Penyebab Autis: Faktor Kandungan (Pre-Natal)

Penyebab Autis: Faktor Kandungan (Pre-Natal)

Ada banyak aspek nan diperkirakan sebagai penyebab autis. Meski demikian, teori tentang penyebab autis dan ilmu mengenai autism belum sepenuhnya lengkap. Dahulu para pakar menduga bahwa aspek genetis berpengaruh 90% terhadap risiko autis seorang anak. Para pakar lebih condong mengira genetis penyebabnya, tanpa memperhatikan aspek lingkungan loka anak itu tumbuh.

Setelah meneliti lebih dalam, disimpulkan bahwa secara generik ada 4 faktor fundamental nan memicu autisme pada anak. Keempat faktor tersebut ialah faktor genetis, faktor kandungan (prenatal), faktor persalinan, dan faktor lingkungan.



Penyebab Autis: Faktor Genetis

Faktor genetis atau faktor keturunan merupakan penyebab terbesar terjadinya sindrom autisme. Dahulu, penelitian menunjukkan bahwa anak kembar diperkirakan memiliki kemungkinan 90% mereka terkena autis.

Penelitian seputar faktor genetis nan menyebabkan autisme ialah penelitian nan kompleks. Analisis-analisisnya belum bisa disimpulkan, beberapa di antaranya bahkan tak dilengkapi bukti kuat nan general. Faktor genetis penyebab autis melibatkan lebih dari 1 gen. Beberapa gen berinteraksi satu sama lain, dan gen-gen nan berinteraksi ini berbeda dari 1 individu ke individu lainnya. Konduite gen ini juga terkadang dipengaruhi faktor lingkungan.

Pada autisme, hubungan antar-gen di dalam tubuh biasanya menyebabkan gen-gen bermutasi. Peningkatan aktivitas mutasi ini belum diketahui penyebabnya. Uniknya, walaupun merupakan kelainan dampak faktor genetis, autisme tak selalu diwariskan kepada keturunannya. Dengan kata lain, seseorang dengan autisme dapat memiliki anak nan normal.

Beberapa hal nan secara genetis bisa meningkatkan risiko lahirnya bayi dengan autisme ialah usia ibu nan terlalu tua saat mengandung dan usia ayah nan terlalu tua (berpengaruh terhadap kualitas sperma). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sperma dari lelaki nan nisbi berusia tua cenderung lebih mudah bermutasi dan memicu timbulnya autisme pada anak.



Penyebab Autis: Faktor Kandungan (Pre-Natal)

Faktor pemicu autisme juga ditemukan pada saat janin ada di dalam kandungan ibu. Penyebab autisme di antaranya ialah usia ibu nan terlalu tua buat hamil, ibu dengan diabetes, pendarahan, dan konsumsi obat-obatan eksklusif oleh sang ibu saat sedang mengandung.

Ayah dan ibu nan terlalu tua meningkatkan risiko autisme pada anak, terutama jika ibunya nan nisbi tua. Hal ini banyak terjadi tetapi belum diketahui penyebabnya.

Beberapa pakar sepakat bahwa hamil di usia tua memang memiliki risiko lebih tinggi buat terjadinya komplikasi kehamilan, daya tahan tubuh ibu terlalu hiperbola sehingga menyerang janin (karena dianggap benda asing), dan meningkatnya risiko keabnormalan kromosom. Hal-hal tersebut secara tak langsung memicu munculnya autisme pada janin.

1. Infeksi virus di saat hamil

Terinfeksinya ibu hamil (dan janin) ialah penyebab primer autisme nan kedua; nan pertama ialah faktor genetis. Jika seorang ibu hamil terpapar virus campak atau herpes, imunitas tubuh sang ibu akan segera merespons, dan ini bisa meningkatkan risiko autisme.

Sindroma rubella congenital nan dapat menyerang ibu hamil di trimester pertama kehamilan diduga berperan besar dalam menyebabkan autisme. Jika seorang ibu hamil jatuh sakit (terinfeksi virus) di 3 bulan pertama, anaknya memiliki taraf risiko terkena autisme lebih tinggi daripada jika sang ibu terinfeksi virus saat usia kehamilan sudah di atas 3 bulan.

Sebenarnya, risiko kehamilan trimester awal tak hanya berlaku buat autisme, tetapi juga buat penyakit lain nan berkaitan dengan kelainan psikologi, misalnya skizofrenia.

2. Pengaruh lingkungan saat ibu mengandung

Sehat atau tidaknya lingkungan sang ibu saat ia mengandung anaknya memengaruhi perkembangan psikologi anak dalam kandungan.

Sebuah penelitian di Dinas Kesehatan California, Amerika Serikat, pada tahun 2007 silam menunjukkan bahwa wanita hamil (terutama pada trimester pertama kehamilan) nan tinggal di dekat ladang nan disemprot pestisida (baik organik maupun kimiawi) dan endosulfan berkali-kali lebih rentan melahirkan bayi autis. Jika takaran pestisida nan disemprotkan lebih tinggi, semakin meningkat risiko bayi lahir autis.

Penelitian lain di tahun 2005 menunjukkan adanya keterkaitan tak langsung antara kehamilan dan pestisida nan mengandung organofosfat, seperti diazinon dan klopirifos. Ibu hamil nan terpapar pestisida tersebut cenderung melahirkan bayi nan autis; terganggu perkembangan jaringan sarafnya dampak racun dari pestisida. Tidak hanya pestisida, zat pyrethrin juga berbahaya bagi ibu hamil. Zat pyrethrin ialah bahan primer sampo anti kutu buat hewan peliharaan.

Penelitian terbaru nan dilakukan di tahun 2011 menunjukkan bahwa ibu hamil nan tinggal di dekat jalanan nan sibuk dan menghasilkan banyak polusi udara dari kendaraan lebih rentan melahirkan anak nan autis. Menurut penelitian tersebut, polusi udara dari kendaraan bermotor memberi akibat negatif bagi perkembangan otak dan fisik janin dan bayi berusia 0 - 2 tahun.

3. Keadaan lainnya nan berisiko

Keadaan lain nan meningkatkan risiko autisme pada janin ialah ibu hamil nan menderita diabetes. Menurut penelitian di tahun 2009, diabetes sangat berpengaruh terhadap kemungkinan lahirnya bayi nan autis. Diabetes memang mengganggu perkembangan metabolisme dan hormon pada janin. Penyakit lain nan efeknya serupa dengan diabetes ialah hipertensi dan obesitas.

Kekurangan tiroksin pada ibu hamil pada usia kehamilan 8 - 12 bulan bisa menyebabkan kelainan perkembangan otak nan mengarah pada autisme. Kekurangan tiroksin dapat disebabkan oleh kurangnya asupan yodium sang ibu. Asap rokok, penyedap rasa pada masakan, dan berbagai gambaran bahan kimia lainnya juga bisa meningkatkan risiko sang ibu melahirkan anak autis.



Penyebab Autis: Faktor Kelahiran

Sebuah penelitian nan dilaksanakan di tahun 2007 membuktikan bahwa bayi nan lahir dengan berat badan sangat rendah dan lama di kandungan (lebih dari 9 bulan) memiliki risiko lebih tinggi terkena autisme.

Keadaan saat persalinan pun memengaruhi taraf risiko terkena autisme. Bayi nan mengalami hipoksia (gagal nafas) saat dilahirkan berpotensi autis. Secara tak langsung, kelahiran prematur juga menyebabkan autisme. Beberapa bayi prematur mengalami pendarahan otak; sebagian meninggal dan sebagian sukses hidup. Mereka nan hayati biasanya memiliki kelainan otak nan menyebabkan autisme.



Penyebab Autis: Faktor Lingkungan

Autisme tak selalu merupakan bawaan lahir. Beberapa bayi lahir sehat dan dikandung dengan sehat pun berpotensi terkena autisme saat ia tumbuh dan berkembang di lingkungan nan tak tepat. Faktor eksternal penyebab autis me ini antara lain ialah alergi parah, imbas samping konsumsi obat-obatan, vaksin, infeksi, jenis-jenis makanan tertentu, dan logam berat.

Di tahun 1979, Jaak Panksepp menemukan keterkaitan antara potensi autis dan obat-obatan berupa opiun nan disuntikkan. Bayi nan diberi opiun mengalami kelainan pada saluran pencernaannya. Gambaran opiun ini menyebabkan terganggunya perkembangan saraf pada anak. Otak pun tidak bisa berkembang dengan baik. Ini melahirkan gejala-gejala autisme pada anak, seperti anak suka berteriak-teriak, berlarian dan berputar-putar, serta menyakiti diri sendiri atau bertepuk tangan secara berlebihan.

Keracunan merkuri juga bisa menyebabkan autisme pada bayi dan balita. Hal ini didasarkan kepada laporan-laporan orang tua nan menyebutkan bahwa anak-anak nan terpapar merkuri cenderung bertingkah laku seperti anak autis. Gambaran merkuri bisa terjadi dampak memakan ikan nan terkontaminasi merkuri, penggunaan kosmetik, bahan-bahan perawatan tubuh bayi, dan vaksin nan mengandung merkuri.

Itulah beberapa penyebab autis. Sejauh ini belum ada penelitian final mengenai penyebab-penyebab tersebut. Dengan kata lain, para ilmuwan masih berusaha meneliti secara lebih mendalam mengenai hal-hal nan menyebabkan autisme pada anak.