde pertama.

Pada tahun 2005, Chris John kemudian menang TKO ronde 10 melawan Tommy Browne. Pada saat itu, sang wasit menyarankan agar Browne menyerah sebab pertandingan sudah tak seimbang. Hal tersebut diterima dan Chris John pun dinyatakan sebagai pemenang.

Tidak sampai di situ saja, Chris John juga harus menyerang versus terberatnya dalam global olahraga tinju, yakni Juan Manuel Marquea nan sempat mendapatkan dua gelar dalam WBA dan IBF secara bersamaan. Marquez nan dinyatakan sebagai petinju terkuat itu merupakan salah satu petinju terbaik asal Meksiko.

Keduanya melakukan adu teknik dan kemampuan taraf tinggi sampai akhirnya ia dapat mengalahkan petinju asal meksiko tersebut dengan kemenangan angka mutlak. Pukulan satu dua Chris John mampu menjadikan lawannya tersebut tunduk. Sebelum melawan Marquez, ia juga sempat memproklamasikan julukan terbarunya yaitu “The Dragon” buat menggantikan julukan lamanya nan disebut “The Indonesian Thin Man”.

Kemenangan melawan Marquez dianggap sebagai kemenangan terbesar nan pernah diraihnya. Bukan hanya sebab Marquez merupakan petinju terkuat, tapi juga sebab prestasi Marquez nan telah menuai banyak pengakuan dari kalangan pers pecinta olahraga tinju.

Pada tahun 2006, Chris John kemudian berhadapan dengan versus nan cukup ringan, yakni Renan Acosta dari Panama. Pertandingan ini diadakan di Kuningan Jakarta dan ia sukses memenangkan hampir semua ronde meskipun ia gagal memukul KO lawannya itu. Alhasil, ia dinyatakan menang angka mutlah dengan evaluasi hampir semua ronde dimenangkan oleh Chris John.

Pada tahun selanjutnya, ia sukses melawan satu-satunya versus nan dapat menahan seri, yaitu Jose Cheo Rojas. Ia sukses angka absolut pada pertandingan tersebut. Selain Chris John, mungkin masih ada lagi atlet olahraga tinju nan akan mengharumkan nama Indonesia pada berbagai pertandingan mendatang.