Kisah Rumit Film Pride and Prejudice

Kisah Rumit Film Pride and Prejudice



Pride and Prejudice, Adaptasi Film nan Lebih Berisi

Harga diri dan interaksi sosial nan rumit, itulah dua kata nan terlintas setelah membaca novel Pride and Prejudice. Novelyang diterbitkan tahun 1813 ini merupakan novel nan cukup populer. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Fokus ceritanya sendiri berpusat pada tokoh perempuan nan harus berhadapan dengan hubungan-hubungan nan rumit dengan orang-orang di sekitarnya. Pernikahan dengan dasar cinta, berpretensi nan menimbulkan konflik, semua disajikan oleh Jane Austin dalam novel ini. Harga diri dengan bumbu romantis dan interaksi rumit keluarganya. Mari kita simak ulasan tentang film Pride and Prejudice ini.



Novel Pride and Prejudice

Novel nan sudah mencapai penjualan hingga dua puluh juta eksemplar ini berfokus pada isu perempuan dan pernikahan. Jane membawa pembaca pada situasi saat perempuan dituntut sempurna. Seorang perempuan nan baik dan dicari laki-laki mudun ialah perempuan nan punya tata krama nan bagus. Selain itu, perempuan nan baik ialah perempuan dengan berbagai keahlian nan dapat menjadi nilai tambah agar para lelaki menyukainya. Elizabeth Bennet, sang tokoh primer berada pada situasi nan rumit tersebut. Kakaknya nan disukai orang kaya dan ketiga adiknya nan dinilai masih kurang baik buat menjadi seorang gadis. Namun Elizabeth selalu menerima fenomena dan tetap mencintai saudara-saudaranya. Cerita bertambah rumit ketika Elizabeth berjumpa dengan Darcy nan dingin dan misterius.

Secara holistik novel Pride and Prejudice ialah novel nan cukup baik. Hanya saja alur cerita Novel ini sedikit berbeli-belit dan plotnya mudah ditebak. Meskipun Jane mampu membawa pembaca pada siituasi nan terjadi pada novel ini, namun cerita nan disajikan seperti hambar. Kunjungan pesta, pujian-pujian nan tak perlu dan hal-hal kecil lainnya membuat novel dengan tebal 585 halaman (versi terjemahan Bahasa Indonesia) lebih banyak berisi kalimat berita. Tidak ada kejutan nan benar-benar menggetarkan pembaca. Bagi nan menyenangi alur lambat dan romansa nan dibalut dengan permasalahan keluarga, novel ini sangat cocok buat dibaca. Namun bagi pembaca nan menyukai twist cerita dan hal-hal lainnya novel ini tak disarankan buat dibaca oleh Anda.



Kisah Rumit Film Pride and Prejudice

Pride and Prejudice ternyata sudah diadaptasi ke berbagai media, baik televisi maupun film. Film adaptasinya nan terkenal ialah film pada tahun 1940 dan tahun 2005. Yang paling banyak dikenal dan berkesan pada era sekarang ialah adaptasi pada tahun 2005 nan dibintangi seniman Hollywood, Keira Knightley. Alur filmnya sendiri tak berbeda jauh dengan nan ada di novel. Hanya saja kemasan adaptasi ini memiliki nilai rasa nan berbeda. Untuk mengetahuinya, simak review- nya berikut ini.

Berkisah di daerah pedesaan pada awal abad ke-19, adegan awal film ini diawali dengan kisah keluarga Bennet.Tuan Bennet dan istrinya memiliki lima anak perempuan yaitu Jane, Elizabeth (Lizzy), Mary, Lydia, dan Kitty. Keluarga ini hayati dengan damai meskipun Nyonya Bennet selalu memikirkansiapa nan akan melamar putri–putrinya. Hal tersebut cukupwajar mengingat mereka perlu keuangan nan lebih baik sebab peternakantempat mereka bekerja akan diwariskan pada sepupu Tuan Bennet yaitu Collins.

Nyonya Bennet berharap salah satu putrinya menikah dengan Collins buat menyelamatkan perekonomian mereka di masa depan. Namun semua planning sedikit berubah saat dua orang pemuda kaya berkunjung ke daerah mereka. Kedua orang tersebut ialah Bingley dan Darcy. Di suatu pesta, Jane berjumpa dan berdansa dengan Bingley. Sementara Elizabeth berjumpa dengan Darcy nan dingin dan misterius.

Cerita berlanjut pada interaksi Jane danDarcy begitu dekat. Sementara itu Collins mengajukan lamaran terhadap Elizabeth, namun Elizabeth menolaknya. Ia menganggap Collins bukanlah pria yangdicintainya. Hal ini tentu saja membuatIbunya marah. Dilainpihak Elizabeth berjumpa dengan seorang tentara bernama GeorgeWickham. Wickham bercerita tentangDarcyyang mengusirnya karenaalmarhum ayah Darcy lebih menyayanginya dibandingkan dirinya. Hal ini membuat Elizabeth berprasangka jelek terhadap Darcy.

Cerita mulai menarik saat Darcy dan Bingley meninggalkan loka tersebut. Keputusan tersebut berdampak kekecewaan bagi keluarga Bennet, terutama Jane nan sudah kepalang cinta terhadap Bingley. Di lain pihak, Collin akhirnya menikah dengan sahabat Elizabeth. Elizabeth tetap menjaga interaksi baik dengan sahabat dan orang nan pernahmelamarnya.

Suatu hari, Collins, istrinya dan Elizabeth berkunjung ke kediaman Lady Catherine de Bourgh. Di loka tersebut, Elizabeth berjumpa kembali dengan Darcy. Mereka jadi lebih dekat. Sayangnya Elizabeth mengetahui hal lain tentang Darcy. Perginyamereka dari desa dan ditinggalkannya Jane oleh Bingley ternyata merupakan ide Darcy. Tentu saja Jane tak terima hal tersebut. Jane pun marah saat Darcy mengatakan kalau dia mencintainya. Belum cukup sampaidisitu,keluarga Bennetdiuji saatWickhammembawa kabur Lydia.

Kisah selanjutnya sangat mudah ditebak. Sama dengan kisah dalam novelnya, film Pride andPrejudice pun memiliki akhir nan indah. Meskipun interaksi antar satu tokoh dengan tokoh lain begitu rumit tetapi pada versi filmnya hal tersebut tak terasa. Bahkan tak seperti novelnya, film ini menghadirkan kemasan cerita nan lebih menggigit. Barangkali durasi nan hanya seratus dua puluh menit mampu mewakili cerita nan terlalu bertele-tele pada novelnya.

Selain itu, kostum nan dihadirkan pada film tahun 2005 ini ditampilkan dengan sangat menarik dan indah. Pantas rasanya jika film ini mendapatkan penghargaaan Oscar buat kategori desain kostum terbaik. Film nan juga mendapatkan penghargaan Best Art Direction pada penghargaan nan sama ini juga memiliki ilustrasi musik nan baik. Musik dan ilustrasinya sangat sesuai dengan tiap adegan nan dihadirkan. Alunan musik nan latif tersebut ialah berkat DarioMarianelli. Berkat musiknya nan luar biasa itu, penata musik film ini pun mendapatkan penghargaan nan sama.



Kiera Knightley sebagai “Ruh” Film

Selain musik, kostum, dan artistik, Film Pride and Prejudice tak akan berhasil tanpa kehadiran aktris cantik yang berbakat Keira Knightley. Berkat dialah, film ini tampil hayati dan memikat. Aktris nan berperan baik pada film biografi Anna Karenina (2012) ini mampu menampilkan kemampuan akting nan dapat menguras emosi penonton. Dia mampu berperan sebagai Elizabeth nan berwatak pintar. Dia pun mampu membawa emosi penonton buat terlibat pada situasi nan dialaminya pada film ini. Apalagi ketika Elizabeth menangis dalam hujan dan saat mengetahui Lydia diculik Wickham, aktingnya benar-benar luar biasa.

Tidak diragukan jika Keira Knightley merupakan “ruh” film ini. Seandainya film ini memasang aktris lain, film Pride and Prejudice barangkali hanya film cinta biasa dengan kategori B. Selain Keira, Jane nan diperankan oleh Rosamund Pike juga tampil mempesona.Belum lagi ketiga adiknya nan karakternya mampu ditampilkan cukup kuat. Bahkan Brenda Blethyn nan berperan sebagai Nyonya Bennet tampil lebih baik dibandingkan Donald Sutherland nan pada film ini,penampilan aktingnya masih kurang prima.

Sayangnya,Matthew Macfadyen nan berperan sebagai Darcytidak mampu mengimbangi akting Keira Knigtley. Saat scene Darcy dan Elizabeth berdua misalnya, chemistry nan dihadirkan oleh kedua karakter ini terasa kurang greget. Untungnya adegan tersebut masih bisa ditolong dengan ilustrasi musik nan menyentuh dan sangat pas dengan adegan nan ditampilkan.

Visualisasi nan baik, kostum nan mewah, musik nan pas serta kemampuan akting tokoh primer perempuannya merupakan kekuatan besar film ini. Tidak aneh rasanya jika film ini masuk jajaran box office pada minggu pertama pemutaran filmnya. Tidak diragukan juga film ini masuk nominasi dan mendapatkan banyak penghargaan pada festival-festival film internasional. Dengan evaluasi tersebut, tak salah jika menyebut Pride and Prejudice merupakan film adaptasi nan lebih “berasa” dibanding novelnya sendiri.