Batik sebagai Kebudayaan Suku Jawa

Batik sebagai Kebudayaan Suku Jawa

Kebudayaan suku Jawa merupakan salah satu kebudayan tertua nan ada di Indonesia. Hadirnya berbagai kerajaan nan berdiri kokoh dimasa lampau merupakan salah satu bukti nan berbicara bahwa kebudayaan suku Jawa sudah ada sejak sangat lama, jauh sebelum modernisasi mengenai kehidupan masyarakat Jawa seperti sekarang ini.

Setiap peradaban nan pernah lestari di bumi selalu meninggalkan warisan simbol-simbol nan menjadi bukti eksistensi. Simbol-simbol tersebut pada masanya dapat jadi merupakan media komunikasi. Entah komunikasi sesama manusia maupun dengan Tuhan. Begitupun nan terjadi pada kebudayaan suku Jawa.

Kebudayaan suku Jawa melintasi waktu sejarah teramat panjang. Banyak simbol nan dimiliki, dan tetap bertahan sampai sekarang. Dengan simbol itu, komunikasi dari masa lalu dikirim dengan seksama kepada masyarakat modern, sehingga mereka bisa mengetahui makna dan filosofi nan terkandung di dalamnya.

Dengan simbol-simbol tersebut, nenek moyang mengajarkan pesan kearifan dan nilai moral nan sarat pencerahan. Menurunkan kebudayaan suku Jawa nan memang tak pernah hilang digilas masa dan segala macam hal nan berkaitan dengannya.

Kebudayaan merupakan proses pemikiran panjang nan dari masyarakat. Kebudayaan dapat juga diartikan sebagai kebutuhan manusia secara batiniah. Oleh karena itu, berbudaya menjadi semacam "ritual" nan sudah dilalui sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Begitupun dengan masyarakat suku Jawa.

Kebudayaan suku Jawa memiliki peran nan sama dengan kebudayaan nan ada dimiliki oleh suku-suku lain di Indonesia, yakni sebagai salah satu bukti eksistensi peradaban manusia. Selama peradaban manusia ada, maka kebudayaan pun menjadi satu hal nan niscaya tetap ada.



Batik sebagai Kebudayaan Suku Jawa

Batik ialah produk kebudayaan suku Jawa nan diyakini memiliki kandungan filosofis. Percaya tak percaya, batik Yogyakarta saja memiliki lebih dari 400 jenis motif batik. Masing-masing motif memiliki loka dan gambaran nan berbeda menyesuaikan dengan banyaknya upacara adat dan keagamaan.

Secara umum, konstruksi desain batik Jawa mengakomodasi dua jenis motif, yakni geometris dan stilasi. Motif geometris mengacu pada ragam bentuk geometri, seperti kotak, garis, lingkaran, segitiga, dan sebagainya.

Sedangkan, motif stilasi mengacu pada desain alam seperti bunga, tumbuhan, dan binatang. Keunikan batik Jawa dibandingkan dengan batik dari daerah lain ialah motif isen-isen nan berupa titik, garis lurus, atau ornamen ragam hias lain nan berfungsi melengkapi motif utama.

Keberadaan batik memang tak dapat lepas dari kebudayaan suku Jawa. Meskipun kini batik sudah menjadi produk budaya nan universal di negeri ini, kebudayaan suku Jawa ialah induk dari batik itu sendiri.
Peran batik di kebudayaan suku Jawa bukan hanya sekadar baju khas nan mencirikan bukti diri adat budaya dari suku Jawa, tetapi lebih dari itu. Batik memiliki sebuah filosofi nan tak mungkin digantikan oleh produk kebudayaan suku Jawa lainnya.



1. Kebudayaan Suku Jawa - Beberapa Motif Batik dan Filosofinya

Pada perkembangannya, batik mengalami beberapa pekembangan nan berkenaan dengan motif atau corak. Motif atau corak batik itu sendiri diciptakan dari proses nan cukup panjang. Sebuah proses wajar nan memang sering terjadi pada sebuah kebudayaan, termasuk kebudayaan suku Jawa . Berikut ini ialah beberapa motif batik nan berfilosofi dari kebudayaan suku Jawa.

a. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Parang Barong

Ini salah satu bentuk ciptaan motif parang nan merupakan simbol ombak samudra. Memiliki makna semangat, kekuatan, dan kemauan nan tak pernah berhenti.

Dalam kebudayaan suku Jawa, motif Parang Barong memiliki keunikan dalam cara pembuatannya, di mana seorang artis batik diwajibkan menjalani ritual khusus. Bahkan, saat menuliskan pola batik di atas kain mori, setiap garis harus ditulis dalam satu helaan napas.

Tata cara pemakaian motif batik ini pun diatur dalam kebudayaan suku Jawa. Parang Barong hanya dikenakan oleh kalangan raja dan leluhurnya. Makna filosofisnya ialah kewajiban menjaga kedaulatan bangsa, dalam helaan napas tersebut.

b, Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Parang Rusak

Dalam kebudayaan suku Jawa, motif batik ini masih bagian dari ciptaan motif parang. Motifnya berupa bentuk parang nan telah distilasi lebih sederhana dibanding Parang Barong. Motif ini digunakan prajurit setelah memperoleh kemenangan dalam peperangan melawan musuh.

c. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Parangkusuma

Motif ini kombinasi antara motif parang dan motif mlinjon (buah melinjo) nan dalam kebudayaan suku Jawa mengandung falsafah perjuangan mencari kemuliaan lahir dan batin.

d. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Semen

Mengambil bentuk dasar tumbuhan atau tunas nan sedang bersemi (semen). Motif ini banyak sekali jenisnya seiring dengan perkembangan kreativitas masyarakat Jawa berikut kebudayaan suku Jawa itu sendiri. Batik semen biasanya digunakan dalam upacara perkawinan, sebab mengandung falsafah kesuburan dan pertumbuhan.

e. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Madu Bronto

Mengambil bentuk geometri lingkaran bertumpuk. Sehingga, menghasilkan delusi optik menyerupai sarang tawon atau kelopak bunga. Ada juga nan menyebut bentuknya menyerupai peniti bertumpuk. Motif ini dalam kebudayaan suku Jawa menyimbolkan seseorang nan jatuh cinta, dan biasanya dikenakan oleh pria nan hendak melamar kekasihnya.

f. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Beras Kecer

Mengambil bentuk dasar menyerupai butiran beras nan tersebar di lantai. Secara kasat dapat dijelaskan motif ini dalam kebudayaan suku Jawa mengandung falsafah kemakmuran negeri. Dapat juga bermakna pengharapan tinggi kepada Tuhan agar dilimpahi rezeki.

g. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Udan Riris

Menggabungkan bentuk sulur (stilasi tunas) dan bentuk geometris. Motif ini menggambarkan hujan gerimis, dan mengandung falsafah berdasarkan kebudayaan suku Jawa yaitu kesabaran menanti berkah atau pertolongan Tuhan, sebagaimana hujan gerimis.

h. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Kawung

Mengambil bentuk dasar buah aren (kawung) nan distilasi dalam bentuk segiempat simetris. Angka empat dalam kebudayaan suku Jawa mengandung falsafah asal-muasal kehidupan manusia (kiblat papat lima pancer). Dalam pewayangan, motif kawung dipakai oleh punakawan, sebab batik ini juga mengandung makna keinginan dan usaha nan keras.

i. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Truntum

Motif berupa bintang nan berpendar dalam kegelapan. Konon, diciptakan oleh seorang permaisuri nan dilupakan Raja. Dalam kesedihan di malam sepi, sang permaisuri membatik dengan menggambar bintang nan kesepian. Ketekunan sang permaisuri mampu menyentuh hati Raja, sehingga menumbuhkan cintanya kembali.

Jadi, motif truntum dalam kebudayaan suku Jawa mengandung makna kesabaran dalam memelihara kesetiaan. Ada juga nan mengartikan bentuk cinta nan bersemi kembali.

j. Kebudayaan Suku Jawa - Batik Motif Sidamukti

Jenis batik ini mengandung beberapa motif unik, di antaranya motif ukel (berbentuk koma), Dilengkapi pula motif geometris kotak-kotak nan berisi kupu-kupu, dan kereta pengantin. Biasa digunakan dalam pernikahan sebab dalam kebudayaan suku Jawa, motif batik sidamukti atau sidomukti ini mengandung doa kemakmuran dan kebahagiaan.
Masih banyak lagi berbagai motif kain batik Jawa nan mengandung falsafah mendalam. Etika dan tuntunan konduite masyarakat Jawa tertuang dalam motif-motif tersebut.

Kita dapat menemukan ajaran moral berupa pepali, unggah-ungguh, subasita, tata krama, sopan santun, pranatan, pitutur, wejangan, serta kebudayaan suku Jawa lain. Dengan mengenalnya, maka kita akan semakin mencintainya dan bangga sebagai pewaris kebudayaan adiluhung ini.