Lowongan dan Acara Televisi

Lowongan dan Acara Televisi

Apa nan terlintas di benak Anda saat mendengar kata " lowongan "? Biasanya niscaya orang akan membayangkan kesempatan buat memperoleh pekerjaan dengan prosesnya nan berliku. Lowongan mungkin menjadi kata nan paling diminati oleh semua pengangguran di muka bumi ini. Bahkan banyak juga nan sudah memiliki pekerjaan pun masih tetap berusaha mencari-cari lowongan dengan asa akan menemukan pekerjaan nan lebih baik.



Lowongan dan Perekonomian

Sebuah pekerjaan lebih baik atau tidak, tentu tak sama standarnya buat setiap orang. Seorang sarjana sudah niscaya akan memiliki ekspektasi nan lebih tinggi dibanding orang nan hanya menamatkan pendidikan hingga taraf SMP saja.

Ini tak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga di negara-negara lain. Bahkan negara maju seperti Inggris dan Australia pun dapat mengalaminya. Krisis moneter nan menimpa global dan terus berkepanjangan hingga detik ini membuat perekonomian global mengalami masalah serius.

Ingin contoh? Pernahkah Anda menyaksikan acara "Secret Milionaire"? Memang, ini bukan ajang pencarian lowongan pekerjaan. Namun ini membuktikan bahwa negara-negara maju sedang mengalami masalah ekonomi nan serius.

Acara nan disiarkan oleh kanal televisi asal Inggris, BBC Knowledge, berisi perjalanan penuh emosi para miliuner. Selama seminggu penuh orang-orang nan sangat berhasil dengan bisnisnya ini terjun ke daerah-daerah nan dianggap sebagai kantong kemiskinan di negaranya. Australia, Inggris, dan Amerika ialah beberapa negara nan sudah menayangkan acara ini.

Jika disebut kata "Liverpool", orang langsung menghubungkan dengan dua hal: The Beatles dan klub sepak bola terkenal asal Inggris. Namun ternyata Liverpool juga memiliki beberapa bagian nan menjadi daerah termiskin di Inggris. Beberapa miliuner nan mengikuti acara "Secret Millionaire" ini pernah harus hayati di kota ini. Liverpool ternyata sebuah kota dengan taraf pengangguran dan taraf kejahatan nan tinggi. Lowongan pekerjaan tak cukup tersedia.

Para miliuner ini menghabiskan waktu dan menyamar sebagai pengangguran. Mereka biasanya turut membantu beberapa badan amal nan sedang berupaya membantu banyak orang. Entah itu rumah jompo atau orang-orang nan secara rutin memberi makan tunawisma.

Setelah seminggu, sang miliuner akan membuka penyamarannya dan biasanya mereka akan memberi donasi berupa dana nan cukup besar buat orang-orang nan mereka anggap perlu. Sepasang miliuner asal Amerika Perkumpulan pernah memberikan donasi dana hingga lebih dari dua ratus lima puluh ribu dolar buat 3 buah forum nan mereka datangi. Beberapa usaha nan hampir bangkrut pun dapat tertolong dari dana nan mereka berikan. Para pengusaha ini telah membantu membuka lowongan pekerjaan baru meski tak dalam jumlah luar biasa.

Lowongan kerja selalu menempati halaman tersendiri dalam iklan-iklan surat kabar. Bagai orang-orang nan ingin mencoba peruntungan pun, kolom lowongan pekerjaan ialah kolom nan sangat diminati. Mulai dari posisi sales hingga manajer terpampang di media massa, khususnya koran.

Akan tetapi, sebaiknya perhatikan medianya juga. Jangan sampai Anda tertipu sebab memang banyak sekali iklan-iklan nan menyesatkan. Banyak sekali iklan lowongan nan menjanjikan posisi bagus ternyata mengharuskan pelamar buat berdagang alias menjadi sales. Banyak nan kecewa dan menolak dengan alasan sederhana. "Untuk apa sekolah tinggi kalau hanya jadi seorang salesman?"

Pendapat di atas tak dapat disalahkan, dapat sahih dapat pula salah. Tapi di sini kita tak akan membahas masalah itu. Semuanya terpulang kepada pribadi masing-masing. Solusinya sederhana saja, jangan memaksakan diri jika memang merasa tak sreg dengan sebuah pekerjaan. Karena segala hal nan tak dikerjakan dengan hati nan bahagia, akan sulit pula mendapat hasil nan gemilang.

Majalah dan tabloid pun kerap mengiklankan lowongan pekerjaan nan tersedia. Biasanya, lowongan itu spesifik buat posisi nan kosong di media tersebut. Media memang selalu menjadi loka promosi nan gemilang. Para pembaca nan tertarik tentu tak akan pikir panjang buat mengirimkan lamaran, apalagi bila dirasa kualifikasi nan disyaratkan bisa terpenuhi.

Perburuan pekerjaan memang menjadi sebuah pengalaman nan mengasyikkan sekaligus mendebarkan. Lowongan nan tersedia (apalagi jika diiklankan secara resmi), akan mengundang peminat nan melimpah. Dapat jadi hanya ada puluhan kursi nan tersedia, namun peminatnya dapat mencapai ratusan hingga ribuan orang. Para pencari kerja ini pun harus melewati termin seleksi nan berlapis sebelum nan terbaik menjadi pemenang dan berhak mengisi loka nan tersedia.



Lowongan dan Acara Televisi

Lowongan pekerjaan selalu menjadi primadona dalam kehidupan manusia dewasa. Terutama buat orang-orang nan tak puas dengan pekerjaan nan didapatnya saat ini. Atau bagi mereka nan ingin bekerja di bidang nan sinkron dengan talenta mereka.

Kini, lowongan pekerjaan pun bergerak bergerak maju seiring perkembangan dan kemajuan dunia. Pekerjaan nan ditawarkan tak hanya nan berada di balik meja belaka. Pekerjaan di global hiburan pun sangat didambakan. Itulah sebabnya kini bermunculan majemuk acara reality show nan menawarkan lowongan pekerjaan. Namun memang orang tak memandangnya sebagai "lowongan" melainkan "kesempatan".

Di sini, talenta nan benar-benar mendapat prioritas utama. Artinya, hanya nan benar-benar berbakat dan memiliki kemampuanlah nan akan lolos. Tidak ada wawancara kerja seperti biasa (kecuali The Apprentice), melainkan langsung unjuk kemampuan. Acara-acara televisi ini menjanjikan karier nan gemilang di masa depan buat para pemenangnya, meski tidak selalu terwujud.

"American Idol" sudah memasuki musim ke sebelas. Para pemenangnya akan mendapat kontrak rekaman. Demikian juga "The Voice" nan memiliki format acara unik dan sedang menjalani musim keduanya. Juga ada "Top Chef" atau "So You Think You Can Dance". Semuanya ialah lowongan pekerjaan dengan seleksi ketat dan penuh aroma persaingan.

Memang, tak ada janji buat peserta akan mendapat pekerjaan dengan jumlah gaji tertentu. Melainkan kesempatan emas sekali seumur hayati nan sangat langka. Kesuksesan mereka kelak dapat jadi sangat bergantung dengan acara nan sedang diikuti.

Pemenang primer The Voice musim pertama bernama Javier Colon. Pemuda ini memiliki suara nan sangat indah. Setiap kali tampil menyanyi, dia selalu mendapat tepuk tangan paling panjang di studio. Kariernya sendiri sudah berjalan panjang namun tanpa akhir nan indah. Colon sudah beberapa kali mendapat kontrak rekaman, namun tak pernah sukses membuat album.

Kemenangannya di The Voice mengantarkannya mendapat hadiah nan sangat diimpikan, kontrak rekaman dengan label ternama dan uang tunai ratusan ribu dolar. Adam Levine nan kala itu menjadi instruktur vokalnya pun turut berjuang agar Colon dapat mendapat kemenangan. Dalam salah satu episode, Levine pernah mengucapkan kata-kata nan mengharukan. " Saya harus membantu dia (Colon) buat menang. Dia sudah terlalu banyak mengalami kegagalan. Kali ini, dia harus menang sebab dia memang layak buat itu ."

Adam Levine benar, Colon memang layak menjadi pemenang. Lowongan di The Voice nan kosong menjadi miliknya. Kini, album perdananya sudah beredar.

Ketika televisi menyiarkan acara reality show seperti ini, tentunya bukan tanpa maksud. Memang, rating selalu menjadi acuan utama. Namun, mereka juga memberi kesempatan bagi banyak orang buat mendapatkan pekerjaan nan mereka idamkan. Di mana lagi loka bagi seorang penyanyi selain di panggung? Di mana pula loka terbaik seorang penari selain di pentas?

Jika kemudian tak ada lowongan nan sinkron dengan keinginan kita, mengapa tak berusaha menciptakannya saja? Tidak ada nan mustahil di global ini. Jika orang lain bisa, apa nan membuat Anda tak dapat melakukannya?