Renungan Hati - Hebat dan Bodohnya Manusia

Renungan Hati - Hebat dan Bodohnya Manusia

Renungan hatimemang diperlukan. Coba perhatikan. Hari ini aku merasa sangat lelah. Taraf kesibukan kerja nan luar biasa menguras energi, telah membuat stamina fisik dan batin aku menjadi terkapar. Ide-ide menjadi buyar, apalagi saat harus menghadapi laptop buat bekerja, mengangkat jari jemari pun serasa diikat beban puluhan kilogram. Ini sesuatu nan perlu mendapat perhatian khusus.

Kelelahan memang manusiawi, dan solusi buat mengantisipasi ini pun harus muncul kembali. Energi harus kembali terisi dan tiada lain tiada bukan ialah dengan mengakses sang pemilik energi terbesar, yaitu sang Illahi. Aktivitas nan harus segera aku lakukan ialah melakukan renungan hati.



Renungan Hati - Inner Talk

Renungan hati ialah proses nan harus segera aku lakukan. Dalam hal ini, pikiran kita nan tadinya melayang-layang entah kemana, perlahan-lahan musti kita ajak buat duduk diam dan merenung. Ya, meskipun masih saja kadang pikiran ini meloncat memikirkan hal lain.Posisi duduk pun aku benahi.

Posisi tubuh perlu dibuat senyaman mungkin buat melakukan meditasi dan renungan hati. Sepertinya aku sudah mulai siap melakukan tugas humanisme ini. Mata pun mulai aku pejamkan, napas mulai teratur. Mulailah aku menikmati alunan keluar masuknya napas saya, dan lama-lama semakin nyaman dan sangat tenang.

Dalam ketenangan ini, obrolan pikiran pun mulai muncul. Di satu sisi pikiran aku mengatakan ‘merah’, di sisi lain mengatakan tentang ‘hijau’, dan obrolan ini terus terjadi. Seorang pakar cybernetic dan hipnoterapi mengatakan, bahwa ialah wajar jika kita mempunyai banyak pikiran nan muncul.

Faktanya memang ada 60 ribu pikiran dalam sehari, dapat saja lebih dan buat memunculkan daya kekuatan besar pikiran, kita harus masuk ke wilayah bawah sadar dan berdialog dengan pikiran bawah sadar tersebut. Manusia mempunyai mimpi dan cita-cita. Nah, saat kita membayangkan mimpi dan cita-cita kita itu, terkadang muncul pikiran nan men-support impian, dan ada pula pikiran lain nan menentangnya.

Inilah nan aku maksud dengan pikiran aku mengatakan ‘merah’ disisi lain mengatakan ‘hijau’. Dalam termin ini terjadilah inner talk . Percakapan di dalam diri pribadi kita.Proses renungan ini mengajak kita melakukan inner talk , perbincangan dalam diri. Alam pikiran kita masuk lebih dalam menuju bawah sadar dan di sanalah kita dapat menemukan kesejatian diri kita dan kebesaran sang Illahi.



Renungan Hati - Berdamai dengan Diri Sendiri

Dalam renungan hati ada proses inner talk , dan dalam inner talk inilah kita diharapkan dapat berdamai dengan diri sendiri. Ada banyak peristiwa dalam kehidupan kita selama ini nan membuat kita sakit hati, jengkel, kecewa, dan hal-hal jelek lainnya. Kesedihan sebab ditinggal oleh orang nan kita cintai, ataupun kesedihan sebab kegagalan kita pada target-target nan ternyata masih meleset.

Dalam wilayah inilah, kita perlu melakukan perenungan, relaksasi, dan evaluasi. Istilah generik dalam global keagamaan ialah kita harus mengikhlaskan dan memaafkan. Maafkanlah segala kebodohan kita. Kita maklumi bahwa manusia ini punya keterbatasan. Sadarilah, bahwa tak semua hal dapat kita dapatkan. Semua sudah ada nan mengaturnya. Siapa lagi kalau bukan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Berdamai dengan diri sendiri ialah proses melepaskan. Melepaskan ego kita dan memberikan izin kepada alam semesta buat bekerja memberikan nan terbaik terhadap segala permohonan kita.Anda ingat hukum matematika kan? Bahwa setiap penjumlahan, perkalian, pengurangan jika dibagi dengan angka 0 ialah tidak terhingga.

Itulah nan harus kita lakukan. Selama ini kita berusaha pelakukan penambahan terhadap rezeki dan prestasi hidup. Kita berusaha mengalikan dengan semua hal agar lebih banyak. Tapi pada saat terjadi pengurangan omzet, pengurangan prestasi hidup, kita menjadi lemah semangatnya, terpuruk tidak berdaya.

Ego kitalah nan mengatakan bahwa kita terpuruk lemah tidak berdaya. Padahal jika kita mau sadari, kita hanya cukup melakukan sesi angka 0 agar kita dapat menerima semua fenomena apa adanya dan di angka 0 itulah kita dapat terakses dengan seluruh alam semesta.

Tahap menuju proses angka 0 dalam jiwa kita di antaranya ialah dengan memaafkan diri sendiri, berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu kita. Ikhlaskanlah saat kita sudah mencapai angka 0 itulah, kita dapat memahami arti renungan hati. Saat itulah kita dapat menciptakan kembali angka-angka nan nanti lebih baik. Tentu saja kita nanti akan dapat menciptakan kehidupan lebih baik dalam diri kita. Semua diawali dengan berdamai pada diri kita sendiri lewat renungan hati.



Renungan Hati - Hebat dan Bodohnya Manusia

Manusia ialah mahluk nan paling tinggi derajatnya di dunia. Hal ini disebabkan ada satu hal nan dimiliki manusia dan tak dimiliki oleh makhluk lain. Apakah itu? Ya, Anda benar. AKAL, inilah nan dimiliki manusia, menjadi keunggulannya nan primer dan dapat dikatakan, kita ialah cermin dari kebesaran sang pencipta.

Manusia dianjurkan buat selalu dapat menyatu dengan Tuhan, dengan memahami setiap nama-nama-Nya dan memahami kebesaran kuasa-Nya. Inilah renungan hati aku pada suatu malam.

Manusia diberi kebebasan buat melakukan keputusan nan terbaik atas berbagai macam pilihan dalam kehidupan. Manusia boleh bercita-cita menjadi orang nan baik, kaya, dan dermawan. Di sisi lain, manusia pun boleh memilih jalan sebagai penjahat, perampok, dan sebagainya dan semua pilihan itu terbuka. Itulah kebesaran Tuhan.

Sedemikian hebatnya izin Tuhan diberikan kepada kita. Kita dapat bebas memilih, bebas menciptakan apa pun nan terbaik buat diri kita. Coba Anda perhatikan. Anda boleh menciptakan triliunan juta dollar dalam alam pikiran Anda, lalu merancang sistem buat meraih hal tersebut dengan cara dan sistem nan terbaik.

Anda juga berhak memikirkan dan menciptakan triliunan juta dollar dengan cara merampok bank. Namun satu hal nan harus selalu kita ingat ialah hukum alam ialah adil. Alam bersifat matematis dan sangat eksak.

Rotasi bumi harian selalu memuat perhitungan matematis nan sangat seksama dan tepat, tidak mungkin meleset. Matahari tidak pernah ingkar janji buat selalu terbit pagi hari dari ufuk timur. Begitu pula bulan dan bintang, semua bekerja sinkron perhitungan matematis nan sangat akurat.

Alam diciptakan dengan sangat seksama dan dengan segala anggaran serta hukum alamnya. Alam telah mencatat, bahwa siapapun nan menabur niscaya akan menuai. Tinggal permasalahannya, apa nan Anda tabur ke muka bumi ini. Jika Anda menabur kebaikan, maka niscaya menuai kebaikan.

Jika Anda menabur dendam, maka niscaya menuai dendam dan kemarahan lebih besar. Anda berhak menjadi hebat atau bodoh. Semua tergantung oleh pilihan Anda sendiri. Seorang nan hebat pun sebenarnya tak hebat, sebab ia sebatas menjalani semuanya atas restu alam semesta.

Seorang nan bodoh justru ialah orang nan merasa hebat dan merasa dapat melakukan segala hal dan semua tunduk pada pemikirannya. Padahal belum tentu demikian.

Renungan hati mengajak kita buat selalu dapat introspeksi. Manusia harus dapat mengenali lebih jauh kemanusiaannya. Ia sebatas bagian kecil dari keagungan seluruh alam semesta kreasi Tuhan. Ibarat debu di samudera luas, jika ada debu nan sedemikian sombongnya mengaku dapat menguasai alam semesta, ini ialah kebodohan terbesar nan ada.

Hal nan paling dapat masuk akal ialah jika kita dapat menyatu dengan samudera itu. Kita dapat melebur menjadi alam semesta, manunggal dan berjalan dengan sangat serasi demi kebahagiaan hayati nan kita impikan. Semua diawali dengan renungan hati, bahwa semua hal di muka bumi ini ialah ciptaan-Nya.

Kita hanya harus belajar bersyukur setiap saat, menerima segala hal dengan nikmat dan niscaya ada kedahsyatan alam semesta nan berkenan memilih kita sebagai wakilnya buat mengisi alam semesta ini dengan luar biasa. Semua diawali dengan renungan hati. Ikuti, nikmati, syukuri, dan perhatikan apa nan terjadi.