Cinta Salah Tempat

Cinta Salah Tempat



Tips Mendapatkan Pasangan

Karena disparitas orientasi dalam romansa dewasa, tentu memiliki disparitas dalam penyikapan dan trik mendapatkan pasangan dibanding dengan romansa remaja. Ada hal-hal nan tak dapat dipoles secara fisik nan harus dipersiapkan, guna dapat menarik perhatian versus jenis. Di antaranya ialah :

  1. Mengubah pola pikir. Banyak kalangan dewasa nan menginginkan mendapatkan pasangan nan mampu berpikir jauh ke depan serta berorientasi pada pemecahan masalah. Bukan pada manusia nan berkarakter pada orientasi selalu melihat masa lalu.
  2. Tunjukkan rasa tanggungjawab. Dalam romansa dewasa, visi nan hendak dituju ialah pernikahan. Dan dalam konsep pernikahan terkandung sebuah tanggungjawab. Orang nan dapat menunjukkan karakter sebagai manusia bertanggungjawab akan banyak dicari oleh mereka nan mencari pasangan sejati,
  3. Agamis. Sebagai manusia nan hayati di wilayah timur, salah satu nan dijadikan panduan ialah masalah perilaku. Manusia nan memiliki latar belakang keimanan pada agama nan kuat, cenderung memiliki karakter nan baik.
  4. Stabil. Sosok nan memiliki emosi kejiwaan stabil, cenderung akan lebih menarik versus jenisnya daripada mereka nan masih tergolong labil dalam pengendalian emosi. Karena dengan kestabilan emosi, dipercaya akan mampu menjaga ikatan interaksi nan sehat tanpa banyak masalah. Andai dalam interaksi tersebut muncul perbedaan, akan mudah ditemukan jalan keluar nan baik.


Cinta dan Kedewasaan

Bagi perempuan, usia generik mencapai kedewasaan dalam interaksi diperkirakan ketika seseorang mulai memasuki usia dua puluhan. Meski banyak juga perempuan nan memasukinya pada usia lebih dini, bahkan lebih lambat. Bagi laki-laki, perkembangan kedewasaan dalam hubungannya tak secepat nan terjadi pada perempuan.

Hal ini disebabkan faktor psikologis perempuan lebih cepat berkembang dibanding laki-laki. Banyak laki-laki nan ketika sudah menikah pun, masih akan lebih lama menyesuaikan diri dengan global berumah tangga. Usia matang pada laki-laki umumnya terjadi di atas 27 tahun. Pada usia ini laki-laki sudah mulai matang memisahkan antara tanggung jawab dan kewajiban, serta kesenangan pribadi nan akan dijalankannya.

Seiring dengan bertambahnya usia, tentu saja apa nan ada dalam diri kita akan ikut berubah dan bertambah. Namun ke arah nan manakah...?

Cinta merupakan topik nan selalu hangat buat dibicarakan oleh semua orang. Tua muda, pria wanita, kaya miskin dan semua golongan dalam masyarakat. Entah apa nan menarik dibalik istilah cinta. Cinta terkadang membuat manusia bahagia,namun di lain pihak cinta pun dapat membuat manusia sedih.

Oleh sebab itu, kita harus siap buat mengambil segala resiko nan akan terjadi manakala kita memutuskan buat jatuh cinta terhadap seseorang. Lalu dimanakah keterlibatan kedewasaan seseorang dalam memandang cinta, terutama bagi manusia nan mengaku dirinya sebagai manusia dewasa.

Menjadi dewasa sebenarnya tidaklah selalu terkait dengan usia. Seringkali justru kita merasa semakin kekanakan dikala usia kita bertambah tua. Karena kedewasaan bukan semata hanya dipandang dalam kemapanan hayati saja. Atau dipandang dalam bertambahnya pengalaman nan kita miliki. Kedewasaan jauh lebih bermakna dibandingkan hanya sekedar materi dan kuantitas. Kedewasaan ialah masalah kualitas dalam kita berpikir, berkata, dan berperilaku.

Seseorang dapat saja dikatakan dewasa jika telah bisa berperilaku baik dan santun. Tapi apakah demikian juga dengan apa nan ada di pikiran kita..? Motif dan alasan buat berperilaku santun dan baik itulah nan akan menjadi tolak ukur kedewasaan kita.

Hal nan demikian nisbi jika kita membicarakan masalah kedewasaan. Tak ada ukuran nan jelas serta definisi nan tepat. Karna masing-masing orang memiliki persepsi nan berbeda mengenai kedewasaan. Dan pada persepsi nan berbeda itulah taraf kedewasaan kita ditentukan. Kedewasaan tak hanya terbatas pada kata-kata maupun perilaku. Banyak hal nan kita anggap baik, ternyata tak benar.

Menjadi dewasa tak sama dengan kedewasaan. Menjadi dewasa nan seringkai tak diiringi dengan taraf kedewasaan nan cukup, akibatnya sikap dan konduite kita seringkali terlihat kekanakan dan bahkan lucu. Kedewasaan ialah bagaimana kita bersikap dan berpikir dalam bahasa cinta.

Hal itu bisa tercermin dari bagaimana kita mengubah kemarahan menjadi kesabaran. Bagaimana kita mengubah kekecewaan menjadi harapan. Bagaimana kita mengubah masalah menjadi tantangan. Bagaimana kita mengubah kesedihan menjadi harapan. Bagaimana kita mengolah segala emosi nan timbul dan menjadikannya baik.

Kedewasaan bisa dicapai dengan selalu belajar pada setiap kejadian dalam hayati kita. Baik getir atau manis, baik atau buruk, bahagia atau sedih. Dan kedewasaan ialah bagaimana kita mampu menempatkan diri diantaranya. Ketika kita sudah mampu menghadapi hal tersebut, kita lebih mampu mengenali cinta dengan baik.

Cinta bukanlah sekedar perasaan nan kita sendiri tak tahu kapan hadir dan akan berapa lama ada di hati kita. Cinta lebih dari sekedar perasaan nan dapat dijelaskan dengan berbagai alasan, mulai dari nan masuk akal sampai nan tak masuk akal. Kedewasaan akan menuntun kita buat melihat cinta tak hanya dari permukaan saja tetapi kita dapat mencoba buat melihat cinta jauh lebih dalam yaitu ke inti dari cinta itu sendiri.

Hanya kedua pasangan itulah nan dapat melihat dan mengerti apa inti dari cinta nan sesungguhnya antara mereka berdua. Hal inilah nan mungkin kemudian dijadikan salah satu alasan buat melanjutkan jalinan cinta nan telah ada ke jenjang nan lebih lanjut (bagi nan masih belum terikat tali pernikahan) atau hanya sekedar buat menyegarkan kembali jalinan cinta di antara sebuah pasangan (bagi nan telah terikat tali pernikahan).



Cinta Salah Tempat

Pada masa sekarang ini, banyak kasus kehamilan luar nikah maupun pernikahan dini nan menimpa remaja pada usia labil. Pada dasarnya, di usia ini mereka kesulitan membedakan cinta dewasa nan dilandasi dengan berbagai pertimbangan dan cinta layaknya orang dewasa alih-alih pelampiasan hasrat.

Akibat pergaulan dan kebebasan nan tak bertanggung jawab banyak remaja nan menjadi korban. Pada usia dini, mereka terpaksa harus berpikir dewasa dan menjalankan kehidupan nan tak sinkron dengan usianya. Bagi laki-laki nan umumnya masih dapat menikmati banyak waktu dengan teman-teman dan mengecap pendidikan, justru harus menghabiskan waktunya buat bekerja demi menafkahi tanggung jawab barunya. Begitu pula dengan perempuan, mereka akan disibukkan dengan berbagai urusan rumah tangga termasuk mengurus anak.

Hal ini dapat saja takterjadi jika keluarga memberikan supervisi dan perhatian pada anak-anak mereka dalam usia labil. Kesibukkan-kesibukkan nan positif juga akan mengarahkan mereka menuju orientasi nan tepat hingga akhirnya siap menghadapi cinta dewasa. Selain itu lingkungan nan baik pun menjadi salah satu faktor penentu.

Ketika cinta disalahtempatkan, tak sporadis banyak hal nan harus dikorbankan. Jika terjadi kehamilan, salah satu kemungkinan terburuk lain ialah aborsi. Selain pernikahan dini nan biasanya terpaksa dilakukan oleh banyak pihak demi menyelamatkan nama baik keluarga ataupun berbagai alasan agama.

Biasanya hal seperti ini akan menimbulkan banyak masalah baru dalam perjalanannya. Masalah nan lebih berat ketimbang dengan keadaan nan seharusnya. Tidak sporadis terjadi perceraian pada keluarga nan tak bisa menempatkan diri dalam posisinya masing-masing. Berbagai tuntutan akan kekurangan menjadi isu primer dalam keluarga semacam ini.