Jenis pohon nan Bisa Mengikat Tanah dan Mencegah Banjir Bandang

Jenis pohon nan Bisa Mengikat Tanah dan Mencegah Banjir Bandang

Banjir bandang kerap menjadi headline di surat kabar nasional. Ya, Indonesia masih tidak bebas dengan masalah banjir saat musim hujan. Rasanya hampir setiap tahun di negara ini terjadi peristiwa bala banjir bandang. Sungguh memilukan, ribuan rumah hanyut diterjang banjir dan tidak ketinggilan banjir bandang memakan korban tewas nan tidak sedikit.

Memang banjir tidak hanya dialami warga Jakarta saja. Di beberapa daerah pun terjadi luapan air bah. Namun banjir bandang bukanlah banjir biasa, melainkan salah satu bala alam nan dapat memakan banyak korban jiwa dan material.

Banjir bandang merupakan gabungan dua bencana, yakni bala ekologi dan bala kemanusiaan. Mengapa begitu? Karena banjir bandang disebabkan oleh kerusakan hutan nan sangat parah. Biasanya daerah nan terkena limbasan banjir bandang ialah penduduk nan bertempat tinggal di pinggir hutan.

Banjir bandang ialah limbasan air nan membawa material berupa batang kayu, tanah, batuan besar nan terbawa arus air kuat nan datang dari daerah dataran tinggi. Massa air nan membawa material solid ibarat sebuah kekuatan gabungan nan menerjang apa saja nan ada di depannya, termasuk manusia, mobil, dan gedung. Kekuatan air bah nan membawa aneka material solid dapat menghancurkan bendungan sekalipun.



Penyebab Banjir Bandang

Banjir bandang merupakan momok bagi penduduk nan tinggal di tepi hutan atau di lereng gunung. Masalahnya ialah lingkungan hutan di Indonesia sudah tidak terjaga lagi. Kerakusan manusia sebenarnya memicu bala banjir bandang selama ini. Pohon-pohon di hutan habis dibabati, padahal pohon memiliki fungsi mengikat tanah agar tidak longsong saat hujan. Jika pepohonan dibiarkan hidup, saat hujan sebesar apa pun, air tidak bakalan melongsorkan tanah di lereng hutan.

Namun teori ini ternyata dilanggar sendiri oleh manusia sebab termakan sifat rakus. Hanya demi memperkaya diri sendiri, tanpa memikirkan masa depan kelestarian lingkungan dan akibat jelek nan tersembunyi, mereka dengan bebas membabati pohon-pohon di hutan negara.

Ulah penjahat ekologis membabati hutan Nusantara ini ternyata dilindungi oleh oknum-oknum penegak hukum di negara ini. Sungguh tragis cukong kayu nan menikmati hasil penjualan hutannya, namun penduduk di sekitar hutan menerima pahitnya, yakni rumahnya dilibas banjir bandang.

Banjir bandang dapat datang kapan saja ketika musim hujan mulai berlangsung. Banjir bandang merupakan akumulasi dari debit air hujan nan turun, namun tidak dapat tertampung oleh tanah dan akar pepohonan. Banjir bandang itu ibarat bom waktu nan dapat meledak kapan saja. Nah, bom bala itu nan membuat ialah manusia dursila itu sendiri.



Rentetan Peristiwa Banjir Bandang

Peristiwa banjir bandang nan melanda Indonesia dapat dikatakan sering terjadi, malahan hampir setiap tahun rasanya banjir bandang melanda berbagai daerah di Indonesia. Dari Aceh sampai Wasior Papua pun pernah ada dan seperti saling mengisi halaman album bala di negeri ini.

Masyarakat tidak pernah belajar dari bala banjir bandang nan pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya dan langkah-langkah preventif memulihkan huma hutan nan rusak pun cenderuh terlambat, bahkan dibiarkan begitu saja. Apalagi peran serta dari pemerintah tidak begitu berpengaruh dengan keadaan nan ada.

Kebijakan pemerintah hanya bersifat reaksional saja. Mereka hanya bergerak ketika sudah timbul bala atau masalah. Sampai-sampai, forum swadaya asing pun bereaksi turut serta membantu memulihkan kondisi hutan Indonesia.

Berikut ini rentetan peristiwa banjir bandang besar nan pernah melanda daerah di Indonesia.



1. Banjir Bandang di Bukit Lawang

Salah satu bala ekologi terbesar di Indonesia ialah banjir bandang nan melanda Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada 2003. Bukit Lawang merupakan area hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Limpasan banjir bandang di Bukit Lawang memakan korban jiwa 92 orang dan ratusan rumah penduduk hancur diterjang air bah bercampur material seperti batu, log kayu, dan lumpur.

Bukit Lawang merupakan daerah tujuan wisata andalan Kabupaten Langkat. Di sana terdapat cottege yang berdiri sepanjang pinggir Sungai Bahorok. Pemandangan di Bukit Lawang memang sangat latif dan eksotis. Tapi itu dahulu.

Semenjak dilanda banjir bandang, semua berubah. Cottege-cottage dan prasarana wisata hancur lebur. Bala ini selain memilukan, juga mencoreng muka pemerintah Langkat sebab ulah penjahat hutan nan tidak bertanggung jawab sehingga nan menanggung akibatnya ialah masyarat lain nan tidak berdosa.

Disinyalir banjir bandang dasyat nan terjadi di Bukit Lawang sebab aksi penebang liar nan selama ini masih terjadi dan terkesan dibiarkan saja. Akibat buruknya baru terasa ketika memasuki puncak musim hujan.



2. Banjir Bandang di Aceh Tenggara

Banjir bandang pernah melanda Kabupaten Aceh tenggara pada 14 April 2011, tepatnya di Kecamatan Bambel dan Kecamatan bukit tusa. Banjir ini tidak memakan korban jiwa, tetapi menghancurkan ratusan rumah penduduk nan berada di area terjangan banjir.

Bencana ini mengharuskan ribuan penduduk mengungsi ditempat aman. Tak hanya rumah saja nan hancur, 75 Ha ladang kakao milik penduduk setempat rusak diterjang air bah. Kemudian kolam ikan rakyat pun gagal panen sebab kolamnya jebol. Kerugian diakibatkan banjir bandang ditaksir ratusan miliar, nan meliputi kerusakan rumah, infrastruktur, dan ladang pertanian rakyat.



3. Banjir Bandang di Wasior, Papua

Tragedi banjir bandang di Wasior pada 2010 rasanya belum lupa dari ingatan kita. Terjangan air bah dari hutan memusnahkan rumah penduduk, rumah sakit, dan merusak infrastruktur di Wasior. Banjir bandang terbesar di tahun 2010 bahkan memakan korban jiwa sampai 156 orang dan 145 orang nasibnya tidak diketahui sampai sekarang alias hilang dihempas banjir nan membawa batu, gelondongan kayu, dan lumpur.

Wasior nan letak goegrafisnya jauh dari mana-mana menyebabkan terlambatnya donasi dan pertolongan dari pihak lain. Guna mencapai lokasi bencana, butuh kendaraan nan dapat melintasi medan berat.



Jenis pohon nan Bisa Mengikat Tanah dan Mencegah Banjir Bandang

Memulihkan bukit atau hutan nan rusak butuh perhatian spesifik dari pemerintah, masyarakat, dan forum swadaya masyarakat. Salah satu cara memulihkan hutan gundul ialah dengan cara reboisasi atau penanaman kembali. Namun tidak semua tumbuhan cocok ditanam di huma nan terjal atau lereng bukit. Pilihlah bibit pohon nan akarnya dapat mengikat tanah agar ketika hujan tidak terjadi longsor.

Berikut ini merupakan jenis-jenis pohon nan dapat dijadikan sebagai tanaman reboisasi.

  1. Bambu. Bambu merupakan salah satu tanaman nan tepat buat dibudidayakan di lereng-lereng gunung.Akar bambu ternyata dapat mengikat tanah dan menyimpan air tanah. Pilihlah bibit bambu hijau, bambu hitam, dan bambu petung nan karakternya kuat, tahan dari hempasan angin, dan mudah berkembang.

  2. Karet. Pohon karet sangat tepat dijadikan penangkal bahaya banjir bandang. Pohon karet dapat ditanaman di area hutan gundul. Akar pohon karet nan serabut berfungsi mengikat tanah di lereng-lereng bukit. Getah nan dikeluarkan dari batang pohon memiliki nilai hemat tinggi. Penduduk di pinggir hutan dapat memanfaatkan getah karet buat dijual ke pasar. Pohon karet dapat diambil getahnya setelah berumur tiga tahun.

  3. Rambutan. Bibit rambutan sangat tepat dipakai sebagai pohon reboisasi. Akar rambutan nan bersifat serabut menjalar ke mana-mana. Pohon rambutan memiliki dua fungsi nan bermanfaat bagi manusia dan alam sekitarnya.

Demikian sedikit ulasan bagaimana bahayanya banjir bandang nan dapat datang sewaktu-waktu. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi banjir bandang lagi, mari kita jaga lingkungan alam sekitar.