Mendaki Gunung Salak

Mendaki Gunung Salak

Gunung, hutan, pantai ialah tempat-tempat nan memberikan perbedaan makna gaib bagi masyarakat sekitarnya. Bangunan-bangunan (situs) buat pemujaan pun banyak didirikan. Begitu pula nan terjadi di Gunung Salak .

Terlihat dari Kota Bogor dan Sukabumi, gunung ini tidaklah tinggi. Dari tiga puncak nan ada, rata-rata berketinggian 2.000 m di atas permukaan laut. Yaitu Puncak Salak I (2.211 m di atas permukaan laut), Salak II (2.180 m di atas permukaan laut), dan Puncak Sumbul (1.926 m di atas permukaan laut).

Namun, sebagai salah satu gunung berapi di Pulau Jawa, gunung ini punya banyak cerita rakyat atau mitos nan mengakar kuat. Sehingga tak mengherankan jika tak hanya para pendaki nan sering datang ke sini. Sejak zaman dahulu, para peziarah pun sering mengunjunginya. Jalur pendakian dari Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Desa Kutajaya/Cimelati, merupakan jalur nan sering mereka lalui.

Motivasi mereka beragam. Dari hanya sekadar melihat-lihat hingga menginginkan berkah dari loka nan dikunjungi. Akibatnya, kawasan sekitar gunung ini "dipenuhi" oleh berbagai situs pemujaan atau loka keramat. Mulai dari patung pemujaan, makam keramat Embah Gunung Salak, hingga nan terbaru dibangun ialah pura atau kuil bagi Prabu Siliwangi.



Pura Gunung Salak

Sejak tahun 2005, di lereng gunung ini tepatnya di Desa Taman Sari, telah dibangun sebuah pura bagi umat Hindu. Pura ini merupakan pura terbesar di Pulau Jawa dengan nama Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Tamansari Gunung Salak.

Berdirinya pura ini bukan tanpa alasan. Diyakini, syahdan kerajaan Hindu tanah Sunda nan termasyur (Kerajaan Padjadjaran), pernah berdiri di sini. Dengan ibu kota Pakuan dan memerintah wilayah Jawa Barat dengan rajanya terkenal, Prabu Siliwangi.

Bahkan sebagian ada nan percaya bahwa di loka inilah Prabu Siliwangi tiba-tiba bersama dengan para prajuritnya. Sehingga kawasan sekitar gunung ini dianggap kudus bagi kalangan masyarakat Sunda wiwitan.

Pendirian pura di gunung ini pun dipercaya sebagai petilasan Sri Paduga Maharaja Prabu Siliwangi. Nama lengkap dari raja nan diyakini memiliki banyak kemampuan gaib, nan salah satunya ialah menghilang atau muksa .

Karenanya, sebelum pura ini dibangun, umat Hindu setempat memutuskan terlebih dahulu membangun candi dengan patung macan nan berwarna hitam dan putih, sebuah bentuk penghormatan kepada Kerajaan Padjadjaran nan merupakan Kerajaan Hindu terakhir di Parahyangan.

Melalui upacara Menungkah dan Ngenteg Linggih, setiap tahunnya umat Hindu melakukan prosesi ibadahnya di sini. Ketika upacara keagamaan berlangsung, bisa dipastikan kawasan sekitar pura akan dipenuhi oleh banyak orang.

Apalagi pura di gunung ini berstatus pura Penatara Agung dengan kedudukannya sebagai pengepon jagad. Membuatnya jadi salah satu tujuan primer peribadatan bagi umat Hindu, terutama nan berasal dari Bali.



Gunung Salak dan Kecelakaan Pesawat

Masih ingatkah Anda tragedi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 nan jatuh di hutan gunung ini pada Mei 2012 silam? Tragedi tersebut bukanlah nan pertama dan satu-satunya. Ada beberapa kecelakaan pesawat nan menewaskan penumpangnya di hutan rimba pegunungan ini.

Salah satu kecelakaan nan pernah terjadi ialah jatuhnya pesawat Paralayang Red Baron GT 500 milik Lido Aero Sport di area pegunungan ini. Peristiwa ini terjadi pada 15 April 2004 lalu. Dilaporkan 3 orang tewas dalam peristiwa ini. Dua bulan sesudahnya, sebuah pesawat Cessna 185 Skywagon terjatuh ke Danau Lido di gunung tersebut. Setidaknya 5 orang tewas dalam peristiwa kecelakaan pesawat tersebut.

Kemudian pada Juni 2008, pesawat Casa 212 milik TNI AU terjatuh di area gunung ini, di ketinggian 4.200 kaki dari permukaan laut. 18 orang korban dinyatakan tewas dalam peristiwa ini. Selain itu pada 30 April 2009, pesawat latih Donner kepunyaan Pusat Pelatihan Penerbangan Curug jatuh di area gunung ini. 3 orang dilaporkan tewas. Yang terakhir ialah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 protesis Rusia. Pesawat komersial ini jatuh dan menyebabkan 46 orang penumpangnya tewas.

Kecelakaan-kecelakaan tersebut membuat masyarakat sekitar menyebut gunung ini sebagai "kuburan pesawat terbang". Masyarakat sekitar juga segera mengait-ngaitkan peristiwa-peristiwa jatuhnya pesawat terbang dengan hal-hal mistis nan dipercaya menyelimuti gunung ini.

Secara logika, gunung ini memang merupakan medan nan sulit bagi pilot pesawat terbang. Hal ini disebabkan oleh kabut tebal nan menyelimuti gunung membuat pandangan pilot terbatas, karenanya risiko menabrak tebing atau jatuh semakin besar.



Mendaki Gunung Salak

Walaupun diselimuti aura gaib dan kisah-kisah misterius, gunung ini tetap menjadi destinasi primer bagi para kelompok pecinta alam. Gunung ini merupakan salah satu gunung nan paling sering didaki oleh para kelompok pecinta alam, terutama nan berada di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Ada beberapa jalur pendakian nan bisa ditempuh di gunung ini.

Gunung ini memiliki dua puncak, yakni puncak I dan puncak II. Untuk mencapai puncak I, Anda dapat menggunakan jalur Cimelati nan terletak di dekat Cicurug. Sementara itu buat mencapai puncak II Anda dapat menggunakan jalur Curug Nangka. Dari puncak I Anda dapat langsung menuju puncak II melalui Sukamantri, Ciapus. Hanya saja Anda perlu waspada sebab medan nan ditempuh cukup sulit. Anda juga dapat mendaki gunung ini lewat Cidahu Sukabumi, atau Kaldera Ratu di Gunung Bunder.

Medan gunung Salak yang nisbi sulit ditempuh sebab medannya nan berupa hutan kedap menjadi loka berlatih dan tantangan bagi organisasi-organisasi pecinta alam. Selain itu, cadangan air nan tersedia di hutan gunung ini pun tak banyak. Meskipun bukan gunung tinggi, tetapi mendaki gunung ini bukanlah hal nan mudah.

Hutan nan ada di pegunungan ini ialah hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Hutan pegunungan bawah awalnya ialah hutan nan ditanami dengan sengaja oleh Perum Perhutani. Di hutan ini, Anda akan menemukan jenis-jenis pohon tusam, rasamala, puspa, saninten, pasang, dan majemuk jenis huru.

Di gunung nan letaknya dekat Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini juga Anda bisa menemukan tumbuhan langka Rafflesia rochussenii. Akan tetapi tumbuhan ini tak mudah ditemui di titik mana pun di hutan gunung ini, melainkan hanya ditemukan di beberapa lokasi, terutama dekat Cidahu, Sukabumi.

Pepohonan lainnya nan juga akan Anda temukan saat mendaki gunung ini ialah kaliandra merah, dadap cangkring, kayu Afrika, jeunjing, dan majemuk jenis bambu. Pepohonan tersebut sengaja ditanam oleh masyarakat sekitar di perbatasan hutan dan desa atau di area dekat sungai.

Saat mendaki gunung ini, jangan heran jika Anda menemukan berbagai jenis reptile serta burung di hutannya. Menurut hasil penelitian IPB, terdapat 11 jenis katak dan kodok di hutan pegunungan ini. Termasuk di antaranya jenis katak terbang dan bangkong bertanduk.

Ular juga banyak ditemukan di hutan ini. Terdapat ular sanca kembang, ular siput, ular tangkai, dan sebagainya. Ada juga reptil lain seperti biawak sungai, kadal kebun, dan bunglon. Oleh sebab itu berhati-hati dan terus waspada saat melewati hutan. Jangan sampai kedatangan Anda mengganggu hewan-hewan tersebut.

Dahulu, mamalia nan menguasai gunung ini ialah harimau Jawa. Setelah harimau tersebut punah, tak banyak mamalia nan dapat ditemukan di pegunungan ini. Kini, di beberapa titik di dalam hutan Anda dapat menemukan beberapa jenis mamalia nan tersisa, seperti trenggiling, owa Jawa, surili, dan macan tutul.

Tengadahkan kepala Anda ke atas sesekali saat sedang mendaki. Anda akan menemukan banyak jenis burung beterbangan dan hinggap di dahan pohon. Di gunung Salak ada banyak spesies burung; setidaknya tercatat ada lebih dari 200 spesies. Spesies burung nan paling sering ditemukan ialah ayam hutan merah, elang Jawa, burung kuda, dan sebagainya.