Harmoni

Harmoni

Kalau pacaran boleh berkali-kali. Nikah hanya sekali. Itu nan lekat di benak muda mudi. Menikah ialah prosesi sakral. Merekatkan cinta kudus buat selamanya. Pernikahan ialah gerbang menuju babak baru. Fase kematangan cinta.

Oleh karena itu, para undangan sering menyelamati dengan ucapan “Selamat menempuh hayati baru”. Cinta kudus dan pernikahan ibarat dua sejoli. Bagai Romeo dan Juliet. Saling melengkapi, saling membahagiakan.



Pernikahan

Pernikahan merupakan sebuah ikatan kudus nan dijalin oleh dua insan manusia nan saling mengasihi dan menyayangi. Dalam ikatan ini kedua insan manusia tersebut telah bebas melakukan berbagai hal nan sebelumnya dirasakan tabu di dalam masyarakat.

Pernikahan juga merupakan merupakan wahana nan digunakan oleh manusia buat melestarikan keturunannya. Dengan melalui sebuah pernikahan maka akan sangat terjamin garis keturunan seseorang sebab terjaganya ikatan tersebut dalam sebuah pernikahan.

Pernikahan tak hanya melulu menyatukan dua insan nan saling mencintai dan menyayangi saja. Masih banyak lagi faktor lain nan juga akan ikut di dalam pernikahan tersebut. Namun nan jelas kebaikan lah nan paling banyak ikut dalam sebuah pernikahan.

Ketika seseorang sudah menikah maka sudah sangat wajar sekali jika seorang istri selaku wanita dibonceng kemana-mana oleh seorang pria nan juga berstatus sebagai suaminya. Hal tersebut akan lain jika kedua makhluk nan saling mencintai tersebut belum memiliki sebuah status pernikahan.

Adat bangsa kita ialah adat ketimuran nan mengedepankan adat dan istiadat. Jadi setiap perbuatan harus memiliki kebiasaan nan menjunjung setiap nilai nan berlaku di dalam masyarakat.

Oleh sebab itu, ketika ada seorang gadis dan seorang prida berboncengan tanpa status pernikahan nan jelas tentunya akan menjadi sebuah pembicaraan di dalam masyarakat tersebut. Apalagi jika keduanya pergi kemana-mana tanpa mengenal batas waktu nan jelas.

Tidak hanya menjadi bahan pembincaraan di tengah masyarakat tetapi juga akan menjadi sebuah insinuasi halus bagi keduanya. Tentu hal tersebut akan lain jika keduanya telah memiliki sebuah status pernikahan.

Mau dibawa kemana saja selama kurun waktu 24 jam juga masih sah-sah saja dan tak menjadi sebuah perbincangan nan negatif. Malah dapat menjadi sebuah dialog nan positif tentang kemesraan antara keduanya nan sangat harmonis.

Dengan adanya pernikahan maka akan menghilangkan segala keburukan nan inheren kepada dua insan nan saling mencintai di tengah masyarakat. Khalayak generik akan berpikir positif meskipun kedua berduaan di loka nan sepi. Lain halnya dengan nan tak memiliki status pernikahan maka akan mendapatkan pandangan nan negatif dari masyarakat.

Dengan pernikahan juga akan membuat seseorang nan saling menyayangi tersebut lega dan puas. Betapa tidak? Seseorang nan sangat disayanginya kini telah bersamanya dalam waktu nan tak terbatas sampai ajal memisahkan mereka berdua.

Dulu sebelum absah menjadi seorang suami-istri maka buat berduaan saja waktu nan dilewati sangatlah singkat. Kita tak dapat bersama dengan kekasih hati sepanjang hari dan waktu. Untuk dapat mendengar suara dan bercakap-cakap membutuhkan biaya nan tak sedikit.

Pulsa dalam handphone dapat saja habis dalam hitungan menit atau jam meskipun baru diisi ulang. Sungguh suatu hal nan merepotkan ketika semuanya masih belum berstatus sebagai suami dan istri.

Dalam sebuah pernikahan juga akan mendatangkan sebuah pahala dan keberkahan dalam kehidupan seseorang. Hal ini tentu tak akan pernah didapatkan dalam kehidupan seseorang nan belum menikah. Banyak sekali pahala nan dapat didapatkan dalam sebuah pernikahan.

Diantara pahala nan dapat didapatkan ialah mendidik anak, merawat suami, menafkahi istri, dan masih banyak lagi pahala nan dapat didapatkan. Selain itu, juga mendapatkan sebuah keberkahan sehingga ketika menjalani aktivitas dalam hayati akan menjadi lebih mudah.

Perlu diingat juga bahwa sebuah pernikahan juga akan mengantarkan seorang menemukan partner kerja dalam hidupnya. Ketika seorang suami sedang ada permasalahan dengan kantor atau loka kerjanya maka ada istri nan siap dijadikan sebagai loka sharing atau berkeluh kesah.

Demikian juga sebaliknya ketika istri juga ada masalah dengan anak-anak atau orang tuanya maka suami dapat menjadi loka buat menumpahkan segala masalah nan ada. Dengan demikian masalah nan dihadapi bersama akan terasa ringan sebab ada kedua belah pihak nan saling membantu.

Oleh sebab itu, sudah sangat sewajarnya bagi kita buat menjaga ikatan kudus ini dari keterputusan. Menjaga sebuah ikatan tidaklah susah namun tak mudah juga. Perlu sebuah kebesaran hati dalam menjalani. Namun sebab pentingnya ikatan kudus ini maka sudah sewajarnya buat selalu dijaga.



Perceraian

Mengamati tren sekarang, khususnya para artis, pernikahan bak perayaan semata. Pesta pernikahan luar biasa mewah. Para pengantin berbaju anggun. Eh, tidak lama kemudian sudah cerai. Atas nama ketidakcocokkan, ikatan cinta kudus pun putus.

Fenomena publik figur nan demikian kerap menular pada masyarakat biasa. Angka perceraian di kalangan masyarakat beranjak naik. Pemerintah kewalahan. Ototoritas penjaga moral seperti MUI dan sebagainya dibuat bingung.

Kejadian kawin cerai ini dianggap berbahaya kala menyentuh gaya hidup. Ya, perceraian dipandang hal biasa dan menjadi gaya hayati nan dianut masyarakat. Usia nan belum cukup dituding menjadi alasan utama. Gejala free seks, married by accident , dan sejenisnya semakin menguatkan asumsi miring ini. Pernikahan harus mempunyai kesiapan moril dan materiil.

Pernikahan nan terlalu singkat memang sangat tak mengindahkan sebuah etika dan moral. Selain itu juga tak mengindahkan akan arti dari sebuah pernikahan itu sendiri. Bukankah sebuah pernikahan ialah ikatan kudus nan dibuat oleh dua orang nan saling mencintai hingga ajal memisahkan keduanya?

Namun jika nan terjadi ialah nikah sebentar terus bercerai maka patut dipertanyakan asal-muasal dari pernikahan tersebut. Pernikahan ialah hal serius nan harus selalu dijaga oleh setiap manusia.

Pernikahan seseorang akan langgeng atau dapat berumur panjang jika proses pranikah dijalankan dengan benar. Banyak sekali proses nan dilalui oleh seseorang sebelum menikah. Salah satunya ialah kejujuran ketika proses perkenalan. Jika dari sini saja sudah tak beres, maka dapat dipastikan kedepannya juga tak akan beres.

Apa jadinya jika nikah sebab terpaksa? Yang ada angka perceraian semakin tinggi. Namun sebenarnya sebuah pernikahan memang haruslah dipaksakan sebab jika tak maka sebuah pernikahan tak akan pernah berlangsung.

Ketika kita mampu buat menikah maka sudah niscaya kita akan dipaksa buat segera menikah. Ketika umur kita sudah mendekati usia nan matang, maka kita juga dipaksa buat segera menikah. Ketika orang tua dan calon mertua juga sudah merestui maka kita juga akan dipaksa buat segera menikah. Jadi menikah memang terkadang butuh sebuah paksaan agar segera dapat langsung dilaksanakan.

Menikah secara hukum baik agama maupun pemerintah memang tak boleh dipaksakan kepada seseorang. Agama sangat melarang sebuah pernikahan nan tak berdsarkan kesepatakan kedua belah pihak. Hal ini juga dilindungi oleh peraturan nan berlaku dalam undang-undang bahwa seseorang bebas buat memutuskan haknya sendiri.

Jadi ketika hendak menikah maka ada baiknya jika sebuah pernikahan tersebut terjadi bukanlah sebab adanya paksaan dari manapun selain dari diri sendiri.



Harmoni

Menjaga harmoni dalam pernikahan bukan hal nan mudah. Namun, siapa nan tak luluh dengan cinta? Toh, bermula dengan cinta niscaya dapat berakhir dengan cinta. Kuncinya ialah harmoni.

Berikut ini tips menjalin interaksi nan harmoni dengan pasangan:

  1. Saling melengkapi

Pasangan dimanapun di global ini tak ada nan persis identik. Ruang disparitas itu selalu ada. Bahkan pasangan nan terlihat harmonis pun tak akan sama. Disini pengertian dari pasangan absolut dibutuhkan. Bahwa disparitas nan ada ialah sebuah cara lain dari Tuhan buat saling melengkapi.

  1. Romantis

Mengapa masa awal pacaran Anda begitu romantis? Kata mesra, bunga, dan kado specsial. Setelah menikah, romantis menjadi: rokok makan tidur gratis. Menciptakan suasana romantis harus dilakukan buat menjaga quality time Anda dengan pasangan. Dapat dibayangkan setiap hari berjumpa tanpa suatu hal nan bermakna. Niscaya jenuh dan bosan. Romantis dapat menangkal rasa itu semua.

  1. Anak

Berkeluarga berarti memulai hayati baru. Anda menjadi bapak, ibu, dan memiliki anak. Anak ialah pencipta harmoni dalam keluarga. Melihat tingkah anak nan menggemaskan membuat Anda berpikir ratusan kali buat bertindak bodoh. Melihat anak berkembang membuat Anda berpikir ribuan kali buat bercerai.

Jika mahligai pernikahan Anda sudah diambang perceraian, coba pikirkan kembali. Jangan sampai terbawa emosi. Jagalah cinta kudus pernikahan.