Keberadaan Additif pada Makanan nan Berbahaya

Keberadaan Additif pada Makanan nan Berbahaya

Makanan instan atau cepat saji memang enak dan mudah dibuatnya. Rasanya nan gurih dan mengundang selera selalu menjadikan minat tersendiri buat memakan makanan instan. Tapi tahukah Anda kandungan bahan kimia dalam makanan tersebut? Untuk apa sebenarnya bahan kimia nan ditambahkan pada makanan, kegunaan serta bahaya dari bahan kimia tersebut.

Apakah kita menyadari apa nan kita makan? Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa makanan terlihat begitu baik dan mengapa hal itu tak merusak begitu cepat? Apa saja zat kimia berbahaya nan kita bisa temukan dalam makanan kita sehari-hari? Mari kita lihat makanan nan dapat di daftar ketika mencoba cari tahu bahan kimia apa saja nan ada di dalamnya.



Fungsi Bahan Kimia Dalam Makanan

Bahan kimia dalam makanan ini disebut juga sebagai zat aditif. Bahan-bahan kimia tersebut ditambahkan dalam proses pembuatan makanan dengan beberapa tujuan, yaitu :

  1. Untuk mengawetkan makanan. Produk makanan nan sudah jadi tak akan bertahan lama kecuali diberi tambahan pengawet. Walaupun pengemasannya rapi dan tertutup kedap tetap saja membutuhkan bahan kimia nan bisa mengawetkan makanan agar tak cepat rusak.
  2. Untuk memberikan rona pada makanan. Pemberian rona pada makanan bertujuan buat memperbaiki penampilan dari makanan atau buat mempercantik makanan agar seperti aslinya.
  3. Untuk menambahkan rasa pada makanan. Biasanya digunakan pemanis protesis maupun penyedap buat menambahkan rasa gurih pada makanan. Contohnya antara lain: MSG atau Monosodium glatamate sebagi penyedap.
  4. Untuk menambahkan aroma pada makanan. Pemberian aroma ini buat membuat produk makanan lebih mirip seperti aslinya. Contohnya seperti penggunaan aroma buah-buahan.

Bahan penambah dalam makanan ini dapat berasal dari bahan alami nan diambil dari buah atau sayuran segar, tapi ada juga nan merupakan bahan sintetik atau buatan. Nah, bahan sintetik inilah bahan kimia dalam makanan.



Keberadaan Additif pada Makanan nan Berbahaya

Aditif makanan ialah zat kimia di mana produsen menambahkannya demi konsistensi makanan buat meningkatkan rasa dan aspek lain dari perubahan rasa, atau buat memperpanjang jangka waktu kedaluwarsa. Di Eropa, mereka dilambangkan dengan huruf 'E' nan berarti bahwa mereka diuji selama setidaknya enam tahun dalam hal percobaan nan tak berbahaya.

Tidak mungkin buat makanan nan masuk ke dalam pabrik tak bisa diproses dengan aditif tersebut. Saat ini, hampir semua makanan nan kita beli dari pasar berubah dalam rangka buat mendapatkan laba nan lebih baik. Di antara makanan itu :

1. Buah, Yogurt dan keju Cair Keju cair, krim keju dan yogurt buah mengandung sejumlah besar aditif nan menghentikan asimilasi kalsium dan menyebabkan masalah ginjal. Setengah dari komposisi keju cair ialah krim dan setengah nya ialah mentega, tepung dan aditif seperti polifosfat dan garam mencair. Aditif ini mengurangi penyerapan kalsium. Selain aditif, keju cair mengandung banyak lemak nan menebal di pembuluh darah.

2. Yogurts dengan buah-buahan nan dibawa dari supermarket tak mengandung buah sama sekali, tapi, rasa buah-buahan (yang dapat aditif berbahaya) dan overdosis gula.

3. Pisang Pisang Impor dipanen mentah buat mencegah kerusakan. Setelah tiba ke negara tujuan, mereka di masukan dalam ke kamar gas buat di matangkan (kasus negeri Eropa, tak pernah terjadi di Indonesia). Gas pematangan itu mengandung etilen, hormon nan memproduksi rasa alam itu sendiri, tetapi pisang tumbuh dalam kondisi protesis seperti kehilangan rasa orisinil dan sifat gizi.

4. Roti Proses teknologi penggilingan gandum mengurangi kualitas bergizi dari roti. Dengan demikian, tepung putih tetap dengan jumlah nan lebih kecil dari vitamin B1, asam folat, zat besi, tembaga, magnesium dan seng.

Pada pengolahan roti, ada ditambahkan bahan kimia seperti kalium bromated (E 924 - nan menyebabkan diare, muntah dan nyeri perut) sulfat, natrium (E 514 - mempengaruhi kantong empedu), kalsium laktat (E 327 - menyebabkan hiperkalsemia dan gagal ginjal) , asam fumarat (E 297), asam asetat dan asam sitrat.

5. Kue kue Kering Mengandung akrilamida, karsinogen mungkin. Akrilamida dikenal buat imbas negatif pada gangguan sistem saraf pusat dan taraf meningkatnya infertilitas.

6. Fries Fries juga mengandung akrilamida.

7. Sosis Aditif dari daging olahan ini tetap dalam tubuh kita buat setidaknya beberapa tahun, sebab tabung pencernaan tak bisa mengasimilasi nya. Setelah proses jagal hewan, 80% dari daging nan digunakan buat spesialisasi, sisanya masuk dalam produksi sosis.

Karena tak ada banyak daging tersisa buat sosis, kuantitas daging disesuaikan dengan daging, kedelai, terhidrogenasi aditif lemak dan banyak air dan garam. Glutamat Monosodic merupakan aditif nan ditemukan dalam daging olahan ini nan meningkatkan nafsu makan dan menyebabkan obesitas. Insiden kanker, asma dan penyakit kardiovaskular telah mengkhawatirkan meningkat sebab aditif.



Aditif nan Sangat berbahaya
  1. E 102, tartrazine, pewarna kuning. Hal ini menyebabkan tumor thyroidal, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) nan mengubah persepsi dan konduite menyebabkan kebingungan. Hal ini juga bisa menyebabkan asma.
  2. E 110, sunset yellow. Hal ini bisa ditemukan dalam permen, es krim, cokelat panas, dan selai. Hal ini menyebabkan asma, alergi, kerusakan kromosom, kejang pembuluh darah. Pewarna mempengaruhi sistem pencernaan dan menyebabkan sakit perut nan parah. Pada anak-anak itu memicu gejala ADHD.
  3. E pewarna merah muda 124. Hal ini menyebabkan tumor pada kelenjar tiroid.
  4. Karsinogenik aditif
  5. E 123 red pewarna aditif diekstraksi dari tumbuhan perdu nan disebut bayam. Hal ini bisa digunakan dalam permen, krim, jeli, telur dan tanaman merambat.
  6. E 131 biru pewarna ditambahkan dalam permen, jus. Orang masuk akal buat bisa menyebabkan syok anafilaksis.
  7. E 142 green dye bisa digunakan dalam permen, saus mint, kacang polong kalengan.
  8. E 211 natrium benzoat menghancurkan DNA. Hal ini digunakan dalam jus buah, permen, saus salad.
  9. E 214 diperoleh dari asam benzoat. Hal ini digunakan dalam makanan dan kosmetik.
  10. E 230 digunakan terhadap cetakan Penicillium nan tumbuh pada jeruk.
  11. Sebagian besar bahan kimia karsinogenik nan menyebabkan pada Sindrom ADHD usia dini nan ditandai dengan kesulitan hiperaktif dan fokus rendah..


Manfaat Bahan Kimia Dalam Makanan

Pengolahan makanan memang memerlukan penanganan nan khusus. Kebutuhan masyarakat akan makanan nan tahan lama dan siap saji ikut mendukung penggunaan bahan kimia ini. Dengan menggunakan bahan kimia dalam makanan bisa menjaga ketahanan makanan dalam jangka waktu nan cukup lama, mencegah rusaknya makanan dan memberikan rasa atau aroma.



Bahaya Bahan Kimia Dalam Makanan

Penggunaan bahan kimia dalam makanan ini menjadi berbahaya bagi kesehatan, jika:

  1. Dikonsumsi dalam jangka waktu nan lama dan terus menerus
  2. Dosis bahan kimia nan digunakan melebihi baku bahan kimia nan diperbolehkan dalam makanan
  3. Bukan menggunakan bahan kimia makanan tapi bahan kimia buat produk lain seperti buat tekstil.

Dampak nan akan ditimbulkan akan sangat luas dari bahan kimia dalam makanan ini jika tak mengikuti anggaran nan berlaku. Banyak penyakit nan timbul dampak bahan kimia ini antara lain : radang tenggorokan, kerusakan ginjal, kanker usus dan lainnya.

Nah, tak ada salahnya kan kita berusaha buat hayati sehat. Makanlah makanan nan bersumber dari bahan alami, nan lebih sehat dan bergizi baik. Memang perlu waktu dan lama dalam pengolahannya, tapi lebih menyehatkan. Kesehatan itu mahal,lho! Mulailah hayati sehat ya!