Cinta Kepada Lingkungan

Cinta Kepada Lingkungan

Cinta ialah bahasa universal. Setidaknya itulah nan bisa kita petik dari satu kata “ cinta ”. Beberapa filsuf menganggap cinta sebagai sebuah landasan buat kedamaian hidup.

Namun, apabila kita menganggap bahwa cinta hanya mengenai cerita dua orang nan kasmaran, maka kita harus membuka pikiran nan selebar-lebarnya, karena, mungkin itu bukan sesuatu nan salah, akan tetapi pandangan tersebut terlalu sempit.



Cinta Tertinggi Adalah Kepada Sang Pencipta

Hal pertama nan bisa kita bisa dari “ cinta ” ialah antara kita dengan Sang Pencipta. Ajaran agama apapun nan ada di global ini mengajarkan bahwa menunjukkan cinta kita kepada-Nya ialah suatu pertanggungjawaban kita atas jasa-jasa-Nya terhadap kita sebagai manusia nan dikaruniai hayati di dunia.

Cinta dalam hal ini ialah bersyukur. Dengan selalu bersyukur atas apa nan telah kita dapat, maka kita telah menunjukkan rasa cinta kita terhadap-Nya serta telah mempertanggungjawabkan apa nan telah dipercayakan kepada kita.

Tanpa adanya cinta kepada Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta maka manusia akan hayati tanpa pijakan nan jelas. Agama diciptakan oleh Tuhan buat mengatur kehidupan manusia agar selaras dan sejahtera. Namun di era modern saat ini, kecintaan kepada Tuhan mulai terkikis dengan gemerlapnya materi. Manusia mulai melupakan jati dirinya sebagai hamba Tuhan di global ini, sehingga muncul manusia-manusia nan berkarakter tanpa ada moral dan agama.

Memang mereka berktp dengan agama tertentu, namun sadarkah kita bahwa saat ini banyak orang nan mulai bertindak seperti orang atheis atau tak bertuhan. Mungkin ini muncul sebab mereka tak menemukan cinta di dalam kehidupan beragamanya, sehingga rasa memiliki dan terikat dengan anggaran agama menjadi lemah.

Cinta nan kedua ialah kepada sesama manusia. Apabila kita membahas tentang obyek diskusi nan satu ini, maka artikel ini tak akan cukup buat memuatnya.

Namun, secara garis besar, cinta terhadap sesama manusia bisa berarti bahwa kita selalu menghormati, menghargai, memberikan kebebasan kepada orang lain. Dengan menghormati hak-hak mereka sebagai manusia (hak asasi manusia), maka kita telah menunjukkan cinta kita terhadap sesama manusia.

Seorang ibu akan mencintai anak-anak nan dilahirkan dari rahimnya. Itu sudah merupakan hal nan lumrah dan fitrah nan ada dalam diri manusia, begitu pula dengan seorang ayah nan mencintai keturunannya. Dia akan bersedia bekerja tiada henti buat menafkahi anak dan keluarganya di rumah. Cinta akan mendatangkan kekuatan dan energi positif bila diatur dengan benar, jangan sampai atas nama cinta seseorang bertindak melawan hokum nan justru akan merugikan dia sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Selain mencintai keluarganya, istri dan anak, ayah, ibu, dan saudara. Rasa cinta sesama manusia akan muncul dengan perasaan menjunjung kepentingan suku atau golongan. Maka tak heran bilamana saat ini pada pemilihan pemimpin atau kepala di suatu daerah akan muncul bentrokan. Karena masing-masing golongan akan membela pemimpin nan mereka cintai. Ini sebagai contoh bagaimana cinta juga bisa menjadi pendorong kemunculan ketidakadilan di masyarakat saat tak diatur dan disalurkan dengan benar.

Seseorang akan bisa mencintai manusia nan lain apabila dia mengenalnya. Oleh sebab itu letak pentingnya buat selalu membuka diri kepada orang-orang nan baru ditemui, agar bisa mengenal asal usul, pekerjaan, hobi dan lainnya nan bisa mempererat interaksi kita dengannnya. Bisa dilihat bahwa orang nan banyak kenalan dan teman, akan lebih dicintai daripada mereka nan menutup diri. Karena seseorang nan menutup diri bergaul dengan orang lain, saat itu dia meletakkan batasan dia dengan orang lain.



Cinta Tanah Air

Cinta terhadap negara, itu ialah hal ketiga nan bisa kita petik dari satu kata cinta. Negara di mana kita dilahirkan, dibesarkan atau mungkin loka di mana kita akan dikuburkan nanti merupakan suatu hal nan harus kita sayangi.

Ada peribahasa mengatakan bahwa lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang. Kita bisa mengambil makna dari peribahasa tersebut bahwa apapun nan terjadi di negeri kita ini lebih baik daripada apa nan terjadi di negeri orang.

Kalaupun jaman sekarang banyak orang nan luntur rasa nasionalismenya, itu lebih kepada sebab mereka tak paham mengenai arti sebuah tumpah darah. Maka dari itu, memupuk rasa nasionalisme merupakan wujud cinta kita kepada negeri kita ini.

Rasa cinta kepada tanah air ini akan mudah dilihat dengan adanya agresi dari luar, semisal penjajahan secara fisik. Masyarakat di suatu negeri akan bangkit dan membela kepentingan wilayahnya atas dasar kecintaan dia kepada tanah kelahiran. Bangsa Indonesia pernah mengalami beberapa penjajahan dari negara lain,namun dengan dasar nasionalisme dan agama mereka mampu melawan ketidakprikemanusiaan tersebut. Para penjajah diusir dari bumi Indonesia resmi pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah deklarasi kemerdekaan nan dipimpin oleh Soekarno dan Hatta.



Cinta Kepada Lingkungan

Cinta kasih kita kepada lingkungan. Dalam kurun waktu belakangan ini, kita selalu saja dihantui ancaman akan terjadinya “Global Warming”. Itu sangat-sangat mencemaskan sebab dunia warming mengancam kelangsungan hayati kita sebagai manusia.

Jadi, dimana wujud cinta kita terhadap lingkungan selama ini? “Tidak ada kata terlambat buat memulai sesuatu nan baik”, dengan berpegang pada panduan di atas, maka tak ada salahnya apabila kita mulai memperhatikan apa nan terjadi dengan lingkungan kita.

Untuk mengaplikasikan hal itu, kita tak harus melakukan hal besar, cukup dengan membuang sampah pada tempatnya, gunakan air serta energi nan lain seperlunya dan kurangi emisi dengan gaya hayati alami, kita telah membantu bumi kita ini terbebas dari ancaman Global Warming .

Cinta kepada lingkungan tak hanya bisa dinilai dari perkataan saja, namun lebih ke arah perbuatan nan nyata. Apabila Anda mencintai lingkungan maka ubahlah gaya hayati nan merusak alam. Misalnya seperti membuang sampah sembarangan, mengurangi pemakaian alat-alat nan berpolusi, dan lain sebagainya.

Hal nan kelima ialah cinta keluarga. Selama ini kita berpikir bahwa cara menunjukkan cinta dan perhatian terhadap keluarga ialah dengan cara membanjiri mereka dengan materi. Menurut ahli ilmu keluarga, apa nan kita lakukan itu kurang tepat. Mungkin sahih kita hayati di global ini membutuhkan materi buat hidup, namun bukan berarti kita hayati buat materi.

Menurut mereka, apa nan sesungguhnya dibutuhkan oleh keluarga kita ialah perhatian, afeksi serta keakraban. Lalu, di mana posisi materi? Uang ialah sebagai pendukung buat bisa menjalin hal-hal tersebut.

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa dengan cinta dan kasih sayang, perhatian serta rasa kekeluargaan nan didukung dengan unsur finansial, suasana keluarga sebagai loka ideal akan tercapai.

Menilik berbagai hal di atas, bisa kita simpulkan bahwa cinta memang sebuah landasan hidup. Dengan hakikat cinta ini kita bisa mengobati nan sakit, dengan cinta kita bisa berbagi, dengan cinta kita bisa membangun suatu kondisi nan ideal, baik dalam hayati berumahtangga, bermasyarakat ataupun bernegara.