Sejarah Perkembangannya

Sejarah Perkembangannya

Seorang teman pernah bertanya kepada Saya tentang pupuk hidup . Dengan paras nan "hampir" memelas, Sang rekan tadi bertanya apa nan dimaksud dengan pupuk hayati, mengapa disebut demikian?

Apa perbedaannya dengan pupuk organik? Apa pula manfaatnya? Setelah panjang lebar Saya menerangkan jawaban dari setiap pertanyaan nan dilontarkan oleh rekan Saya tadi, teman Saya langsung berlalu, masuk kembali kedalam ruangannya, mengingat-ngingat kembali apa nan Saya katakan dan menuliskan semua jawaban Saya tadi dalam satu kertas jawaban ujiannya.

Hal itu kemudian membuat Saya tergerak membuat artikel ini. Artikel berupa klarifikasi tetang pupuk hayati, kegunaannya, dan sejarah pemakaiannya nan terbukti membantu para petani mendapat kualitas dan kuantitas hasil pertanian dengan baik.



Pengertian Pupuk Hayati

Pupuk hidup merupakan pupuk hidup, sinkron namanya pupuk ini ialah pupuk nan kandungan primer ialah mikroorganisme. Pupuk ini diyakini sebagai pupuk nan istimewa sebab memiliki banyak fungsi, selain sebagai suplai hara tanaman, pupuk ini bisa berfungsi sebagai perlindungan tanaman, mengurai sisa kimia, dan lain sebagainya.

Pupuk hidup terdiri dari inokulan berbahan aktif organisme hayati nan berfungsi buat menambat hara eksklusif atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Inilah nan bagi sebagian orang, pupuk ini sebenarnya tak layak disebut pupuk, mengapa? Karena pada prosesnya, pupuk ini hanya menambah hara, sedangkan pupuk ini sendiri tak memilik hara sama sekali.

Dalam bahasa lainnya pupuk hidup disebut juga biofertilizer dan juga nan menyebutnya pupuk bio. Pupuk jenis ini tak mengandung N, P, dan K seperti kebanyakan komposisi pupuk lainnya. Kandungan dalam pupuk jenis ini ialah mikrooganisme nan memiliki peranan positif bagi tanaman.

Kelompok mikroba inilah nan sering digunakan buat menambat N dari udara, mikroba nan malarutkan hara (terutama P dan K), serta kelompok mikroba-mikroba nan merangsang pertumbuhan tanaman.

Sedangkan pengertian pupuk organik ialah pupuk nan dibuat dari bahan organik. Bahan organik itu sendiri dapat berupa kotoran ternak, sampah, jerami, dan lain-lain nan telah melalui proses rekayasa dengan teknis persyaratan nan sudah lebih lengkap.

Kembali pada pengertian pupuk jenis hidup tadi. Sejauh perkembangannya sekarang, biofertilizer selain memiliki kandungan mikroba, saat ini juga telah berkembang dengan adanya penambahan hara mineral dan asam amino dengan jumlah nan tak menekan pertumbuhan mikroba nan memang sudah terkadung didalam pupuk ini sebelumnya.

Perlu teman-teman ketahui bahwa pupuk jenis hidup bisa dikombinasikan dengan beberapa jenis bahan pembawa eksklusif sebagai media tinggal atau tumbuh dari mikroba nan terkandung di dalamnya. Di pasar komersial, produksi pupuk ini dengan bahan cair lebih banyak dari pada produsksi dengan bahan p[adat dikarena kebijakn investasi nan lebih murah dan mudah dalam memproduksi bahan cair daripada pupuk berbahan padat.



Sejarah Perkembangannya

Tumbuhnya pencerahan masyarakat dan petani akan akibat negatif penggunaan pupuk protesis dan wahana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan, membuat sebagian kecil beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik. Pertanian jenis ini mengandalkan kebutuhan hara melalui pupuk organik dan masukan-masukan alami lainnya.

Barulah Penggunaan pupuk hayati dipopulerkan kepada petani buat mengatasi permasalahan penggunaan pupuk buatan, disamping menggantikan peran pupuk organik dalam membantu hasil pertanian. Juga dalam rangka membantu tanaman memperbaiki nutrisinya.

Biofertilizer pertama nan dikomersialkan ialah rhizobia, nan oleh dua orang ilmuwan Jerman bernama, F. Nobbe dan L. Hiltner, proses menginokulasi benih dengan biakan nutrisinya dipatenkan. Inokulan sendiri saat ini dipasarkan dengan nama Nitragin, nan sudah sejak lama diproduksi di Amerika Serikat.

Pada tahun 1930-an hingga 1940-an, berjuta-juta ha huma di Uni Sovyet nan ditanami dengan berbagai tanaman diinokulasi dengan Azotobacter. Azobacter ini diformulasikan dengan berbagai cara dan disebut sebagai pupuk bakteri Azotobakterin. Pupuk dari jenis bakteri lain nan juga telah digunakan secara luas di Eropa Timur ialah fosfobakterin.

Pupuk ini mengandung bakteri Bacillus megaterium. Bakteri ini diduga oleh beberapa peneliti mampu menyediakan fosfat nan terlarut dari pool tanah ke tanaman. Tetapi pada akhirnya penggunaan kedua pupuk ini kemudian terhenti.

Pada saat terjadi kelangkaan energi di global sebab krisis energi pada tahun 1970-an, global baru tersadar buat memberikan perhatian terhadap penggunaan pupuk hidup nan lebih banyak buat meningkatkan produksi pertanian.

Pada mulanya, perhatian lebih dipusatkan pada pemanfaatan rhizobia, perhitungan ini didasarkan sebab memang tersedianya nitrogen nan banyak di atmosfer dan juga pengetahuan tentang bakteri penambat nitrogen ini sudah banyak, serta pengalaman menggunakan pupuk hidup penambat nitrogen memang sudah lama ditekuni.

Di negara kita sendiri pembuatan inokulan rhizobia dalam bentuk biakan murni rhizobia pada agar miring, telah mulai sejak tahun 1938, akan tetapi hanya buat keperluan penelitian. Baru pada tahun 1981, Fakultas Pertanian Gadjah Mada, Yogyakarta, mengomersialisasikan pembuatan inokulan rhizobia buat memenuhi keperluan petani transmingran.

Berwal dari laboratorium mikrobiologi, pada waktu itu inokulan diberikan kepada petani sebagai salah satu komponen dalam paket nan diberikan dalam proyek intensifikasi kedelai. Penyediaan inokulan dalam proyek ini didasarkan atas pesanan pemerintah kepada produsen inokulan nan tadinya hanya satu produsen saja menjadi tiga produsen.

Inokulan tak tersedia di pasar bebas, tetapi hanya berdasarkan pesanan. Karena persaingan nan tumbuh antarprodusen tak sehat dalam memenuhi pesanan pemerintah ini dan baru berproduksi kalau ada proyek, mengakibatkan ada produsen inokulan nan terpaksa menghentikan produksi inokulannya, padahal mutu inokulannya sangat baik.

Perkembangan selanjutnya pada penggunaan inokulan tidaklah menggembirakan sebab petani lebih banyak nan menggunakan pupuk buatan. Baru setelah dicabutnya subsidi pupuk oleh pemerintah serta seiring tumbuhnya pencerahan masyarakat terhadap akibat lingkungan nan bisa disebabkan oleh penggunaan pupuk buatan, membangkitkan kembali perhatian terhadap penggunaan pupuk hidup ini.

Peraturan Mentri Pertanian Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009, menggolongkan pupuk hidup menjadi pupuk penambat N2, pelarut P, pemacu tumbuh, dan perombak bahan organik. Pupuk-pupuk jenis hidup tersebut mengandung mikroba dekomposer, penambat nitrogen, pelarut fosfat, dan penyedia hara lainnya dalam bentuk cair, tepung, maupun butiran.

Untuk teman-teman nan selalu menggunakan pupuk jenis hidup ini, ada baiknya mengetahui beberapa syarat buat menentukan pupuk jenis hidup mana nan bermutu baik itu seperti apa, berikut Saya berikan poin-poinnya.

  1. Adanya agunan bahwa mikroba dalam inokulan haruslah mikroba pilihan dari hasil seleksi dan pe­ngujian nan dilakukan secara sistematis. Teman-teman boleh kok, sekali-kali memeriksakan ini ke Lab pertanian terdekat.
  1. Pastikan jumlah populasi minimal mikroba hayati di dalam inokulan harus terpenuhi sinkron dengan ketentuan nan ada. Namun ingat bahwa kelembahan mikroba ialah sangat tergantung dengan banyak hal, seperti kondisi lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Karena sekarang banyak produsen pupuk biofertilizer nan mengklaim bahwa pupuknya memiliki kandungan mikroba nan banyak dan lengkap dengan kemampuan luar biasa. Padahal itu semua tak menjamin bahwa penggunaan pupuk jenis hidup ini akan efektif di semua tempat, semua komoditas, dan semua kondisi.
  1. Pastikan bahwa bahan pembawa (carrier) buat formulasi pupuk hidup harus bisa memberikan lingkungan hayati nan baik bagi satu jenis mikroba atau campuran ber­bagai jenis mikroba selama produksi, transportasi, dan penyimpanan sebelum pupuk tersebut digunakan.
  1. Setiap jenis pupuk memiliki masa kadaluwarsa dan hal itu juga berlaku pada pupuk jenis hidup ini. Pastikan kapan masa kadaluwarsanya sehingga keefektifan penggunaannya terjamin.
  1. Pupuk jenis hidup tak mengandung logam berat maupun kontaminan mikroba nan bisa menghambat pertumbuhan mikroba dalam pupuk tersebut.
  1. Pupuk jenis hidup tak mengandung organisme nan bersifat pathogen sebab bisa menyebabkan timbulnya penyakit terhadap tanaman, hewan atau manusia.

Dewasa ini begitu banyak produk-produk pupuk di pasaran. Terserah teman-teman akan memilih nan mana. Namun, Saya sarankan teman-teman buat memilih pupuk hidup jika memungkinkan, sebab pupuk ini lebih ramah lingkungan. Mudah-mudahan artikel ini memberikan kita pemahaman bahwa dengan menggunakan pupuk nan lebih alami, maka kita turut melestarikan alam agar tetap terjaga dengan baik.