Ciri Pemimpin nan Baik

Ciri Pemimpin nan Baik

Kepemimpinan nan melayani merupakan sebuah ungkapan nan wajar adanya bagi seorang pemimpin. Pemimpin ialah melayani, itulah sebenarnya nan diajarkan dalam sejarah nan gemilang di masa silam. Anda tentu telah mengenal nama-nama semisal Abu Bakr, Umar Ibn khattab, Utsman ibn Affan dan Ali Ibn Thalib. Iya, merekalah para khalifah setelah Nabi Muhammad Saw wafat. Para pemimpin nan baik dan harum namanya. Lalu, apa nan dimaksud dengan kepemimpinan nan melayani? Apakah seorang pemimpin harus dapat melayani dengan baik?

Tapi, belakangan model orang-orang sepereti mereka hanyalah sebuah utopia, imajinasi dan mimpi belaka, begitulah nan ada di benak masyarakat kita secara umum. Karena, pada kenyataannya kita dihadapkan kepada empiris kepemimpinan nan gamang, otoriter , acuh tidak acuh dan sederet ketidaklayakan lainnya.



Seluk-beluk Kepemimpinan

Jika Anda ingin menjadi seorang pemimpin, mari belajar terlebih dahulu, apa itu memimpin. Memimpin dengan bahasa nan mudah ialah upaya membangun kepercayaan orang-orang di sekitar dengan teknik tertentu.

Teknik dan cara ini, kadang terlahir begitu saja, atau dengan kata lain mengalir mengikuti karakter nan bersangkutan. Dan, sudah menjadi sunnatullah, bahwa di antara manusia, niscaya ada nan nan lebih menonjol di antara nan lainnya. Nah, orang-orang nan menonjol dan muncul inilah nan secara natural akan menjadi pemimpin. Masa kepemimpinanya termasuk dalam kepemimpinan nan melayani.

Pemimpin ada nan dilahirkan dengan talenta bawaan, atau dapat juga dengan proses penempaan nan sistematis. Kita dapati dalam sejarah, bahwa para nabi ialah para pemimpin kaumnya, nan dipersiapkan Allah buat memimpin ummatnya. Tapi, tahukah Anda, bahwa Allah menyiapkan mereka (para nabi) buat menjadi pemimpin dengan cara nan sistematis.

Cara Allah menyiapkan para nabi buat menjadi pemimpin ialah dengan menanamkan sikap dan karakter terlebih dahulu, dan salah satu pelatihannya ialah dengan menyuruh mereka menggembala kambing selama beberapa tahun. Itu hampir dilakukan seluruh nabi.

Nabi Musa menggembala kambing selama 10 tahun, Nabi Muhammad semasa kecil menggembala kambing juga. Setelah, karakter terbentuk, yaitu sikap sabar, maka para nabi ini pun dibekali dengan berbagai peristiwa nan menjadikan mereka siap menjalani kehidupan bermasyarakat. Dengan hal inilah kualitas seorang pemimpin akan tumbuh dan berkembang baik.

Selain karakter, setiap pemimpin memiliki gaya nan berbeda. Kalau Anda melihat sepintas Hitler, akan didapati jiwa otoriter. Ya, seorang Hitler dengan gayanya nan otoriter mampu mempengaruhi bangsa Arya, dengan jargon bangsa Arya ialah bangsa nan unggul. Pun hal ini dilakukan oleh Musollini.

Gaya memimpin akan mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mengatur anak buahnya. Jika salah mengambil gaya, bisa dipastikan sebuah organisasi atau forum akan mengalami distrust kepada pemimpinnya.

Gaya memimpin ini digunakan secara tepat waktu dan tempat. Gaya nan demokratis, misalnya bisa digunakan seorang ketua organisasi, nan ingin mengambil keputusan. Seorang ketua organisasi bisa melakukan musyawarah dengan anggotanya dalam menentukan sebuah kebijakan dan hal-hal terkait.

Seorang ustadz atau kiyai bisa menggunkan kharismanya buat menenangkan umat, agar tak berbuat anarkis dan main hakim sendiri dalam menghadapi kasus disparitas pemikiran dan pemahaman. Pimpinan sebuah perusahaan bisa menggunakan gaya birokratis terhadap para karyawannya.



Melayani ialah Sikap Pemimpin

Seorang pemimpin ialah pelayan , nan melayani bukan nan dilayani. Inilah kerangka berpikir baru nan sebenarnya sudah lama berkembang sejak dahulu kala. Ia merupakan seni memimpin nan khas nan bisa dikembangkan dan disebarluarkan ke seluruh lapisan masyarakat.

Lihatlah, bagaimana Nabi Daud dan Nabi Sulaiman ketika itu menerima pengaduan masyarakatnya akan konkurensi tanah dan lahan. Nabi Daud dan Sulaiman ialah raja kaum Bani Israil nan menerima aduan masyarakat, tanpa harus melaui birokrasi nan berbelit. Masyarakat nan mengadukan masalahnya tadi, langsung menghadap mereka di istana kerajaan, tanpa lewat protokoler nan sulit. Itulah contoh pelayanan nan nyata.

Saya teringat betul kisah Umar Ibn Khattab, ketika beliau memimpin. Dia pernah berkata:

“Barangsiapa ada keledai nan wafat sebab terperosok di lubang jalan, maka Umar akan bertanggung jawab."

Lihatlah, tak sekadar manusia nan dilayaninya, tetapi sampai dengan hewan pun tak luput dari pelayanan Umar Ibn Khattab sebagai khalifah pada saat itu. Di lain kesempatan, Umar Ibn Khattab juga pernah memanggul sendiri sekarung gandum nan akan diberikan kepada seorang nenek tua nan membutuhkan donasi makanan.

Seorang khalifah , pemimpin besar pada saat itu tetapi dia sendiri nan membagikan makanan buat warganya, sebuah pemandangan nan langka atau mungkin belum pernah ada nan melakukannya sampai saat ini.



Ciri Pemimpin nan Baik

Siapapun berkeinginan, dipimpin oleh orang nan baik dan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dan orang nan dipimpinnya. Tapi, hal itu tak akan menjadi kenyataan, jika pada diri pemimpin tak inheren ciri-ciri atau sikap seperti berikut ini:



1. Mempunyai Visi Pemimpin

Visi ialah arah, nan akan ditempuh bersama antara pemimpin dan pengikutnya. Seorang pemimpin harus mampu menentukan arah dan mengendalikan tujuan organisasi atau forum beserta orang-orang nan dipimpinnya agar tak tersesat jalan dan mencapai tujuan nan telah disepakati.



2. Memiliki Orientasi pada Pelayanan

Orientasi pelayanan ialah hal fundamental nan harus dimiliki oleh semua pemimpin. Di atas telah disampaikan, tentang kisah Umar Ibn Khattab nan memberikan keteladanan dalam memimpin dan melayani. Seorang pemimpin hendaknya tak risih dengan pekerjaan lapangan dan harus siap menyingsingkan lengan bajunya, bukan malah disambut dan dielu-elukan saja.



3. Membangun Loyalitas

Dengan memberikan pelayanan nan baik, tentunya seorang pemimpin akan mendapatkan pengikut nan mudah dan akan simpati kepadanya. Bahkan bukan tak mungkin menjadi pendukung dan pembela dari pemimpin tadi.



4. Membentuk dan Bekerja dengan Tim

Seni memimpin ialah mengatur orang, dengan berbagai latar belakang dan pemikiran. Seorang pemimpin haruslah mampu meramu dan menggerakkan tim tersebut buat melakukan pekerjaan dan tugas nan telah dibuat.



5. Merawat Kepercayaan

Seorang pemimpin haruslah menjaga kepercayaan nan diembannya. Kepercayaan ialah sebuah harga mahal dari sebuah rekanan atau hubungan. Gelar orang nan dipercaya lebih primer dibandingkan dengan harta nan melimpah dan rumah nan mewah.



6. Siap Mengambil Putusan

Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan dengan baik, dalam kondisi dan posisi bagaimana pun. Walaupun dalam kondisi tertentu, seorang pemimpin bisa meminta masukan dan saran dari anak buahnya atau pengikutnya. Lihatlah Nabi Muhammad Saw nan mencoba meminta saran ketika Perang Khandak, walaupun pada akhirnya beliaulah nan memutuskan keputusan krusial tersebut. Karena pemimpin ialah seoarang pembuat keputusan.



7. Mendidik dan Mencetak Pengganti

Pemimpin nan baik, akan mepersiapkan pengganti dirinya di masa nan akan datang. Inilah karakteristik pelayan nan sejati dalam diri seorang pemimpin, menciptakan pemimpin baru nan bahkan dapat lebih baik, lebih hebat dari dirinya. Kita dapat menengok kisah guru dan murid Imam mazhab di global Islam. Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Hambal. Mereka secara berurutan ialah guru dan murid, tetapi seorang guru di antara mereka bahkan dapat dilampaui capaiannya oleh seorang murid.

Imam Syafi’i ialah murid Imam Malik nan menulis kitab Al Muatho’, kitab ini dihafal Imam Syafi’i ketika barui berusia 9 tahun. Luar biasa. Guru ialah pemimpin juga, nan melahirkan penerus nan bahkan lebih baik.

Oleh sebab itu, dari semua gambaran ini, jika para pemimpin kita merenungi dan melaksanakannya dengan baik, bukan tak mungkin akan terlahir pemimpin nan siap melayani dan memperbaiki masyarakat dan bangsa. Kepemimpinan nan melayani akan membawa kebaikan bagi para pengikutnya. Semoga