Rumus Kehidupan

Rumus Kehidupan

Belajar rumus kehidupan ternyata perlu dikuasai. Hayati tanpa memiliki pegangan dan prinsip akan mudah goyah. Rumus tak hanya dimiliki oleh ilmu niscaya seperti matematika dan ilmu fisika. Tetapi juga bisa diterapkan di dalam sebuah kehidupan. Pernahkah terpikirkan sebelumnya, apakah Tuhan menciptakan alam ini dengan memperhitungkan terlebih dahulu dengan cara mengalikan atau menambahkan terlebih dahulu?

Sebagai manusia hanya mampu berprasangka baik dengan segala apa nan telah diciptakanNya. Debu dan oksigen nan tak terlihatpun memiliki komposisi dan manfaat. Pernah mendengar tentang penciptaan bumi? Atau pernah membaca galaksi bima sakti nan ada di alam semesta ini?

Banyak ilmuwan nan merumuskan sesuatu hal nan besar. Bahkan para ilmuwanpun juga melakukan perumusan jeda bumi dengan matahari. Melakukan perjalanan ke bulan dan banyak hal lain nan dilakukan oleh manusia dalam rangka belajar rumus kehidupan.

Dengan kata lain mereka tak lantas berhenti begitu saja menemukan sesuatu nan baru, demi sebuah eksistensi nan menegaskan bahwa kehidupan itu memiliki rumusan.

Sebagai salah satu contoh sederhana tentang adanya rumus di dalam hayati kita. Ketika kamu dihadapkan pada sebuah kondisi nan membuatmu tak berdaya, apa nan kamu pikirkan saat itu? Apakah tetap membiarkan masalah nan menghampiri tak terpecahkan dampak ketidakmungkinan nan telah tertanam di dalam pikiran? Ternyata bukan itu! Di global ini tak ada hal nan tak mungkin.

Sebelum para ilmuwan melakukan penelitian adanya banyak planet di luar bumi ini apakah hal itu mungkin terjadi? Secara logika, apakah mungkin manusia dapat tiba di bulan nan jauhnya ribuan juta km itu? Tetapi apa nan terjadi? Semua itu dapat “possible”. Tidak ada hal nan tak mungkin jika mau buat menyelesaikannya. Berikut prinsip belajar rumus kehidupan nan berorientasi pada kesuksesan:

IMPOSIBLE + POSIBLE = I’M POSIBLE
Tidak mungkin + mungkin = Aku Bisa

Banyak orang nan melakukan blocking mental dimana mereka telah menanamkan di dalam otak bahwa “aku tak dapat melakukan ini”, “aku tak dapat melakukan itu” dan sebagainya. Karena pemikiran nan diulang-ulang di dalam pemikiran seperti itu, nan terjadi imposible.

Sebaliknya, ketika dihadapkan pada suatu masalah nan berat tak sinkron dengan kemampuanmu, tetapi ketika kamu memiliki harapan, semangat dan optimisme buat menyelesaikan semuanya, maka selesailah semua. Pada kehidupan ini mengikuti sinkron dengan jalan pikiranmu sendiri, bukan mengikuti jalan pikiran orang lain.



Contoh Aktualisasi Rumus Kehidupan

Analogi sederhana, ketika kamu setelah lulus dari sekolah SMA (misalnya) kamu memiliki cita-cita buat melanjutkan kuliah dimanapun, asalkan dapat kuliah. Tetapi secara ekonomi orangtuamu tak sanggup membiayai, sedangkan buat mencari beasiswa minimal berprestasi secara akademik.

Namun ternyata kamu juga bukan salah satu pelajar nan pandai di akademik. Apa nan akan kamu lakukan? Akankah tetap memutuskan buat tetap kuliah sambil mencari segala cara, atau memutuskan berhenti berusaha dan memutuskan tamat sampai bangku SMA saja?

Ternyata kerja keras, usaha dan ikhlas akan berbanding lurus dengan hasil, inilah belajar rumus kehidupan versi 2. Penulis menemui seseorang nan tengah dihadapkan pada kasus tersebut, sebut saja Lala dan Uzik. Lala anak orang tak mampu, tak memiliki prestasi akademik, bahkan nilai UASpun mepet tetapi memiliki semangat dan mimpi tetap kuliah.

Sedangkan Uzik anak orang mapan dan memiliki prestasi akademik sejak di bangku SD hingga SMA. Dua remaja ini sama-sama memiliki cita-cita nan sama, ingin tetap melanjutkan kuliah. Kira-kira nan akan diterima kuliah dari dua remaja ini nan Lala atau nan Uzik secara logis? Jawabannya niscaya Uzik. Namun di sini justru Lala-lah nan mendapatkan kesempatan kuliah lebih dulu.

Usut punya usut ternyata si Lala melakukan 1001 cara mencari informasi beasiswa di luar akademik, tetapi Lala mengandalkan prestasi non akademiknya. Dia juga memiliki banyak teman, dan menanyai semua temannya. Salah satu temannya tersebut ternyata ada ayahnya nan menjadi salah satu pegawai di perguruan tinggi tersebut.

Belajar rumus kehidupan versi 3 ialah tak ada nan namanya keberuntungan. Semua keberuntungan di dalam hayati bisa diciptakan oleh dirimu sendiri. Ada sebuah kisah nan nampaknya tepat buat direnungkan. Suatu hari ada seorang mahasiswa nan menempuh S2. Dia tak memiliki kemampuan akademik nan super seperti teman-temannya seangkatan. Bahkan dia tergolong mahasiswa nan sporadis masuk kelas sebab alasan nan belum diketahui oleh teman-teman sekelasnya.

Kelemahannya ialah di bahasa Inggris aktif, mahasiswa ini selalu mendapatkan permintaan tolong dari teman-temannya buat membuatkan sebuah proposal. Mahasiswa ini pun dengan ikhlas membantunya tanpa pamrih.

Suatu ketika, salah satu temannya meminta tolong kepada mahasiswa tersebut mendapatkan beasiswa S3 ke luar negeri. Ternyata informasi beasiswa ke luar negeri tersebut didapatkan lewat teman sekampus nan meminta kepadanya buat membuatkan proposal pengajuan beasiswa ke luar negeri. Si teman lolos mendapatkan beasiswa berkat si mahasiswa tersebut, begitu pun si mahasiswa nan membuat proposal juga mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri.

Suatu ketika di lain waktu, ketika pendadaran S2 nya nan saat itu menggunakan bahasa Inggris, mahasiswa tersebut mendapatkan nilai paling tinggi di bandingkan teman-temannya nan lebih mahir berbahasa Inggris. Dari cerita ini apa nan kamu tangkap? Niscaya banyak nan beranggapan bahwa mahasiswa ini termasuk mahasiswa nan beruntung bukan! Padahal bukan sebab keberuntangan nan kebetulan, tetapi keberuntungan nan diciptakan.

Usut punya usut, ternyata mahasiswa ini anak pertama dari 6 bersaudara. Selain kuliah, mahasiswa tersebut juga membiayai sekolah adik-adiknya nan lain. Dia juga sering membantu teman-teman nan membutuhkan bantuannya tanpa pamrih dan imbalan. Di dalam hidupnya menanamkan prinsip buat berbuat baik kepada orang lain.

Modalnya nan sering membantu teman-temannya sana sini ia pun dikenal oleh semua teman-temannya sebagai orang nan baik, banyak orang nan menyukai sifatnya tersebut. Tidak heran jika banyak teman-temannya nan memberikan tawaran silih berganti. Seperti kasus tersebut, mahasiswa ini tak akan mendapatkan beasiswa S3 ke luar negeri apabila tak membuatkan proposal teman seangkatannya tersebut.



Rumus Kehidupan

Kasus di atas juga bisa dibuat rumus kehidupan seperti rumus matematika. Masih ingat bukan prinsip matematika dalam perkalian >< pembagian dan pengurangan >< penjumlahan. Perhatikan rumus dasar matematika tersebut. Lambang “+” buat sikap baik, sedangkan “–“ sebagai sikap tak baik

Pertama, + x + = +
Kedua, + x - = - atau – x + = -
Ketiga, - x - = +

Itulah sekilas tentang bagaimana belajar rumus kehidupan dalam sehari-hari. Jika kamu terbiasa hayati keras, maka alam ini akan memperlakukannya dengan lunak. Sama dengan prinsip indra pengecap kita (lidah). Setelah memakan makanan pedas kita beri air minum panas justru rasa pedas nan sangat tersebut akan segera hilang. Hal ini disebabkan sebab lidah kita telah mengalami titik maksimum. Setelah berada di titik maksimum nan akan terjadi akan mengalami titik penurunan.

Begitupun dengan rumus kehidupan ini. Semakin kita mengasah cara belajar rumus kehidupan, semakin mantap kita dalam menapak kehidupan.