Penggunaan Hukum Gravitasi Newton

Penggunaan Hukum Gravitasi Newton

Kita niscaya pernah mengalami hal seperti ini, tiba-tiba pena tinta macet di saat kita sedang menulis nan beralas pada dinding atau tiang. Mengapa dapat demikian?

Jawabnya ialah tinta tersebut hanya bisa bekerja bila adanya disparitas ketinggian loka dan bukan sejajar seperti pada dinding atau tiang. Karena tinta termasuk salah satu jenis zat cair, maka sifatnya pun sama seperti air. Seperti diketahui sifat zat cair ialah selalu mengalir dari loka tinggi ke loka nan rendah. Sama hal nya seperti air terjun nan selalu mengalir dari loka nan tinggi jatuh ke loka nan lebih rendah.

Dalam ilmu fisika (ilmu nan mempelajari suatu peristiwa gejala alam nan ditimbulkan materi atau benda melingkupi ruang dan waktu), hal tersebut terjadi sebab adanya gaya gravitasi .

Apa nan dimaksud gravitasi?

Fisika mendeskripsikan bahwa gravitasi ialah peristiwa tarik-menarik nan terjadi antara semua partikel nan mempunyai massa dengan alam semesta. Ilmu fisika modern menyatakan bahwa hukum gravitasi universal nan lebih sederhana serta seksama ditemukan oleh seorang pakar fisika, kimia, astronomi, filsuf alam, dan pakar theolog nan bernama Isaac Newton.

Isaac Newton mendapat julukan sebagai bapak ilmu fisika klasik, sebab ia merupakan ilmuan nan sangat berpengaruh sepanjang sejarah. Berkat teori penemuannya pula terciptalah hukum gravitasi Newton nan hingga saat ini masih dipergunakan.



Sir Isaac Newton

Isaac Newton lahir pada tanggal 4 Januari 1643 di Lincolnshire, Inggris. Saat Newton masih berada dalam kandungan, ibunya yaitu Hannah Ayscough, sang ayah nan juga bernama Isaac Newton meninggal dunia. Ketika ibunya menikah kembali, Isaac Newton nan pada waktu itu berumur tiga tahun diasuh oleh neneknya, Margery Ayscough.

Pada usia 12 tahun hingga 18 tahun, Newton sukses menamatkan pendidikannya dengan nilai nan sangat memuaskan di The King's School, Grantham. Sempat selama setahun Newton menjadi petani atas desakan keluarganya. Tetapi akhirnya kepala sekolahnya sukses meyakinkan ibunya agar Newton kembali ke sekolah hingga selesai.

Pada Tahun 1661, Isaac Newton melanjutkan pedidikannya di Universitas Cambridge. Meskipun pada masa itu ilmu-ilmu nan diberikan universitas Cambridge banyak menganut gagasan Aristoteles, tetapi Newton lebih menyukai gagasan-gagasan para filsuf modern seperti Descartes, Copernicus, Galileo, dan Keppler.

Pada tahun 1665, Newton menemukan teorema binomial generik dan mengembangkan teori matematika nan kemudian tercipta kalkulus. Kemudian selama dua tahun ia mengembangkan teori kalkulus, optika, dan hukum gravitasi. Sampai akhirnya pada tahun 1667, ia memutuskan kembali ke Cambridge buat mengajar.

Isaac Newton menghabiskan masa tuanya di Winchester dengan ditemani keponakan perempuan, Catherine Barton Conduitt dan suaminya. Tanggal 31 Maret 1727, Isaac Newton mati pada tanggal 31 Maret 1727 dan dimakamkan di Westminster Abbey, Inggris.



Sejarah Hukum Gravitasi Newton

Jauh sebelum hukum gravitasi ini ditemukan oleh Newton, persoalan gravitasi ini sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Orang-orang Yunani selalu mempertanyakan dan menyelidiki, mengapa benda-benda bila jatuh selalu menuju ke permukaan bumi dan bagaimana planet-planet dapat bergerak, termasuk matahari dan bulan (pada waktu itu orang Yunani menganggap bahwa matahari dan bulan termasuk golongan planet). Mereka berusaha keras mencari jawaban mengenai kinematika dalam sistem tata surya tersebut.

Tahun 427-347 SM, seorang ilmuwan Yunani, bernama Plato berpendapat bahwa bumi dikelilingi oleh bulan dan bintang nan selalu bergerak sehingga membentuk sebuah lintasan lingkaran nan sempurna. Pada abad ke-2 teori tersebut didukung pula ilmuwan lain, yaitu Cladius Ptolemaus dan dikenal dengan nama teori geosentris.

Teori tersebut menjelaskan bahwa bumi berperan sebagai pusat tata surya . Sementara, planet-planet, matahari dan bulan berputar mengelilingi bumi. Tetapi teori dari kedua ilmuwan tersebut tetap tak dapat memberi klarifikasi mengenai persoalan nan ada.

Kemudian Nicolaus Copernicus, seorang ilmuwan dari Polandia berusaha memecahkan sebuah jawaban nan tak rumit dengan menjelaskan bahwa matahari merupakan pusat sistem planet termasuk bumi nan juga mengitari matahari.

Pendapat Copernicus dianggap memiliki landasan nan kuat dan mampu menjawab kelemahan teori Plato dan Ptolemaus. Tetapi persoalan tersebut tak selesai sampai di sini. Kontradiksi teori tentang tata surya di kalangan ilmuwan masih terjadi. Sehingga membuat para ilmuwan lainnya buat melakukan penelitian nan lebih akurat.

Tahun 1546–1601, seorang ilmuan bernama Tyco Brahe sukses mengamati tentang mobilitas planet secara teliti. Lalu Brahe menyusun data hasil penelitiannya. Selanjutnya data tersebut dipelajari oleh Johannes Keppler (1571–1630). Sampai akhirnya Keppler menemukan teori tentang keteraturan-keteraturan konvoi planet. Teori tersebut dikenal dengan nama hukum Keppler nan menyatakan, bahwa:

  1. Semua planet nan bergerak di dalam lintasan elips berpusat pada satu titik pusat yaitu matahari.
  2. Garis nan menghubungkan sebuah planet ke matahari akan memberikan luas sapuan nan sama dan dalam waktu nan sama.
  3. Kuadrat dari periode setiap planet nan mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jeda rata-rata planet ke matahari.

Secara singkat Keppler berpendapat bahwa adanya gaya nan menyebabkan keteraturan mobilitas planet dalam tata surya. Gagasan-gagasan Keppler juga disukai oleh Newton saat masih menjadi mahasiswa di Cambridge. Sehingga bukanlah hal nan aneh bila dalam perkembangan penelitiannya, Newton terpengaruh teori Keppler dan ilmuan Yunani lainnya.

Penemuan teori Newton melalui proses nan cukup rumit dan memakan waktu hingga 20 tahun. Newton mempelajari konvoi tata surya dan gaya gravitasi bumi dengan membaca dan memahami pemikiran Copernicus, Brahe dan Keppler. Bahkan tahun 1666 ia masih belum dapat memahami tentang gaya gravitasi tersebut.

Pada suatu hari Newton berjumpa temannya, William Stukeley di sebuah kebun apel. Dan ketika sedang berbincang, ia melihat jatuhnya apel selalu menuju ke pusat bumi atau tegak lurus dengan tanah. Kejadian di kebun apel tersebut selalu dihubungkannya dengan penelitiannya tentang tata surya, sehingga akhirnya terbawa ke dalam situasi persoalan nan sama.

Meskipun daya nalarnya selalu dipenuhi oleh modus-modus geometri dan analisa baru, namun analisa-analisa tersebut masih diragukannya, ia hanya dapat menemukan jawaban-jawaban nan paling mendekati. Newtom pun mencari presisi nan sporadis ditemukan, bahkan melebihi dari kemungkinan-kemungkinan data pendukung nan ada saat itu.

Berkat usaha dan ketekunannya dalam menghasilkan berbagai karya ilmiah , akhirnya Isaac Newton menulis sebuah buku nan berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica dan dipublikasikan pada tanggal 5 Juli 1687. Buku tersebut mendeskripsikan tentang teori gravitasi secara universal dan melahirkan istilah hukum gravitasi Newton.

Hukum gravitasi Newton itu berbunyi:
“Semua partikel di alam semesta menarik semua partikel lain dengan gaya nan berbanding lurus dengan hasil kali massa partikel-partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jeda antara partikel-partikel tersebut.”



Penggunaan Hukum Gravitasi Newton

Hukum Gravitasi Newton sampai saat ini masih digunakan oleh para ilmuan buat menghitung besaran lain tentang benda-benda luar angkasa nan tentunya sulit diukur di laboratorium manapun. Berkat hukum tersebut, info tentang massa Matahari, massa Bumi, dan menghitung kecepatan satelit bisa diketahui.

Selain itu, para ilmuwan sesudahnya juga menggunakan hukum gravitasi ini buat menghitung kecepatan meteor nan akan tertarik jatuh ke bumi ketika sedang bergerak di ruang angkasa.