Materi Generik Pelatihan Taekwondo

Materi Generik Pelatihan Taekwondo

Seni bela diri sepertinya memang dimiliki oleh setiap negara. Kebutuhan dalam melindungi diri dari berbagai gangguan nan membahayakan merupakan satu dari sekian banyaknya alasan mengapa orang mau belajar seni beladiri.

Bela diri ibarat sebuah senjata nan dimiliki secara pribadi. Senjata itu dapat digunakan di manapun dan kapan pun saat dibutuhkan. Bela diri juga merupakan senjata paling efisien, tanpa harus kerepotan membawa benda-benda tajam misalnya, kita akan siap melawan ancaman berbagai kejahatan. Bela diri juga memiliki variasi. Salah satunya nan cukup terkenal ialah taekwondo .

Benua Asia sepertinya memiliki variasi ilmu beladiri lebih banyak dibandingkan dengan benua lainnya. Sebut saja taekwondo. Jenis ilmu bela diri tersebut berasal dari negara Korea. Ilmu bela diri ini merupakan olahraga nasional kebanggaan masyarakat Korea. Selain itu, taekwondo juga merupakan ilmu bela diri nan paling banyak dipelajari dan digunakan oleh masyarakat dunia.

Terkenalnya taekwondo di negara asalnya, membuat ilmu bela diri ini juga menjadi terkenal di luar negara asalnya. Indonesia misalnya. Lembaga-lembaga pendidikan nan fokus mempelajari berbagai teknis tentang teakwondo banyak terdapat di Indonesia. Taekwondo kemudian bersaing dengan ilmu bela diri orisinil Indonesia seperti pencak silat.

Ilmu bela diri pada dasarnya mempelajari berbagai gerakan perlawanan. Gerakan dasarnya berupa menendang, menangkis, dan memukul. Begitu juga dengan gerakan-gerakan nan terdapat pada taekwondo. Taekwondo dalam bahasa Korea memiliki arti tersendiri. Secara harfiah, taekwondo ialah tiga kata dasar dalam bahasa Korea nan digabungkan.

Dalam bahasa Korea, Tae artinya ialah gerakan melumpuhkan atau menyakiti versus dengan menggunakan kaki, atau tendangan, kwon artinya ialah gerakan menyerang versus menggunakan tangan, meninju, menangkis, atau memukul, dan do dalam bahasa Korea artinya ialah seni atau metode dalam berjalan.

Pengertian do ini bisa diaplikasikan dalam gerakan taekwondo saat kita tengah mengatur ritme agresi pada musuh. Dari sekian banyak gerakan nan terdapat pada taekwondo, gerakan tendangan memutar sebesar 45 derajat sepertinya merupakan gerakan nan paling khas.

Ilmu bela diri ini sudah dikenal dalam waktu nan cukup lama. Bagi masyarakat Korea, taekwondo bukan hanya ilmu bela diri semata. Taekwondo memiliki derajat dan fungsi nan lebih dari itu. Taekwondo sudah menjadi salah satu bukti diri nan dimiliki oleh negara Korea tersebut.

Selayaknya bukti diri sebuah bangsa nan memiliki filosofi dan nilai-nilai penting, taekwondo pun demikian. Taekwondo bukan hanya sekadar gerakan menendang, memukul, dan menangkis, tapi sekaligus sebagai hiburan, seni, keindahan, dan nilai-nilai filsafat nan terkandung di dalamnya.

Nilai filsafat nan terkandung dalam teakwondo dapat Anda lihat dari rona sabuk nan biasa digunakan ketika tengah berlatih taekwondo. Rona sabuk menunjukkan taraf kemampuan seseorang dalam ilmu taekwondo tersebut. Terdiri dari putih, kuning, hijau, biru, merah, dan hitam.

  1. Sabuk putih. Rona putih melambangkan kesucian. Seorang nan masih baru di global taekwondo dilambangkan dengan sabuk putih. Rona putih melambangkan dasar dan permulaan.
  1. Sabuk kuning. Melambangkan bumi atau tanah. Seperti tanah nan dapat ditanami apapun, pada taraf ini, berbagai ilmu taekwondo pun siap ditanamkan atau dipelajarkan.
  1. Sabuk hijau. Hijau seperti dedaunan, melambangkan kemampuan nan sudah mulai tumbuh dan berkembang.
  1. Sabuk biru. Rona biru melambangkan langit, artinya, ilmu nan sudah diberikan harus benar-benar kita mengerti dan kuasai.
  1. Sabuk merah. Rona ini melambangkan matahari. Ketika sudah mencapai strata ini, ilmu nan dikuasai bukan hanya buat diri sendiri, tapi juga harus menjadi panduan bagi orang lain. Tanggung jawab pun akan semakin besar. Kita harus pandai menjaga sikap dan tindakan.
  1. Sabuk hitam. Rona ini melambangkan sebuah akhir. Sekaligus melamabangkan kedalaman, kematangan, dan dominasi diri dari rasa takut dan kegelapan.


Sejarah Singkat Taekwondo di Indonesia

Seni bela diri taekwondo mulai berkembang di Indonesia pada era 70-an. Perkembangan taekwondo di Indonesia dimulai dengan berkembangan genre taekwondo nan berafiliasi ke ITF ( International Taekwondo Federation ) nan saat itu bermarkas di Toronto, Kanada. Genre taekwondo ini dipimpin oleh Choi Hong Hi.

Selanjutnya, di Indonesia berkembang genre taekwondo nan berafiliasi ke WTF ( The World Taekwondo Federation ) nan berpusat di Seoul, Korea Selatan. Genre taekwondo ini dipimpin oleh seorang presiden nan bernama Dr. Un Yong Kim.

Pada waktu itu, kedua genre ini berkembang pesat di Indonesia. Masing-masing genre ini pun memiliki organisasi di taraf nasional, yaitu Persatuan ntaekwondo indonesia (PTI) nan berafiliasi ke ITF. Persatuan Taekwondo Indonesia (PTI) ini dipimpin oleh Leo Lopolisa. Sementara itu, Federasi Taekwondo Indonesia (FTI) nan berafiliasi ke WTF dipimpin oleh Marsekal Muda Sugiri.

Berdasarkan kesepakatan bersama dan melihat prosopek perkembangan di global olahraga internasional dan nasional, maka musyawarah nasional taekwondo nan dilaksanakan pada 28 maret 1981 sukses menyatukan kedua organisasi taekwondo nan ada di Indonesia.

Bersatunya kedua organisasi taekwondo nasional itu ditandai dengan dibentuknya organisasi baru nan bernama Taekwondo Indonesia. Organisasi itu dipimpin oleh Leo Lopolisa sebagai Ketua Umumnya. Sementara itu, struktur pada taraf nasional bernama PBTI atau Pengurus Besar Taekwondo Indonesia. Kantor pusat PBTi sendiri berlokasi di Jakarta.

Induk organisasi seni beladiri taekwondo melaksanakan Musyawarah Nasional pada 17-18 September 1984. Dalam Munas tersebut, ditetapkan bahwa Letjen Sarwo Edhi Wibowo sebagai Ketua Generik Taaekwondo Indonesia periode 1984-1988. Era kepemimpinan Letjen Sarwo Edhi Wibowo ini merupakan era bersatunya seni beladiri taekwondo di Indonesia.

Seiring perkembangan waktu, kini olahraga seni beladiri taekwondo di Indonesia semakin berkembang. Hampir seluruh provinsi di Indonesia memiliki induk organisasi taekwondo. Di Indonesia, diperkirakan lebih dari 200.000 anggota taekwondo nan aktif berlatih. Dalam ajang bergengsi Pekan Olahraga Nasional, olahraga seni beladiri taekwondo sudah menjadi cabang olahraga nan resmi dilombakan.



Materi Generik Pelatihan Taekwondo

Dalam mepelajari seni beladiri taekwondo, ada tiga hal krusial nan harus dipelajari. Tiga hal krusial itu, yaitu:



1. Poomse atau Rangkaian Jurus

Poomse atau rangkaian jurus ialah rangkaian teknik gerakan dasar agresi dan pertahanan diri nan dilakukan buat melawan musuh nan imajiner dengan mengikuti giagram tertentu. Setaip diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh filosofi timur nan menggambarkan palgwe.



2. Kyukpa atau Teknik Pemecahan Benda Keras

Kyukpa atau teknik pemecahan benda keras ialah teknik latihan dengan memakai target atau objek benda wafat buat mengukur kemampuan dan ketepatan teknik. Objek target nan dipakai biasanya berupa papan kayu, batu bata, genting, dan benda lainnya. Teknik tersebut biasa dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan.



3. Kyoruki atau Pertarungan

Kyoruki atau pertarungan ialah latihan nan mengaplikasikan teknik gerakan dasar ( poomse ) dengan dua orang nan bertarung buat saling mepraktikkan teknik agresi dan teknik pertahanan diri.

Untuk mempelajari ketiga materi pelatihan tersebut, perlu dipelajari dasar-dasar teknik taekwondo, yaitu gerakan dasar taekwondo ( Ki Bon Do Jak ) dan berbagai hal lainnya nan berkaitan dengan teknik itu sendiri.

Itulah sekilas klarifikasi mengenai taekwondo, seni beladiri nan penuh dengan filosofi. Semoga klarifikasi ini bermanfaat bagi Anda.