Keadilan Seorang Pemimpin, Umar bin Khattab

Keadilan Seorang Pemimpin, Umar bin Khattab

Banyak orang nan merasa jenuh dengan hidupnya dan terlibat dengan berbagai masalah. Kadangkala berbagi cerita dengan sahabat, orang tua, maupun teman nan lain tak cukup. Untuk itu, mencari solusi suatu masalah bisa dilakukan dengan mengambil hikmah dari suatu kisah, seperti kisah Islami inspiratif .

Selain mendapatkan penyelesaian atas masalah nan ada, Anda pun bisa memetik hikmah dari cerita tersebut, seperti semakin termotivasi buat berbuat kebaikan. Semakin menyadari estetika Islam, dan ingin selalu dekat dengan Allah.

Kisah Islami nan inspiratif dapat bersumber dari Al Quran maupun hadis. Dengan bahasa susunan kalimat batu, kandungan dalam Al Quran dan hadis tadi dijabarkan dan dibuat kisah agar orang lain lebih mudah memahami isinya serta termotivasi buat mengamalkannya.

Selain itu, ada pula kisah nan diambil dari pengalaman Rasulullah dan sahabat-sahabat, keluarganya, serta kisah para nabi. Sebagai suri teladan nan baik, segala kisah Rasulullah memang tak ada nan cacat, sehingga kita tak akan tersesat dan celaka jika meneladani kisah Rasul . Kisah-kisah tersebut diantaranya:



Kisah Kesabaran Rasulullah SAW Dalam Berdakwah

Nabi Muhammad SAW ialah pribadi nan mulia nan sangat sabar sehingga kesabarannya patut kita contoh. Dalam berdakwah, meskipun Beliau dihina, dicaci, dan diancam oleh para kaum kafir, Rasulullah tak pernah menyerah buat menyerukan kalimat Allah.

Betapa Rasulullah memiliki mental sabar ketika mengalami banyak cobaan. Ketika di dalam kandungan, ayah nabi Muhammad, Abdullah, meninggal, sedangkan ibunya, Siti Aminah meninggalkannya pada usia enam tahun.

Rasulullah pun diasuh oleh kakeknya nan kemudian digantikan oleh pamannya. Bersama pamannya, Rasulullah mulai belajar berdagang.

Setelah diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad mulai melakukan dakwah, mulanya di dalam keluarganya, kemudian meluas di kalangan kerabat dekat, barulah meluas di kalangan kaum muslimin. Kisah nan terkenal salah satunya ialah dakwah Rasulullah SAW di Tha’if.

Daerah itu memang terletak di luar kota Mekah. Ketika berdakwah, kedatangan Rasulullah SAW tak disambut dengan baik, justru Beliau menerima perlakukan dursila seperti makian, kecaman, penghinaan, hingga kekerasan. Bahkan,

Beliau dilempari batu. Rasulullah SAW pun mencari konservasi dengan bersembunyi di sebuah kebun hingga orang-orang nan mengejarnya berhenti mencarinya.

Rasulullah SAW bersembunyi dan berdoa kepada Allah hingga turunlah malaikat nan kedatangangannya memang buat membantu Rasul saat itu. Malaikat menawarkan pada Rasul buat membalas orang-orang nan menzaliminya tadi dengan membinasakannya seperti kaum Tsamud dan kaum ‘Ad nan juga dibinasakan sebab mendustakan nabi.

Namun dengan kesabaran dan kelembutan hati Rasulullah, Beliau malah mendoakan kaum nan menzaliminya tadi agar diberi hidayah oleh Allah. Rasulullah berkata pada malaikat, “Katakan pada Allah, semua itu tak buat mereka. Mereka melakukan kekejian dan penghinaan terhadapku sebab belum mengerti selebaran nan kubawa,” Nah. Betapa lembutnya hati Rasulullah.

Beliau bahkan tak menyimpan dendam pada orang-orang Tha’if tadi. Bagaimana dengan kita? Seringkali baru diejek sedikit saja sudah naik darah dan mengutuk orang tadi. Kadang malah terbesit keinginan buat membalas dendam. Astaghfirullahal’adzim.



Keadilan Seorang Pemimpin, Umar bin Khattab

Kisah sahabat Rasul, Khalifah Umar bin Khattab juga bisa memberi inspirasi. Sebagai seorang pemimpin, hampir setiap malam Khalifah Umar bin Khattab menyelidiki keadaan rakyatnya dengan keluar masuk kampung.

Beliau risi jika melupakan hak-hak nan seharusnya diterima oleh rakyatnya malah terlupakan sebab di akhirat nanti, sang pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.

Khalifah Umar Bin Khattab pergi ditemani seorang pembantunya menuju perkampungan nan terpencil. Terdengarlah suara isak tangis dari sebuah gubuk. Khalifah Umar dan pembantunya segera mendekat. Beliau melihat ada seorang wanita nan sedang memasak di atas tungku.

Sementara sang ibu mengaduk isi panci, asapnya terlihat terus mengepul. Khalifah pun memberi salam dan meminta izin buat bisa masuk. Ternyata sang ibu mengizinkan Khalifah Umar buat masuk sekalipun dia belum tahu siapa gerangan tamunya tersebut.

Mula-mula, khalifah Umar bertanya pada sang ibu siapa nan menangis di dalam, sang ibu menjawab bahwa anaknya menangis terus-menerus. Khalifah Umar nan pernasaran bertanya mengapa sang anak tak mau berhenti menangis dan mengira bahwa si anak sakit .

Namun, sang ibu mengatakan bahwa anaknya tak sakit, ia hanya kelaparan. Setelah mendengar jawaban itu, Khalifah Umar menjadi ingin tahu apa nan sedang dimasak oleh sang ibu sebab sudah lama beliau mengamati, kuliner tadi tidak kunjung matang.

Kemudian Khalifah Umar pun memberanikan diri buat bertanya, ” Wahai Ibu, apa nan sedang engkau masak?” kemudian sang ibu pun menjawab, “Engkau lihatlah sendiri”. Khalifah Umar pun segera melihat apa nan sang ibu masak. Betapa terkejutnya Beliau ketika melihat banyak batu di dalam panci. Karena tak percaya, beliau bertanya pada sang ibu buat memastikan ,” Apakah engkau memasak batu?” dan sang ibu pun mengangguk.

Sang ibu bercerita bahwa dia ialah seorang janda. Apa nan dilakukannya saat itu bukanlah tanpa alasan. Ia hanya ingin menghibur anaknya nan tak berhenti menangis sebab kelaparan dan belum makan sejak pagi.

Sang ibu tak bisa bekerja sebab ia memiliki kewajiban buat menjaga anaknya. Setelah mengumpulkan banyak batu kecil, beliau memasaknya di atas tunggu sambil berharap anaknya akan tertidur sampai pagi dan dapat dibohongi.

Namun anak tadi terus menangis hingga tangisannya terdengar Khalifah Umar. Sang Ibu pun berkata, “sungguh Khalifah Umar bin Khattab tak pantas menjadi pemimpin. Ia tak mau menjamin kebutuhan rakyatnya,”

Sang ibu memang tak tahu bahwa nan ada di hadapannya ialah Khalifah Umar. Pembantu Khalifah nan ingin menegur sang ibu sukses dicegah oleh Khalifah. Buru-buru Khalifah Umar pamit sambil berlinang air mata buat kembali ke Madinah. Khalifah Umar langsung menuju ke baitul mal. Beliau mengambil sekarung gandum , kemudian memikulnya ke rumah sang ibu nan didatanginya.

Pembantu Khalifah Umar ingin menggantikan Khalifah memikul karung, namun hal itu ditolaknya sambil berkata, “Rasulullah SAW pernah berkata, bila ada pemimpin nan membiarkan rakyatnya wafat kelaparan tanpa donasi apa pun, maka Allah SWT akan mengharamkan surga untuknya. Biarlah beban berat ini nan akan membebaskanku dari siksaan barah neraka kelak,”

Dengan penuh perjuangan, Khalifah Umar memikul karung gandum tadi hingga sampai ke rumah sang ibu, kemudian mengetuk pintu rumahnya. Sang ibu nan terkejut kemudian bertanya perihal kedatangan orang asing nan ternyata ialah Khalifah Umar.

Beliau menjawab, “Saya ialah hamba Allah SWT nan diberi amanah buat mengurus seluruh keperluan rakyat,” kemudian Khalifah Umar meminta maaf dan berpamitan.

Kedua contoh kisah Islami inspiratif di atas tentunya memiliki hikmah nan bisa kita ambil. Pada kisah kedua, jika kita membandingkan kepemimpinan Khalifah Umar dan kepemimpinan di negara ini, tentu sangat berbeda.

Namun, buat membantu orang lain, tak perlu menjadi seorang pemimpin terlebih dahulu. Jika kita dapat peka pada keadaan sekitar, akan ada banyak orang nan bisa kita bantu.

Selain dua kisah di atas, masih ada banyak sekali kisah islami inspiratif nan mengandung hikmah dan pelajaran berharga. Semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk pada hambaNya nan ingin belajar dan menjadi lebih baik.