Planet Alien - Demam Mars

Planet Alien - Demam Mars

Mars ialah planet tetangga Bumia atau dulu dikenal sebagai planet alien. Letaknya di urutan keempat dari Matahari. Mars sering disebut sebagai Planet Merah sebab dari jauh tampak kemerah-merahan. Suhu udara di Mars cukup rendah, -87 sampai -5°C. Di Bumi, suhu tersebut sudah bisa membuat air membeku. Tekanan udara Mars cukup rendah serta komposisi udara nan sebagian besar karbondioksida, nitrogen, dan argon. Manusia harus menggunakan alat bantu pernapasan jika berada di Mars. Dahulu, Mars sempat diduga sebagai planet alien nan sangat menakutkan.

Sebenarnya, keadaan di Mars dapat dikatakan lebih bersahabat bagi kehidupan daripada keadaan di planet Venus. Walaupun begitu, keadaaan di Mars tidak cukup ideal buat ditempati manusia. Misi-misi ke planet ini hingga akhir abad ke-20 belum juga sukses menemukan tanda-tanda kehidupan di sana walaupun tanda paling sederhana sekali pun.

Di planet ini, ada sebuah fitur nan dianggap unik di daerah sekitar Cydonia Mensae. Fitur ini ialah berupa sebuah perbukitan nan tampak seperti paras manusia bial dilihat dari atas. Banyak pihak beranggapan ini ialah sebuah bukti peradaban nan sudah lama punah di planet Mars.



Kehidupan di Planet Mars - Si Planet Alien

Sesuai dengan pemahaman keterhunian planet, planet-planet nan memiliki air di permukaan ialah planet nan layak dihuni. Untuk menggapai hal itu, orbit sebuah planet harus terletak di dalam zona layak huni. Dalam tata surya, zona ini terhampar dari sesudah Venus sampai semi mayor Mars.

Selama perihelion, Mars masuk ke dalam wilayah tersebut, tetapi atmosfer tipisnya menghambat air bertahan buat waktu nan cukup lama. Adanya bekas genre air di masa lalu memperlihatkan potensi keterhunian planet Mars. Sejumlah bukti mutakhir melahirkan gagasan bahwa air nan ada di permukaan planet Mars itu terlalu berasam serta majemuk sehingga kecil kemungkinan mendukung kehidupan.

Kurangnya magnetosfer serta tipisnya atmosfer di planet Mars ialah sebuah tantangan. Selain itu, di permukaan Mars tidak banyak terjadi pemindahan panas. Penyekatan buat angin surya pun rendah dan tekanan atmosfer planet Mars tidak cukup mampu mempertahankan air dalam bentuk cair. Planet Mars pun hampir atau bahkan dianggap wafat total secara geologis. Berakhirnya aktivitas vulkanik mengakibatkan terhentinya pendaurulangan bahan kimia serta mineral antara permukaan dan bagian dalam planet.

Bukti linnya memperlihatkan bahwa planet Mars pada zaman dahulu lebih layak dihuni daripada saat ini. Walaupun begitu, belum terungkap secara niscaya apakah organisme hayati pernah ada atau tidak. Pada pertengahan 1970-an, sarana Viking membawa percobaan nan dibuat buat menemukan mikroorganisme di permukaan planet tersebut. Percobaan ini melahirkan hasil cukup positif, termasuk juga adanya peningkatan sementara karbon dioksida ketika pemaparan dengan air serta nutrien.

Di lain pihak, tanda-tanda kehidupan di planet tersebut masih menjadi perdebatan di antara ilmuwan. Seorang ilmuwan NASA bernama Gilbert Levin mengatakan bahwa Viking sudah menemukan kehidupan. Analisis ulang data dari Viking sudah memperlihatkan bahwa percobaan Viking tidak cukup terkini buat menemukan kehidupan di sana. Bahkan, percobaan itu mungkin saja akan membunuh kehidupan.

Sementara itu, percobaan nan dibuat oleh sarana Phoenix memperlihatkan bahwa tanah di planet Mars memiliki pH sangat basa, mengandung sodium, magnesium, klorida, dan potasium. Dalam hal ini, nutrient tanah bisa mendukung kehidupan, tetapi kehidupan di sana harus mendapat konservasi dari bahaya sinar ultraviolet.

Di laboratorium Johnson Space Center, beberapa bentuk nan sangat luar biasa sudah ditemukan di meteorit Mars ALH84001. Lalu, sejumlah ilmuwan menyebutkan bahwa bentuk geometrik itu mungkin saja berupa mikroba Mars nan sudah terfolisisasi sebelum meteorit tersebut terbuang ke angkasa sebab tabrakan meteor 15 juta tahun lalu. Asal mula anorganik bentuk-bentuk tersebut pun sudah diusulkan.

Metana serta tormaldehida nan belum lama dilacak oleh pengorbit planet Mars dianggap sebagai tanda-tanda kehidupan karena senyawa kimia itu akan segera lenyap di atmosfer planet Mars.



Planet Alien - Pengamatan Planet Mars

Aristoteles telah mengamati Mars pada 356 atau 357 SM. Filsuf Yunani tersebut melihat Mars di belakang bulan dan memperkirakan jeda Mars lebih jauh daripada jeda antara Bumi dan Bulan. Penelitian terhadap Mars sedikit lebih maju ketika Galileo Galilei membuat teleskop buat mengamati Mars pada 1609.

Namun, pengamatan dengan teleskop sederhana belum bisa memberikan citra permukaan Mars dengan jelas. Bahkan, sering galat penafsirannya. Misalnya, Christiaan Huygens nan membuat sketsa Mars pada 1659 menyatakan bahwa bagian gelap Mars ialah wilayah hijau. Huygens juga menduga Mars ialah planet alien nan dihuni oleh makhluk cerdas. Kemungkinan adanya makhluk cerdas di Mars ini menjadi salah satu alasan para ilmuwan mengamati Mars.



Planet Alien - Demam Mars

Pada akhir abad ke-19, Demam Mars (Mars Fever) melanda dunia. Perbincangan tentang Mars sebagai planet alien dengan makhluk cerdas nan menghuninya terjadi di mana-mana. Pemicu ketertarikan masyarakat global terhadap Mars ialah penelitian nan dilakukan oleh sebagian astronom, salah satunya Giovanni Schiaparelli.

Pada September 1877, ketika posisi Mars dekat dengan bumi, Schiaparelli mengamati Mars dengan teleskop 22cm di Milan, Italia, negeri asalnya. Schiaparelli membuat peta Mars nan memuat semacam kanal sehingga memunculkan dugaan bahwa Mars benar-benar planet nan dihuni makhluk cerdas.

Astronom lainnya, seperti Henri Joseph Perrotin dan Louis Thollon, mendukung ide kanal tersebut. Buku tentang Mars serta kehidupannya nan diterbitkan Percival Lowell pada 1894, semakin mempengaruhi masyarakat. Lowel menulis buku berdasarkan pengamatannya dengan teleskop 300mm dan 450mm.

Laporan pengamatan Nikola Tesla terhadap frekuwensi berulang nan diduga dari planet lain pada 1899, bagai menguatkan dugaan Schiaparelli. Sejak saat itu, kisah-kisah fiksi tentang kehidupan di Mars bermunculan. Di kemudian hari, barulah astronom menyadari bahwa apa nan dimaksud dengan kanal oleh Schiaparelli hanyalah delusi optik.



Planet Alien - Fakta dari Misi Mars

Misi Mars nan dilakukan oleh Uni Soviet dan Amerika pada rentang 1960-1970 bertujuan buat mengumpulkan data guna misi selanjutnya, yaitu mendarat di Mars dan membuktikan apakah Mars planet alien atau bukan. Sebagian besar misi, hanya mengorbit, belum mendarat di permukaan Planet Mars. Misi Mars Uni Soviet nan sukses mendekati Mars ialah sarana Mars 1.

Mars 1 meluncur pada 1 November 1962, sedangkan Marsnik 1 (Mars 1960A), Marsnik 2 (Mars 1960B), dan Sputnik 22 (Mars 1962A), gagal sebab berbagai sebab. Sayangnya, Mars satu hanya sukses mengirimkan sejumlah data sebelum akhirnya hilang kontak.

Amerika jauh lebih unggul dalam misi Mars. Misi Mariner 4 pada 1967 sukses terbang mendekati Mars, sedangkan misi sebelumnya, Mariner 3, gagal meluncur. Amerika kembali unggul dengan sukses mendaratkan Viking 1 dan Viking 2 pada 1976 di permukaan Mars. Sarana Viking sukses mengirimkan gambar berwarna dan sejumlah data penting, seperti temperatur permukaan, perubahan tekanan, badai debu musiman, dan tekanan gas di kutub Mars.

Dari misi-misi tersebut, dugaan Mars sebagai planet alien terbantahkan sudah. Mars hanyalah planet mati. Kemungkinan adanya makhluk hayati di Mars sangat kecil. Bahkan, manusia memerlukan wahana kehidupan nan lengkap jika ingin menetap di Mars.