Pentingnya Hutan Bakau

Pentingnya Hutan Bakau

Apa sebenarnya penyebab tsunami Aceh 2004 sehingga kerusakan dan korban jiwa nan ditimbulkan begitu dahsyat? Beberapa ilmuwan menyelidiki peristiwa alam ini dan sukses mengungkap misteri dibalik kejadian memilukan tersebut.



Gempa Bumi

Indonesia terletak diatas lokasi rendezvous beberapa lempeng bumi nan aktif bergerak. Lempeng bumi tersebut antara lain Lempeng Tektonik India dan Lempeng Sunda. Pada tanggal 26 Desember 2004 tersebut, terjadi tabrakan antara Lempeng Tektonik India dan Lempeng Sunda nan menyebabkan sebuah rekahan bawah bahari dengan panjang 1600 km bergeser jatuh sedalam 20 - 25 meter.

Gempa bumi berkekuatan 9,3 pada skala richter terjadi dengan episentrum sekitar 160 km bagian barat bahari Aceh pada kedalaman 10 km. Efeknya, sebuah bala dahsyat nan merusak hampir semua bangunan di wilayah Aceh Barat.



Patahan Penyebab Gelombang

Lantas, kronologis penyebab tsunami Aceh 2004 nan sebenarnya, bagaimana? Saat terjadi tabrakan antar lempeng bumi, rekahan nan bergeser masuk permukaan bahari sedalam 25 meter itu menyebabkan air bahari mengalami pasang mendadak.

Dalam sebuah model percobaan di komputer, para ilmuwan menemukan bahwa patahan sepanjang 1600 km nan bergerak sedalam 25 meter ke bawah bumi itulah nan menyebabkan gelombang raksasa setinggi 100 kaki menyerbu daratan sekitar bahari Hindia, termasuk pesisir Aceh sebagai daerah paling dekat dengan lokasi geseran.

Kemudian, dengan peralatan seismik nan mampu mendeteksi taraf kepadatan zona sedimen bawah bahari nan ada di lokasi, terungkap bahwa jenis batuan di sana sangat rendah taraf kepadatannya, alias rapuh. Itu juga salah satu penyebab mengapa gelombang nan dihasilkan begitu besar.



Pentingnya Hutan Bakau

Penyebab tsunami Aceh 2004 memang tak bisa dihindari, sebab sifatnya alami. Hanya saja, besarnya korban jiwa nan jatuh saat tsunami Aceh terjadi, membuat banyak pihak lantas berfikir buat melakukan pencegahan nan bisa memperkecil jumlah korban jika terjadi peristiwa nan sama kelak.

Pentingnya pemecah gelombang di daerah pantai berupa hutan Bakau, mulai disadari oleh pihak nan terkait. Dalam hal ini pemerintah daerah dan juga masyarakat penghuni pesisir pantai. Pencerahan buat mulai melakukan reboisasi atau penanaman kembali hutan Bakau nan gundul telah menjadi program lanjutan setelah penanganan pengungsi selesai.