Nilai Modern Busana Batik

Nilai Modern Busana Batik

Busana batik merupakan mode sepanjang masa nan dewasa ini sering dipakai tak hanya oleh kalangan ibu-ibu atau bapak-bapak, tapi juga oleh kaum muda nan ingin lebih mencirikan bukti diri dirinya sebagai orang Indonesia. Dengan busana batik, seseorang akan tampak lebih anggun, elegan, dan unik. Meskipun pada beberapa kesempatan acara, hampir semua pemakai batik menggunakannya dengan paduan kebaya (bagi perempuan) atau celana panjang (bagi laki-laki).

Busana batik sendiri telah menjadi ikon negara Indonesia nan memang penuh dengan kreativitas dalam berbudaya. Tidak hanya itu, busana batik juga kerap digunakan sebagai baju buat para model kelas menengah atas dalam peragaan busana terkini.

Banyak desainer terkenal nan menggunakan busana batik sebagai busana andalan mereka. Tidak hanya sebab motifnya nan mencirikan Indonesia, tapi juga nilai filosofi nan terkandung di dalam gambar seni batik pun membuat para desainer tergugah buat menjadikannya sebagai bagian dari ikon fashion Indonesia.

Bahkan, di beberapa negara di dunia, busana batik telah menjadi fashion unik nan tidak kalah menariknya dengan busana lain nan diciptakan oleh desainer-desainer Eropa kelas dunia.



Kematangan Busana Batik dalam Global Fashion

Jika pada awalnya busana batik hanya dianggap sebagai kelas spesifik di global fashion, yakni kelas nan hanya diminati oleh sebagian kecil kalangan nan memahami sejarah dan budaya Indonesia (juga kalangan ningrat nan menurunkan batik sebagai salah satu seni), kini busana tersebut sudah menjadi acuan model di global fashion.

Berbagai peragaan busana batik tak lagi tampak sepi pengunjung, justru menarik banyak pengunjung. Beberapa pengunjung nan datang dengan berbagai alasan menjadikan pesona busana batik sebagai bagian dari seni nan mampu dinikmati oleh berbagai kalangan.

Tidak hanya menjadikan seni tersebut sebagai busana batik, para desainer juga menggunakan seni batik dalam model fashion lainnya, seperti tas, sepatu, dompet, bahkan aksesori lain seperti perhiasan gelang, kalung, dan lain-lain.

Seseorang dapat tampil cantik tak hanya dengan memakai busana batik, tapi juga dengan aksesori berukiran batik, seperti kerajinan tangan berbentuk cincin dan gelang nan juga diukir dengan menggunakan seni batik. Hal tersebut tentu saja membuat global budaya menjadi semakin bingar dengan munculnya ikon-ikon fashion nan membawa seni batik ke dalam sarana desain mereka, termasuk busana batik nan bahkan sekarang sudah sangat beredar di berbagai kalangan masyarakat.

Akan tetapi, ada hal nan harus dijaga dengan munculnya busana batik sebagai salah satu ikon fashion di Indonesia. Busana nan membawa nilai-nilai filosofis budaya ini seyogianya mampu membawa misi nan juga erat kaitannya dengan nilai budaya.

Jika sebelumnya kita berpendapat bahwa busana batik hanya cocok dikenakan oleh kalangan berumur (ibu-ibu dan bapak-bapak) atau pada acara resmi saja, kita sekarang boleh berbesar hati sebab banyak anak muda nan justru menggunakannya ke berbagai acara, baik nan bersifat santai maupun formal.

Kemajuan busana batik di global fashion ini memberikan dua peluang kepada kebudayaan Indonesia. Di satu sisi, nilai budaya tradisional akan semakin dihargai oleh masyarakat luas dengan adanya peningkatan tersebut. Namun di sisi lain, munculnya busana batik di dalam global fashion juga mampu membawa akibat jelek terhadap peradaban dan kebudayaan primordial di Indonesia.

Busana batik nan pada awalnya memikat secara filosofis, dapat dengan mudahnya menjadi mitos bagi para pemakainya nan kini sudah mencapai seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut dapat terjadi apabila pemakai busana batik hanya mementingkan keindahan penampilan saja, tanpa mementingkan nilai-nilai budaya nan terkandung di dalam seni batik itu sendiri.

Sebagai contoh, seseorang nan memakai batik khas Cianjur (dengan motif gambar beras nan melambangkan rasa bersyukur atas kesuburan nan telah diberikan kepada tanah Cianjur) akan menghilangkan nilai-nilai kesuburan tersebut apabila dipergunakan tanpa memahaminya.

Busana batik nan seharusnya dipergunakan dengan membawa nilai-nilai budaya nan luhur, kecantikan alami ( inner beauty ), dan rasa syukur malah dijadikan seni nan membawa manusia pada kelupaan akan nilai-nilai tersebut. Misalnya saja, kita banyak melihat bahwa kebanyakan kalangan menengah ke atas akan lebih memilih busana batik berharga jutaan rupiah dibandingkan dengan batik nan dijual lebih murah.

Di satu sisi, hal tersebut dapat saja memperlihatkan betapa busana batik sangat berharga sebab nilai kreativitasnya dianggap tinggi. Akan tetapi di sisi lain, dapat saja hal tersebut merupakan sebuah pola gaya hayati masa kini nan membuat batik menjadi sebuah "nilai baru" dalam kebudayaan modern, yakni nilai prestise.



Nilai Modern Busana Batik

Seperti nan sudah disebutkan, busana batik memiliki dua celah nan berpotensi meningkatkan atau menurunkan kualitas seni batik di Indonesia. Kemunculannya sebagai acuan model di global fashion menjadikannya bernilai sangat tinggi atau bahkan sebaliknya, yakni sangat rendah.

Menjual busana batik atau seni batik lainnya dengan harga mahal bukanlah satu-satunya hal nan dapat menjadikan seni batik menjadi bernilai sangat tinggi. Atau dengan booming -nya batik di global fashion juga tak menjamin bahwa nilai-nilai budaya nan terdapat dalam seni batik mampu diapresiasi dengan baik oleh para penggemar fashion.

Oleh sebab itu, para desainer busana batik harus melakukan observasi terlebih dahulu terhadap nilai-nilai budaya seni batik nan dipergunakannya. Apalagi jika desainer tersebut memodifikasi atau mencampurkan seni batik khas daerah nan satu dengan daerah nan lainnya. Akulturasi semacam itu dapat saja menambah nilai filosofis nan terdapat dalam busana batik, tapi dapat juga justru mengurangi nilai-nilai tersebut.

Dengan sederet anggapan dari para desainer, busana batik mampu menjadi huma pembudidayaan nilai-nilai tradisional nan berpotensi mengangkat kembali kebudayaan luhur nan sudah mulai menurun semenjak datangnya modernitas ke negara Indonesia.

Berbagai jenis seni nan masuk mampu mengubah pola pikir masyarakat Indonesia sehingga nilai-nilai budaya tak lagi terpelihara dengan baik. Dengan demikian, hal ini dapat berarti bahwa para desainer, selain bertugas menciptakan desain produk nan mampu mengangkat kesenian dan kreativitas budaya Indonesia juga bertugas buat mengembalikan nilai-nilai budaya nan hilang dampak akulturasi lain.

Dengan mengangkat busana batik sebagai produk mereka, para desainer juga memiliki kewajiban buat memberikan pemahaman kepada global fashion mengenai sisi filosofis budaya dan kesenian batik.

Selain mampu mengangkat nilai-nilai adiluhung seni busana batik, para desainer juga mampu menguasai peradaban dengan nilai-nilai kebudayaan nan sudah terukir sejak zaman dahulu. Nilai-nilai tersebutlah nan nantinya akan disandingkan dengan nilai modern sehingga busana batik bukan lagi sebagai modus buat menjadikan laba di global fashion semata, tapi juga menambah nilai bagi kebudayaan dan pariwisata di Indonesia.

Lantas bagaimana dengan kita sebagai penonton dalam global fashion? Tentu saja kita juga tak dapat hanya diam mendengarkan perdebatan antara kebudayaan dan peradaban mengenai nilai modern nan muncul pada busana batik. Kita dapat menggunakan busana batik sekaligus memahami proses kreativitas dan nilai-nilai budaya nan terkandung di dalamnya sehingga bukan hanya sebagai pengguna dan pengapresiasi, kita juga dapat berfungsi sebagai pengkritisi seni batik di Indonesia. Selamat berbusana batik!