Punk dalam Budaya Popular

Punk dalam Budaya Popular



Berawal dari Ideologi

Sepertinya punk sudah tak asing lagi di telinga kita. Meskipun genre tersebut masih menjadi polemik bagi beberapa pelaku budaya, namun tak dapat dipungkiri bahwa punk menjadi salah satu genre gaya hidup, musik, dan banyak lagi hal lain nan dihubungkan dengan kebudayaan.

Sub budaya nan berasal dari negeri kerajaan Inggris tersebut muncul pada tahun 1970-an dengan berbagai ideologi nan bermaksud memberontak dan menentang suatu sistem politik dan sosial nan ada di London.

Pada mulanya, gerakan tersebut muncul dan dipelopori oleh anak-anak golongan menengah ke bawah nan orang tuanya hanya bekerja sebagai buruh atau pekerja. Golongan nan bernuansa satir ini sebetulnya muncul sebagai gerakan buat menyindir para penguasa nan tak dapat memberi tauladan nan baik secara moral dan spiritual sehingga masyarakat kelas bawah merasa termarjinalkan dan terintimidasi secara sosial, politik, dan ekonomi.

Ideologi seperti ini kemudian mengalami perkembangan menjadi hal lain nan lebih bersifat merakyat, seperti musik dan lagu, mode pakaian, hingga akhirnya gaya hidup.

Gerakan punk membuat musik dan lagu mereka dapat disimak oleh masyarakat luas dengan tetap memberikan insinuasi kasar dan berat terhadap para penguasa nan bertindak sewenang-wenang dan tak memikirkan masyarakat kecil. Dengan gaya punk tersebutlah lantas genre ini dapat menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia.



Penyalahgunaan Ide Punk

Sayangnya, penyebaran punk nan secara luas dan terbuka tersebut tak sepenuhnya diikuti oleh masyarakat nan paham mengenai sejarah dan genre atau ideologi dari gerakan tersebut.

Kini, punk sudah menjadi salah satu gerakan nan digarisbawahi sebagai gerakan ekstrem dengan berbagai kekurangan dan nilai negatif nan terpampang di mata masyarakat. Para pelaku gaya hayati punk mulai mengacaukan hakikat gerakan tersebut dengan menggunakan berbagai macam zat aditif seperti lem dan cat buat membuat diri mereka mabuk.

Para pelaku gaya hayati tersebut bahkan menunjukkan sifat nan tak baik saat berada di jalanan sehingga banyak seklai orang nan mencibir genre tersebut dan menilai punk sebagai gaya nan tak baik dan berbahaya bagi kehidupan normal. Potongan rambut nan srba aneh dengan warna-warna terang, baju nan serba hitam dan begajulan, serta tingkah laku nan seronok dan kerap kali memicu kerusuhan di jalanan membuat gaya punk dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat di dunia.

Padahal, sejatinya, punk ialah ideologi nan memiliki kehendak bebas buat terlepas dari kekangan penguasa nan tak bertindak adil terhadap mereka. Jika sudah begini, penyalahgunaan ide punk tersebut akan semakin menjalar dan menjadi momok nan menakutkan bagi sebagian besar masyarakat di dunia.



Punk dalam Budaya Popular

Gaya punk dilihat sebagai satu gejala baru dalam global mode. Awal kemunculannya, gaya punk dianggap sebagai sebuah gaya nan merusak indahnya cara bergaya ala "manusia". Namun belakangan ini, gaya punk justru mendapat apresiasi dari masyarakat dunia, khususnya mereka para generasi muda.



Identitas Punk

Punk kini sudah merupakan identitas. Bukti diri bagi mereka nan merasa tak dipedulikan oleh keadaan. Kekusutan mereka dalam bergaya, pada awalnya hanya memiliki satu tujuan, mereka ingin diperhatikan. Kemudian berkembang, sehingga gaya punk kini menjelma menjadi satu bukti diri kebebasan berekspresi.

Punk ialah satu di antara sekian banyak "produksi" zaman. Ia lahir dari rasa ketidakpuasan. Sejak puluhan tahun nan lalu, punk sudah mulai menampakkan eksistensinya. Ia dihadirkan oleh sekelompok pekerja nan bermasalah dengan ekonomi dan keuangan. Permasalahan mereka tersebut tak lain sebab akibat dari anjloknya nilai-nilai moral nan disebabkan oleh tokoh-tokoh politik di London saat itu.



Penampilan Punk

Gaya punk murni lahir dari "kelaparan" manusia akan sesuatu hal nan baru, khususnya seni. Berdasarkan hal itu pulalah, punk kemudian ditasbihkan sebagai salah satu genre seni masyarakat muda dunia. Gaya dari mereka anak-anak punk sebenarnya juga terinspirasi dari "gerakan pemberontak" nan sudah lebih dulu ada, skinhead dan avant-garde .

Mereka lebih nyaman bergaya dengan keadaan nan acak-acakan, nyeleneh , dan urakan . Mereka benar-benar menghiraukan anggaran cara berpakaian nan baik. Idealisme hayati nan baik secara terang-terangan mereka abaikan. Mereka juga menata kembali arti kemapanan. Semua hal nan idealnya sudah baik, lantas mereka kaburkan.

Gaya punk nan paling fenomenal dan cukup banyak menginspirasi para kaum muda global ialah gaya berpakaian, rambut, serta gaya bermusik. Gaya berpakaian mereka dapat ditebak sangat jauh dari rapi. Mereka sepertinya sengaja merobek celana jeans buat sekadar tampil "garang".

Selain celana jeans nan lusuh dan ekstra ketat, mereka juga mudah diidentifikasi dari jaket kulit serta kaos lusuh nan dikenakan. Ditambah dengan majemuk aksesoris nan sebagian besar bermaterialkan besi, seperti rantai menjuntai, spike yang berbentuk serupa kalung atau gelang "berduri".



Rambut Punk

Untuk gaya rambut, punk lebih nyaman mencukur semua rambutnya dan hanya menyisakan beberapa. Rambut nan sengaja disisakan tersebut, lantas akan mereka modifikasi dengan sangat bebas, seperti mewarnai dengan rona nan mencolok serta membuatnya berdiri layaknya ekor burung merak nan sedang mengembang.

Kebebasan punk bukan hanya sebatas penampilan outlook mereka saja. Cara berpikir kemudian cara bersikap juga secara langsung ikut berubah "bebas". Kebebasan cara berpikir itulah nan kemudian banyak menginsipirasi mereka buat menciptakan jenis genre musik baru. Lirik dan pilihan nada kelompok punk jelas berbeda.



Musik Punk

Lagi-lagi mereka menciptakan sesuatu atas dasar ketidaksukaan terhadap keadaan. Begitu pun dengan cara mereka bermusik. Saat itu, musisi mapan seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley menjadi "korban" kecemburuan mereka.

Hal nan diciptakan sebab perasaan dengki dan kecewa, secara langsung akan tercermin. Lirik-lirik dan nada punk pun terbukti cenderung keras.

Kini, punk bukan lagi dianggap sebagai satu kelompok manusia nan "ingin diperhatikan" dan "kurang kerjaan". Perjalanan panjang nan dilaluinya, lambat laun menjadikan punk bukan lagi sekadar identik dengan gaya urakan nan bebas, tapi lebih dari itu, yaitu ideologi, pemikiran, dan gaya hidup.



Gaya Punk di Indonesia

Di Indonesia sendiri, punk sudah mewabah ke berbagai kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Di kota kota tersebut, punk tak hanya hayati sebagai ideologi, tapi juga sudah merambah ke global bisnis dengan hadirnya distro-distro nan menjual kaos atau baju nan bergaya punker.

Mereka juga kerap menyelenggarakan pertunjukan musik nan spesifik menampilkan genre musik punk buat menghidupkan gerakan tersebut. Lantas, usaha lain nan juga dilakukan buat membesarkan nama gerakan tersebut ialah dengan memunculkan usaha tato dan tindikan nan artinya, tak bertato ya bukan anak punk.

Mereka juga seringkali terlihat berjalan beramai-ramai di jalanan, atau menumpang mobil dan truk nan sedang lewat di hadapan mereka. Di satu sisi, genre punk memberi akibat baik terhadap perekonomian di negara Indonesia sebab berpotensi memberikan banyak peluang terhadap para wirausahawan dalam menciptakan ide mengenai konsep genre tersebut.

Akan tetapi, di sisi lain, genre punk juga kerap dihindari oleh masyarakat sebab sudah mendapat cap jelek sebagai pembuat kerusuhan dan keresahan di jalanan. Hal inilah nan perlu dibenahi sehingga ideologi punk nan seharusnya bernilai positif tak dinilai salah oleh sebagian masyarakat hanya sebab ada oknum eksklusif nan menyelahgunakan ide tersebut.