Cara Mencegah Jakarta Tenggelam

Cara Mencegah Jakarta Tenggelam

Jakarta Tenggelam . Hal itu sudah sangat ramai dibicarakan oleh masyarakat. Selain penduduknya nan sangat padat, banyaknya intensifitas pembangunan fisik secara terus menerus membuat luas huma di Jakarta semakin berkurang. Belum lagi penyedotan air secara tak terkendali dapat membuat tanah lama kelamaan menjadi turun dan Jakarta tenggelam.

Banyaknya sampah dan penataan kota nan semrawut pun membuat Jakarta tenggelam sebab kerap kali banjir. Di mana, air mengalami penyusutan secara lamban. Hal itu, tentunya membuat rakyat kecil semakin sulit, terutama nan hayati di pinggiran sungai. Setiap kali hujan besar, mereka harus bersiap-siap menghadapi banjir. Tidak hanya rumah nan ambruk atau perabotan nan rusak, bahka para penduduk pinggiran ini harus bersiap menghadapi penyakit dampak banjir atau Jakarta tenggelam. Banjir tak hanya menjadi hambatan gerak penduduk, tapi juga bisa menyebabkan penyakit nan mewabah secara cepat.

Setiap 5 tahun sekali, Jakarta tenggelam sebab banjir. Banjir 5 tahunan nan terjadi pada tahun 1996, 2002, dan 2007 membuat sebagian besar daerah Jakarta tenggelam. Penyebab Jakarta tenggelam ialah adanya pusat tekanan rendah di Barat Daya Pulau Jawa sehingga menyebabkan semua awan di perairan menuju laur di Barat daya Pulau Jawa.

Hal itu berimbas hingga ke Jakarta. Misalnya pada ketika jakarta tenggelam pada 2007. Ketika itu curah hujan sangat tinggi dan cenderung ekstrem. Hujan ini terus menerus turun selama 3 hari. Sungai-sungai di jakarta nan tak maksimal buat menanggulangi banjir pun meluap, terjadi banjir, dan Jakarta tenggelam. Ketidakmampuan itu juga sebab banyaknya sampah nan menyumbat. Tanah di Jakarta nan sudah kekurangan tanaman pun sudah tak mampu menyerap air nan bergitu banyak.

Telah banyak orang-orang pakar nan meramalkan terjadinya Jakarta tenggelam. Hal itu dilihat dari berbagai aspek. Untuk itu, masyarakat sangat berharap adanya pengaturan tata kota nan lebih baik.



Ramalan Jakarta Tenggelam

Jakarta tenggelam. Benar-benar Jakarta tenggelam, bukan hanya sekadar perumpamaan atau sinisme. Diperkirakan Jakarta tenggelam pada 2030. Ada juga nan memperkirakan kemungkinan Jakarta tenggelam pada tahun 2012 ini.

Bukan hal nan tak mungkin ketika diperkirakan Jakarta tenggelam. Bayangkan saja, tanah di Jakarta sudah banyak nan ambles sebab terjadinya penurunan muka tanah. Hal itu bisa menyebabkan wilayah Jakarta tenggelam, khususnya Jakarta Utara, atau berada di bawah permukaan air laut. Perubahan iklim air bahari nan sangat drastis juga bisa membuat air bahari meluap dan masuk ke darat sehingga Jakarta mengalami banjir Rob. Bayangkan saja, jika jakarta tenggelam dampak adanya banjir dan masuknya air bahari ke daratan. Jakarta tenggelam benar-benar sangat mengerikan.

Melihat hitungan 5 tahun terjadinya banjir di jakarta, maka Jakarta tenggelam diperkirakan terjadi pada 2012 ini. Di mana tahun 2012 ini musim benar-benar tak dapat ditebak. Hal itu, tentunya masih ramalan. Karena, toh sampai sekarang kejadian jakarta tenggelam belum terjadi.

Sebenarnya sangat rasional ketika ada ramalan mengenai Jakarta tenggelam . Ibukota kita ini merupakan kota terbesar kedua di Asia nan paling rentan dengan adanya perubahan iklim. Hal itu didukung dengan parahnya pencemaran udara di Jakarta. Dapat dibayangkan. Saat ini dengan adanya sistem kredit kendaraan, maka banyak sekali pengguna kendaraan di kota ini nan menyebabkan stagnasi jalan.

Tidak hanya itu, setiap saat selalu saja ada huma nan digunakan sebagai gedung, pertokoan, apartemen, mal, perumahan elit serta berbagai wahana hiburan. Reboisasi dan penghijauan sudah tak pernah dilakukan sehingga ruang terbuka hijau di Jakarta sudah sangat minim. Hal itulah nan membuat ketika datang banjir besar, maka Jakarta tenggalam.



Cara Mencegah Jakarta Tenggelam

Ramalan mengenai Jakarta tenggelam ini harusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Mungkin ada baiknya jika pemerintah dapat menekan ego, tak menyetujui pembangunan-pembangunan nan tak bermanfaat dan hanya menguntungkan para panguasa tersebut. Sudah saatnya Jakarta dihijaukan kembali dan penataan tata kota serta infrastruktur Jakarta diperbaiki.

Sebagai kawasan delta berdataran rendah, maka sebagian besar wilayah Jakarta berada di permukaan laut. Hal itu membuat Jakarta kerap terancam banjir. Bahkan, menurut Menteri Lingkungan Hidup, Sonny Keraf, buat encegah Jakarta tenggelam diperlukan solusi radikal, yaitu dengan menghentikan penyedotan air tanah.

Selain itu, pemerintah mendapat tuntutan membuat program buat mencegah banjir secara terpadu. Salah satu solusi nan ditawarkan ialah pembuatan Tanggul Raksasa di kawasan Pantai Utara.

Dengan adanya berbagai tuntutan dan tekanan, maka saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang menyelesaikan mencoba penyelesaian proyek pembuatan Kanal Banjir Timur dan Barat. Sebenarnya Kanal Banjir ini telah direncanakan oleh seorang Belanda bernama Prof H van Breen dari Burgelijke Openbare Werken atau disingkat BOW, dan mulai dilaksanakan pada 1920.

Prof H van Breen ketika itu bertugas memimpin Tim Penyusun Planning Pencegahan Banjir" secara terpadu di Batavia nan kala itu masih seluas 25 km2. Proyek itu dibuat setelah pada 1918, Jakarta mengalami banjir besar dan merenggut banyak korban jiwa. Konsep dari Herman van Breen serta TIM sebenarnya sangat sederhana, namun perlu perhitungan cermat dan pelaksanaannya memerlukan biaya nan tinggi. Kanal banjir dirancang buat mengendalikan genre air nan berasal dari hulu sungai serta buat mengontrol volume air nan masuk ke wilayah Jakarta.

Dalam penelitian mereka, di Jakarta perlu dilakukan pembangunan saluran kolektor di sebelah pinggir bagian selatan kota nan berfungsi menampung air nan melimpah. Di mana air tersebut akan disalurkan ke bahari lewat tepian barat kota. Saluran kolektor atau banjir kanal tersebut dibangun dengan membelah Kota Jakarta dari Pintu Air Manggarai serta bermuara di wilayah Muara Angke. Manggarai ketika itu dirasa sebagai titik awal nan tepat. Hal itu dikarenakan Manggarai ialah perbatasan selatan kota nan cukup kondusif dari banjir. Hal itu tentunya mempermudah sistem pengendalian genre air ketika musim hujan.

Sekitar tahun 1919 hingga 1920, perencanaan Banjir Kanal dari Manggarai di kawasan selatan Batavia hingga ke Muara Angke di pantai utara ini telah dilaksanakan. Untuk mengatur genre air, maka dibangun pula Pintu Air Manggarai serta Pintu Air Karet.

Pada 1973, dengan donasi Netherlands Engineering Consultants, maka terciptalah "Master Plan for Drainage and Flood Control of Jakarta". Pada perencanaanya, pengelolaan banjir di Jakarta akan berpusat pada dua terusan nan mengelilingi sebagian besar wilayah kota.

Sayangnya, sudah lebih dari 30 tahun hingga saat ini, pembuatan kanal tersebut tak pernah selesai. Proyek tersebut mendapat banyak kendala, baik dari sulitnya pembebasan tanah hingga faktor X lainnya. Pembangunanpun akhirnya menjadi terhambat dan Jakarta terus merasakan banjir.

Jakarta tenggelam, walaupun merupakan ramalan, tapi tak hanya sekadar ramalan cenayang atau kartu Tarot. Ramalan Jakarta tenggelam itu didasarkan teori ilmiah dan fakta-fakta nan ada. Sudah seharusnya pemerintah lebih memerhatikan keadaan tersebut. Banjir tak hanya akan menghambat aktivitas dan produktivitas masyarkat, tapi juga berdampak pada penyakit nan mewabah.