Manajemen Cinta

Manajemen Cinta

Cinta. Inilah sebuah kata nan memiliki sejuta makna dari mereka nan sedang mengalaminya. Orang dapat tertawa sebab cinta, menangis sebab cinta, gila dan bersikap aneh sebab cinta, bahkan bunuh diri sebab cinta.

Namun ada juga orang nan justru menjadi luar biasa sebab cinta. Lantas apa sebenarnya nan dimaksud dengan cinta. Cinta ialah aktualisasi diri ungkapan kata jiwa. Cinta lahir sebagai wujud afeksi Tuhan kepada makhluk-Nya. Jadi sahih saja kalau dikatakan bahwa cinta itu anugerah dari Sang Maha Pecinta.



Apa Itu Cinta

Banyak orang merasa kesulitan saat diminta buat mendefinisikan cinta, tapi mereka memiliki perasaan kuat dan merasa konfiden kalau mereka sedang mengalami jatuh cinta. Ada orang nan membangun cinta, ada nan jatuh cinta, ada juga nan terus mengejar cinta.

Apa pun itu bagi nan sudah berani bermain-main dengan cinta, maka bersiaplah dengan ujian cinta itu. Cinta tidak selamanya dihiasi senyuman, cinta akan pula diselingi dengan derai air mata, pengorbanan dan perasaan nan siap-siap dipertaruhkan.

Itulah bagaimana sejatinya cinta juga merupakan dua hal nan berada dalam satu paket. Yaitu cinta bisa membawa kepada sebuah kebahagiaan namun juga tidak sporadis cinta malah membawa kepada sebuah luka dan adanya tangis sakita hati.

Jadi, setiap orang memang harus merasa siap buat menarima perasaan nan akan dihasilkan oleh cinta ini. siap buat tertawa dan menangis oleh cinta. Jika sudah berani buat merasakan cinta.

Namun kembali lagi, bahwa cinta ialah sebuah insting buat merasakan afeksi kepada orang lain. perasaan buat cenderung kepada orang lain nan ada di sekitar kehidupannya. Perasaan cinta ini tidak hanya ditujukan buat versus jenis saja, walaupun bentuk cinta inilah nan lebih banyak diekspos daripada bentuk cinta nan lain.

Bentuk cinta nan lain nan juga ada dan bisa dikatakan sebagai cinta nan juga sejati ialah cinta seorang ibu kepada anaknya. Dengan adanya cinta ibu kepada anaknya inilah nan membuat ibu rela bersusah dan berpayah buat mengasuh anaknya hingga kecil sampai dewasa.

Cinta ialah perasaan sayang kepada orang lain. dan cinta kepada versus jenislah nan memang paling banyak mendapatkan sorotan. Hanya saja, sebagai seorang manusia, telah diberikan perasaan cinta kepada versus jenis ini bukan tanpa disertai adanya maksud. Cinta kepada versus jenis inilah nan akan membuat adanya sebuah pernikahan.

Di mana pernikahan ialah jalan nan paling sahih dan tepat, bahkan dikatakan sebagai satu satunya jalan buat mendapatkan keturunan. Dan inilah nan menjadi tujuan akhir dari adanya insting cinta atau afeksi ini yaitu buat mendapatkan keturunan.

Hanya saja, dalam mengumbar perasaan cinta ini amatlah dibutuhkan batasan nan jelas. Tuhan pun telah menyertai dengan seperangkat anggaran agar bisa mengendalikan perasaan cinta ini dengan benar. Agar cinta tidak begitu liar dirasakan.



Ada Zat nan Lebih Layak Dicintai

Kita terkadang kerap latah mengatakan, "Aku cinta padamu, sungguh inilah cinta sejatiku." Benarkah Anda memiliki cinta sejati? Barangkali nan dapat menjawabnya ialah soal standar.

Sebagai manusia, apabila kita memiliki rasa cinta nan teramat-amat sangat dengan sesuatu, kita berani mengatakan itu sebagai cinta sejati. Padahal kita perlu ingat, bahwa sekuat dan sehebat apa pun rasa cinta kita terhadap sesuatu, kita tetaplah makhluk. Dan ada Zat nan lebih tinggi nan lebih layak mengatakan kesejatian cinta-Nya.

Bagi manusia, cinta merupakan sesuatu nan akan menambah perbedaan makna rona warni kehidupannya. Jika manusia mencintai sesuatu kreasi Tuhan, ingatlah bahwa sesuatu itu ialah milik Tuhan. Untuk bisa memiliki sesuatu itu, tentulah harus meminta pada pemiliknya, yakni Tuhan. Jika nan memiliki telah ridha, maka apapun itu akan mudah saja terjadi.

Sesuatu nan tadinya membenci namun sebab pemiliknya sudah ridha, akan mudah saja jatuh cinta kepada Anda. Intinya, jika manusia mencintai sesuatu, maka mintalah kepada si pemiliknya, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.

Haru biru pedihnya persoalan cinta sebenarnya sebab Anda salah meminta cinta itu kepada siapa. Kalau meminta cinta itu kepada sesuatu itu secara langsung, maka nan didapati justru rasa kecewa.

Cinta nan tertinggi memang selayaknya diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa nan telah menciptakan manusia buat sampai hayati di dunia. Dan penempatan cinta kepada Tuhan ini seharusnya ditempatkan di posisi paling tinggi. Dan inilah nan dinamakan oleh cinta sejati.

Bagaimana cinta kepada Tuhan ialah cinta nan tertinggi? Hal ini terjadi ketika memang segala perasaan cinta nan ada di luar perasaan cinta kepada Tuhan ialah dilandasi oleh perasaan cinta kepada Tuhan.

Contoh konkret ialah ketika seorang wanita atau gadis nan masih belum menikah memiliki ketertarikan kepada seorang pemuda. Maka jika di gadis mengedepankan rasa cintanya kepada Tuhannya maka tentunya ia tidak akan mengumbar rasa cinta nan ia rasakan kepada si pemuda tersebut dengan begitu liar. Namun ia akan menyelelaraskan perasaan cintanya dnegan bagaimana Tuhannya telah mengatur tentang masalah cinta kepada sesama ini.

Si gadis akan melihat bagaimana menyalurkan cintanya kepada si pemuda berdasarkan anggaran nan telah dibuat oleh Tuhan kepadanya mengenai hal cinta. Salah satunya ialah bahwa Tuhan menyebutkan bahwa satu satunya cara buat merealisasikan cinta dnegan versus jenis ialah melalui pernikahan. Maka si gadispun akan menjalankan mekanisme ini.

Akan ada mekanisme teknis nan dijalankan sampai si gadis sukses menikah dengan si pemuda nan ia cintai. Dan id dalam pernikahan inilah, kedua manusia ini bisa saling mengungkapkan perasaan cintanya kapada pasangannya sinkron dengan apa nan sudah diatur oleh Tuhan mereka.

Kalaulah tak sampai terjadi pernikahan atau di dalam menjalankan mekanisme menuju pernikahan ini terdapat rasa tak cocok di antara si gadis dan si pemuda, maka nan dilakukan bukanlah perasaan kecewa sebab tidak bisa menikah dengan si pemuda.

Si gadis harus lapang dada menerima hal ini. tentu saja disertai perasaan nan penuh keyakinan bahwa sebentar lagi akan datang pemuda lain nan ditentukan olehnya. Dan akan menjadi pendamping hidupnya buat melewati kehidupan bersama.

Di sinilah ketika cinta kepada Tuhan dikedepankan, bukan mengumbar cinta kepada sesama dengan mengesampingkan bagaimana seharusnya nan dilakukan atau bagaimana anggaran Tuhan mengaturnya.



Manajemen Cinta

Cinta memang harus dimanajemen artinya harus diatur. Pengaturan cinta ini ialah buat menyeleraskan cinta kepada anggaran Tuhan. Agar cinta tidak mendatangkan luka. Agar cinta tidak membuat perasaan hati seseorang menjadi sedih, terluka dan banyak menangis.

Sejatinya dengan memahami hakikat cinta nan sudah disebutkan di atas yaitu dengan mengedepankan perasaan cinta kepada Tuhan sebagai pemilik cinta sejati maka cinta tidak akan pernah menjadi luka. Cinta akan menjadi bentuk darma seorang hamba kepada Tuhannya.

Namun, berikut ini ialah bagaimana seharusnya memanajemen cinta itu sendiri.

1. Cinta kepada nan berhak akan menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan. Siapakah orang-orang nan berhak buat Anda cintai. Pertama tentu saja Zat nan telah menciptakan Anda.

Cinta kepada Sang Maha Pecinta akan berbuah surga dan kenikmatan, meski membutuhkan pengorbanan nan menantang. Cinta merupakan konkret memberikan konskwensi ujian pada si pecinta. Selanjutnya ialah saudara, keluarga, rekan dan kerabat nan layak buat kita cintai.

Cinta pada pihak-pihak ini akan menumbuhkan kebahagiaan hidup. Juga kepada makhluk Tuhan, seperti hewan, tumbuhan dan alam. Semuanya membutuhkan rasa cinta, agar kedamaian dan ketentraman hayati bisa tercipta.

2. Sebaliknya, cinta kepada nan tidak berhak akan menumbuhkan kesengsaraan batin si pecinta. Sebagai contoh rasa cinta Anda nan hiperbola kepada harta, jabatan, manusia serta aneka macam nan sebenarnya menjadi milik dan kreasi Tuhan.

Rasa cinta seperti ini biasanya akan akan berbuah kesengsaraan jika tak dilandasi pada rasa cinta kepada Sang Pemiliknya, yakni Tuhan. Rasa cinta seperti ini bersifat fana dan menipu.

Ada sebuah buku berjudul "Luka ialah Cinta", artinya bahwa cinta kepada Sang Pemilik memang akan terasa seperti luka, namun hakikat cinta dan kebahagiaan akan rasakan di akhirnya.

Berbeda dengan istilah "Cinta merupakan Luka". Inilah barang kali nan akan dirasakan bila terlalu mencintai sesuatu tanpa turut mencintai Sang Pemiliknya.