Prestasi Belajar di Global Pendidikan

Prestasi Belajar di Global Pendidikan

Selain dipusingkan biaya pendidikan nan semakin melambung tinggi meski secara teroritis besarnya alokasi APBN bagi dana pendidikan generik mengalami peningkatan, orangtua atau wali murid niscaya juga memikirkan masalah bagaimana meningkatkan prestasi belajar sang anak .

Apalagi bagi para wali murid nan putra-putrinya duduk di taraf terakhir menjelang kelulusan. Ditambah pemberitaan masalah Ujian Nasional nan baru lalu karut marut serta standarisasi taraf kelulusan nan ditingkatkan membuat bertambahnya beban pikiran. Kecemasan sang anak tak naik kelas atau tak lulus sekolah membayangi orangtua nan menyadari prestasi akademik anaknya tergolong pas-pasan.



Prestasi Belajar di Global Pendidikan

Prestasi belajar di global pendidikan Indonesia biasanya diukur dengan nilai nan standarisasinya dikaitkan dengan nilai rata-rata kelas seperti tertulis dalam rapot setiap semester. Jika nilai individual lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas bisa dikatakan sang anak memiliki prestasi akademik nan lebih baik dibandingkan teman-teman sekelasnya. Selama ini. masyarakat menganggap jika nilai anak di bawah nilai rata-rata kelas, ia dianggap tak berprestasi. Hal inilah nan harusnya dicermati lebih bijak.

Jika dalam sebuah kelas terdiri atas siswa nan sangat pintar dan nilai akademik nan dicapai berkisar di angka 9 hingga sepuluh, apakah siswa nan hanya mampu meraih angka 8 dianggap tak mampu memahami pelajaran? Manusia secara kodratnya lebih menghargai hasil akhir dibandingkan proses, termasuk dalam proses pemahaman pelajaran di sekolah nan ada kaitannya dengan pencapaian prestasi akademik. Ada baiknya sudut pandang seperti ini ditelaah kembali.

Menekankan evaluasi kemampuan pemahaman siswa akan pelajaran nan diberikan hanya kepada nilai rapor semata hanya akan membuat siswa merasa tertekan. Di sisi lain, dikhawatirkan siswa akan terdorong buat menghalalkan segala cara hingga melakukan hal-hal di luar nalar demi mencapai prestasi akademik nan diharapkan orangtua dan pihak sekolah.

Fenomena mendoakan pensil dan alat tulis nan akan digunakan dalam UAN, menyiramnya dengan air kembang nan telah dibubuhi doa, mendatangi tempat-tempat keramat hingga menyalahgunakan kegunaan ziarah kubur di loka alim ulama hanya demi mendapatkan berkah agar lulus UAN dengan nilai tinggi, ialah hal-hal memprihatinkan nan patut diluruskan.

Merujuk kembali tujuan pendidikan ialah memberikan pemahaman, bekal bagi siswa buat mengarungi kehidupan. Pelajaran berbahasa, hitung menghitung dalam matematika hingga pengetahuan geografis dan hukum alam ialah ilmu nan diharapkan menjadi dasar bagi para siswa dalam menjalani kehidupan mengikuti perkembangan zaman.

Patut diingat penyeimbang dari pengetahuan nan bersifat “duniawi” ialah pencerahan spiritual. Dengan demikian, diharapkan siswa tak terjerumus dalam hal-hal nan tak diharapkan demi meraih prestasi akademik dan benar-benar nilai nan diraihnya murni sebagai tolok ukur kemampuannya dalam menyerap pelajaran dan mencari jalan keluar nan bijak jika kemampuan pemahaman siswa masih jauh dari harapan.



Faktor-faktor Gagalnya Siswa Memahami Pelajaran

Jika dalam penilaian belajar ditemui nilai siswa sangatlah kurang, perlu dicari penyebab dari kelemahan siswa , sebab nilai nan jelek atau gagal dalam ujian bisa dikatakan sebagai indikator adanya hal-hal nan membuat siswa gagal memahami pelajaran.

Faktor-Faktor nan perlu diperhatikan ialah sebagai berikut.

  1. Suasana belajar. Sebagian siswa merasa nyaman belajar dalam ruangan nan tenang, hanya sebagian kecil saja tetap mampu memahami pelajaran dalam suasana bising. Kondisi loka belajar ada baiknya ditinjau ulang.
  1. Kondisi kesehatan siswa. Siswa nan sering sakit tentu lebih mudah tertinggal dalam pelajaran dan perlu diperhatikan bahwa sakit tak hanya fisik, keadaan psikis siswa turut mempengaruhi kemampuan penalaran. Kondisi tertekan dan risi nan hiperbola akan kegagalan mampu mengganggu proses penyerapan pengetahuan. Ekspektasi pihak sekolah dan wali murid nan hiperbola biasanya membuat siswa stres daripada terpacu semangat belajarnya.
  1. Faktor penunjang lain, kelengkapan teksbook , kesempatan belajar praktik buat lebih memahami teori ialah hal-hal nan membantu siswa mencapai pemahaman nan diharapkan.
  1. Tingkat kejenuhan. Seperti orang bekerja, siswa belajar pun bisa mencapai titik jenuh. Memberikan keleluasaan bagi siswa buat beristirahat setelah belajar keras tentu sangatlah bijak dan perlu dilakukan. Beristirahat tak hanya harus darmawisata atau tamasya keluar kota, mendengarkan musik, bermain game , membaca majalah atau buku selain teksbook saat jarak belajar merupakan contoh rekreasi otak nan sederhana.

Dalam usia pertumbuhan, terkadang siswa mengalami gangguan konsentrasi hiperbola atau ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders). Beberapa penyebab gangguan konsentrasi tersebut di antaranya ialah faktor keturunan, perkembangan otak pada saat pertumbuhan janin di kehamilan mengalami gangguan, perkembangan otak saat perinatal, ketidakteraturan hormonal, metabolisme mengalami disfungsi, dan taraf kecerdasan atau IQ . Bahkan juga bisa disebabkan oleh pola pengasuhan anak oleh orangtua sebagai pembimbingnya, guru, dan juga orang-orang nan berpengaruh di sekitar lingkungannya.

Gangguan konsentrasi nan disebabkan oleh disfungsi metabolisme muncul sebagai dampak dari ketidakseimbangan nutrisi, terutama sebab terlalu banyak mengonsumsi gula. Nutrisi nan mengandung indeks glikemik ( glycaemic index /GI), dan beban glikemik ( glycaemic load /GL) tinggi memengaruhi kinerja pankreas dan organ lainnya dampak tekanan gula darah nan meningkat terlalu drastis.

Fenomena ini menyebabkan anak tak mampu berkonsentrasi dengan baik sebab saat mengonsumsi gula, gula darah akan cepat naik namun cepat juga turunnya. Fluktuasi ini mampu memengaruhi metabolisme tubuh sebagai akibatnya kestabilan emosi turut terpengaruh dan jika tak dilakukan tindakan pemugaran pola makan, bisa menyebabkan depresi.



Menangani Prestasi Akademik nan Menurun

Kemudian jika prestasi akademik menurun, apa nan harus dilakukan? Dari sudut pandang siswa, sebaiknya ia berterus terang kepada orangtua mengenai akar permasalahan nan menyebabkan prestasi taraf belajarnya menurun. Pihak orangtua selayaknya menyikapi penurunan prestasi siswa ini sebagai masalah nan harus dicari solusi melalui cara nan membuat sang siswa merasa nyaman, bukan menganggapnya musibah, aib sehingga menumpahkan kekesalan kepada siswa dengan kemarahan.

Pendidikan bukanlah sekadar meraih nilai ujian dan rapot, namun tujuan pendidikan ialah pengayaan diri sang anak akan nilai-nilai kehidupan. Jika penyebab siswa merasa tidak nyaman dan berpengaruh pada prestasi akademiknya ialah suasana ruang kelas nan kurang aman atau metode pedagogi nan tak bisa diikuti siswa secara maksimal, pembicaraan secara kekeluargaan dengan pihak sekolah sepatutnya dilakukan

Siswa bisa berinisiatif buat belajar secara berkelompok dengan teman-teman dekatnya nan lebih menguasai pelajaran. Pemberian pelajaran tambahan baik dari pihak sekolah, mengikuti les secara privat atau bergabung dalam kelas belajar Forum Donasi Belajar (LBB) bisa dipertimbangkan.

Jika dalam perunutan masalah ternyata penurunan prestasi akademik disebabkan sebab gangguan konsentrasi hiperbola dampak salah pola makan (kelebihan gula) perlu dilakukan diet ketat dengan cara mengurangi pemakaian gula pasir (rekomendasi WHO pada anak usia 1-3 tahun, tak disarankan mengonsumsi lebih dari 25 Gr gula tambahan/hari, setara dengan 5 sendok teh.

Sementara itu, anak usia 4-6 tahun tak mengonsumsi lebih dari 38gr gula tambahan/hari setara dengan 8 sendok teh serta melakukan supervisi pada pola makan anak, termasuk mengganti camilan produksi pabrik dengan camilan protesis sendiri.

Diharapkan kerjasama nan baik dari pihak sekolah dan keluarga siswa nan mengalami penurunan prestasi belajar akademik serta itikad pantang menyerah bagi siswa nan bermasalah mampu bersinergi dalam menyelesaikan permasalahan. Sementara bagi siswa nan tergolong berprestasi, benar-benar bisa mengimplemantasikan ilmu pengetahuan nan diserapnya dalam kehidupan bermasyarakat sehingga tumbuhlah generasi muda nan mumpuni dalam bidang pengetahuan dan kuat dalam keimanan.