Bagaimanakah Cara Mencapai Gunung Anak Krakatau?

Bagaimanakah Cara Mencapai Gunung Anak Krakatau?

Gunung ini sempat menjadi warta primer di beberapa media belakangan ini. Ya, Gunung Anak Krakatau sempat beberapa kali erupsi, memuntahkan lava, asap abu vulkanik, dan lahar ke daerah sekitarnya. Tentu saja ini menimbulkan kekhawatiran, bukan hanya bagi warga nan hayati di sekitar gunung ini, tetapi juga bagi penduduk Pulau Jawa, Sumatra dan sekitarnya.

Namun di balik segala kegiatan vulkaniknya, gunung ini menyimpan sejumlah pesona nan menarik wisatawan buat menikmati panoramanya nan indah. Aktivitas vulkanisnya pun mampu menarik perhatian, selain itu bagian terkecilnya pun selalu menarik buat diamati. Akankah gunung ini mengikuti jejak pendahulunya nan meletus dengan letusan nan dahsyat? Ada baiknya kita simak dulu sekelumit tentang gunung ini



Sejarah Terbentuknya Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau ialah gunung nan dihasilkan dari erupsi Gunung Krakatau sebelumnya. Krakatau ialah kepulauan vulkanik nan masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra.

Seperti nan pernah kita ketahui, Gunung Krakatau pernah mengalami ledakan nan super dahsyat pada 26-27 Agustus tahun 1883. Suara letusan itu terdengar sampai ke Alice Springs, Australia, dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer jauhnya, bahkan bisa didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom nan diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Global II.Letusan Krakatau ialah nan paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik nan paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern.

Selain itu, letusan ini juga menyebabkan perubahan iklim global. Global mengalami kegelapan selama dua setengah hari dampak debu vulkanis nan menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung barah nan kemudian dikenal sebagai Gunung Anak Krakatau dari kawasan kawah purba nan masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki.

Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi Anak Karakatau mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya.

Apa nan menyebabkan gunung ini semakin bertambah tinggi? Penyebab tingginya gunung itu sebab adanya material nan keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini, ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut. Sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.



Gunung Anak Krakatau Saat Ini

Sejak lahir tahun 1926, anak gunung tersebut membutuhkan letusan buat tumbuh. Seiring pertumbuhan, materi-materi pembentukan gunung menumpuk nan menyebabkan Gunung Anak Krakatau ini terus bertambah tinggi.

Akibat hal ini maka Gunung Anak Krakatau termasuk golongan gunung berapi nan aktif di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas kegempaan nan kerap terjadi. Walaupun gempanya termasuk gempa vulkanik, namun tidak urung penduduk nan tinggal di pesisir pantai merasakan gempa-gempa tersebut.

Bukan hanya itu, gunung ini juga menyemburkan abu dan debu vulkanik. Hembusan panas juga rutin dikeluarkan oleh gunung aktif ini. Jenis hembusannya naik turun dan tak menentu. Namun sejauh ini, hembusan panas nan berupa asap putih nan berisi abu dan debu vulkanik ini belum menimbulkan kekhawatiran nan hiperbola bagi BMKG.

Akhir-akhir ini, Gunung Anak Krakatau banyak mengeluarkan suara dentuman nan terdengar hingga Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang. Namun, suara dentuman ini tak membuat warga sekitarnya menjadi panik, mereka malah melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Hal ini dikarenakan mereka sudah terbiasa mendengar suara dentuman nan berasal dari Gunung ini.

Memang, gunung nan aktif mengeluarkan dentuman, semburan panas, dan juga aktivitas kegempaannya meningkat dianggap warga sekitar sebagai tanda positif gunung ini sedang ‘membuang’ energinya. Namun nan berbahaya itu ialah gunung nan lama tertidur nan secara tiba-tiba meletus dengan kekuatan nan dahsyat.

Hal serupa terjadi pada Gunung Krakatau, nan merupakan induk dari Gunung Anak Krakatau (GAK), nan sempat tertidur selama 200 tahun sebelum akhirnya meledak dengan dahsyat pada tahun 1883.Meski aktivitas GAK masih tercatat normal, namun harus tetap diwaspadai sebab merupakan gunung barah aktif nan kegempaannya selalu fluktuatif atau sulit diprediksi.

Gunung Anak Krakatau sebagai Tujuan Wisata

Kawasan Gunung Anak Krakatau memang terbuka buat tujuan wisata. Siapa sih nan tak terpesona dengan pemandangan gunung nan muncul dari tengah bahari dan masih aktif mengeluarkan abu vulkanik. Daya tarik primer gunung ini terlihat saat gunung ini sedang dalam keadaan aktif.

Kawasan Gunung Anak Krakatau ini merupakan laboratorium alami buat mempelajari berbagai gejala alam, geologi, vulkanologi, dan biologi. Walaupun masih aktif, gunung ini tetap ditumbuhi tumbuhan, seperti cemara dan alang-alang. Dengan mengunjungi kawasan ini, wisatawan bisa mengetahui proses pembentukan pulau, gunung dan hutan.

Pemandangan nan latif akan tersuguhkan di depan mata ketika lava pijar kemerahan menyembur dari kaldera gunung ini. Belum lagi kekayaan bahari di sekitarnya nan menyajikan majemuk jenis ikan dan terumbu nan masih terjaga keasriannya, ditambah hamparan pasir pantai nan hitam sampai menuju puncak Gunung Anak Krakatau.

Namun nan paling mempesona ialah pemandangan nan menakjubkan ketika kita berada di puncaknya dan menatap pemandangan di sekitarnya, dengan berbukit-bukit tanah nan langsung dibatasi lautan sungguh daya tarik nan tidak mudah dilupakan dari gunung ini.



Bagaimanakah Cara Mencapai Gunung Anak Krakatau?

Apabila Anda berminat mengunjungi Gunung Anak Karakatau dari berbagai terminal bus di Jakarta menuju Merak bisa menggunakan kapal fery agar bisa menyeberang ke Bakauhuni. Tujuan utamanya ialah ke Desa Canti sebuah desa kecil di sebelah selatan Lampung nan merupakan pelabuhan nelayan terdekat menuju Gunung Anak Krakakatau.

Namun, apabila Anda berniat berangkat dari Bandar Lampung, Anda tinggal menuju Kalianda, laluberlanjut ke Desa Canti.Di Canti, sejumlah bahtera motor nelayan dapat disewa buat mengunjungi Kepulauan Krakatau. Waktu perjalanan mencapai 150 menit. Perjalanan dari Dermaga Canti menuju Gunung Anak Krakatau umumnya dimulai pada pagi hari.

Saat Anda melakukan perjalan menggunakan kaapl fery, biasanya beberapa pulau akan disinggahi sebab estetika pulau-pulau tersebut. Pulau-pulau tersebut salah satunya ialah Pulau Sebuku Kecil, sebuah pulau kecil nan pantainya berpasir putih dengan hamparan bahari biru nan mengelilinginya. Pulau nan tidak berpenghuni ini seluruh bagian pulaunya masih merupakan hutan nan alami.

Pulau berikutnya ialah Pulau Sebesi, sebuah pulau berpenduduk nan paling dekat dengan Gunung ini dan memiliki estetika alam bawah bahari nan sangat memesona. Tidak jauh dari Pulau Sebesi terdapat Pulau umang-umang nan hanya berukuran 50×50 meter persegi, tetapi memiliki estetika gugusan karang dan pantai pasir putihnya nan masih alami.

Pulau lainnya ialah Pulau Rakata. Di Pulau Rakata, Anda sudah begitu dekat dengan gunung anak krakatau. Disini anda juga bisa melakukan snorkeling di Lagoon Cabe, di mana terumbu karang nan masih alami dan ikan hias berwarna warni terlihat begitu latif jika dilihat langsung di habitatnya. Menikmati Krakatau nan sedang aktif sangat latif ketika malam hari, jauh lebih cantik daripada di siang hari.

Dengan begitu banyak estetika nan akan tersaji di depan mata, akankah anda berpikir dua kali buat mengunjungi Gunung Anak Krakatau? Disamping segala aktivitas vulkaniknya nan tinggi, gunung ini tetap dinyatakan kondusif buat dikunjungi. Jadi tunggu apalagi? Selamat berlibur!