Mendampingi Remaja

Mendampingi Remaja

Sudah menjadi hal nan generik bila nan namanya anak remaja itu niscaya suka gaul . Mereka ingin bergaul dengan siapa saja, dengan tujuan buat memperluas persahabatan. Tantu saja ini merupakan satu hal nan positif. Namun dengan catatan, bila dalam menjalin persahabatan tersebut para remaja mampu memilih teman nan tak memberikan akibat negatif.

Karena seperti kita ketahui bila usia remaja ialah usia nan cukup rentan dan mudah terpengaruh pada hal hal nan kadangkala bukan memberi imbas nan positif, namun justru menjerumuskan pada hal nan sangat merugikan masa depan mereka.



Siapa Sih nan Dapat di Sebut Remaja?

Untuk menghindari para bangkotan nan mengaku masih remaja, bahkan di antara mereka ada nan nekat operasi plastik dan kursus konduite buat menjadi gaul. Maka pada tahun 1974, World Health Organization (WHO) memberikan definisi tentang remaja nan lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 (tiga) kriteria yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

Remaja ialah suatu masa dimana:

  1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
  2. individu mengalami perkembangan prikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
  3. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi nan penuh kepada keadaan nan relative lebih mandiri.

(Sarwono, 1989)

Sementara Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung ( defendence ) terhadap orang tua ke arah kemandirian ( indefendence ), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai keindahan dan isu-isu moral. (Yusuf, 2001 : 138). Dari sudut pandang itu remaja wajib memiliki orang tua nan membimbing. Hayati dalam masa bimbingan ialah situasi nan wajib, dan harus di lalui oleh masa remaja.



Ciri-ciri khas remaja

Misalkan remaja membutuhkan adanya status, setelah sekian lama berada dalam situasi di bimbing dan belajar. Remaja pada akhirnya haus akan pengakuan dan status dari orang dewasa. Sementara bagi orang dewasa, status anak remaja dalam periode ini tak tentu.

Dalam periode ini status anak remaja dalam masyarakat boleh dikatakan tak bisa ditentukan dan membingungkan. Pada suatu waktu dia diperlakukan seperti anak-anak akan tetapi bilamana dia berkelakuan seperti anak-anak, dia mendapat teguran agar supaya bertindak sinkron dengan umurnya jangan seperti anak-anak. Status demikian ini menimbulkan kesukaran bagi anak remaja.

Pandangan jelek dari orang dewasa ini menunjukkan rasa tak hormat kepada mereka, dan pada akhirnya malah muncul asumsi anggapan nan menuding kepada para remaja, sebagai liar, sulit di atur dan seterusnya.

Bahkan para pakar psikologi ikut ikitan menamai mereka dan memojokan dalam situasi sulit. Dalam masa ini anak remaja memang cenderung emosional, namun memiliki alasan sosial nan jelas. Emosi-emosi nan dialami anak remaja baik nan gaul maupun nan tak gaul antara lain ialah :

  1. Marah; kemarahan anak remaja ditimbulkan bilamana dia; diperlakukan kurang adil dan sewenang-wenang, dikecam, diganggu, dll.
  2. Takut; berada sendirian di loka gelap, bepergian sendirian dimalam hari, merasa insecure sebab tak memliki pengalaman sebelumnya.
  3. Malu; sebab ingin memberikan kesan nan baik dari dirinya pada orang lain akan tetapi tak konfiden dia bisa menimbulkan kesan demikian. Ini pun di dasarkan atas pengalaman, apabila remaja di berikan kesempatan lebih banyak berekspresi tanpa rasa malu, maka sebaliknya akan menjadi daya kekuatan nan hebat bagi suatu bangsa nan dapat melepas kreatifitasnya.
  4. Cemas; terhadap tampang, kekuatan badan, daya pikir, keuangan, dll, dan sebab itulah orang dewasa wali sang remaja harus berupaya kelas memberikan polesan terbaik pada anak walinya.
  5. Iri hati; iri terhadap kesenangan anak lain, anak lain lebih sukses dalam pelajarannya, dll, ini dapat jadi positif bila di arahkan kepada pemugaran diri.
  6. Rasa kasih sayang; pada umumnya rasa afeksi anak remaja lebih ditujukan kepada orang-orang di luar rumah. Ini pun dapat di arahkan dengan jalan nan sangat baik.
  7. Kegembiraan; melihat kelucuan, menyesuaikan dengan keadaan sekitar, sifat bermain dan gembiranya masih ada, dan jangan sampai di padamkan.
  8. Rasa ingin tahu; cara anak remaja menyatakan rasa ingin tahu ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa saja kepada siapa saja. mereka bahagia membicarakan mengenai segala sesuatu dan memberikan komentar-komentarnya.
  9. Kesedihan; biasanya kesedihan dinyatakan dengan menangis atau termenung. Dan pada posisi ini Anda berikan mereka jarak dan jangan di sisihkan.


Mendampingi Remaja

Masa remaja ialah masa ketika sesorang mulai meninggalkan masa kanak-kanaknya menuju masa dewasa. Pada masa transisi ini seorang remaja memang sudah tak bisa diberlakukan seperti anak kecil lagi. Namun di loka ini lain mereka juga belum dapat dilepaskan begitu saja seperti orang nan sudah berusia dewasa. Untuk itulah mereka masih butuh pendampingan, terutama dalam hal pergaulan mereka. Karena dari sinilah para remaja akan mencari bukti diri serta karakter pribadinya.

Adapun nan dapat dilakukan oleh orang tua buat mendampingi anaknya agar dapat mendapat teman pergaulan nan sehat dan memberi imbas positif antara lain ialah :

  1. Juga berposisi sebagai teman Agar lebih dekat secara emosional dengan anak remaja, maka kadangkala kita perlu memposisikan diri sebagai teman berteman mereka. Bukan sebagai orangtua nan dapat memberi perintah atau embargo begitu saja. Ada baiknya kita juga mau mendengar apa isi hati mereka, sehingga dapat memahami jalan pikiran nan terkadang memang di luar estimasi kita.

  2. Kenali teman bergaulnya Agar kita dapat melakukan supervisi terhadap pergaulan anak remaja, kita juga mesti tahu dan mengenal teman-teman dia. Bila ada kesempatan, sediakan waktu buat mengobrol dengan mereka juga. Karena dari sini kita juga dapat mengetahui dengan siapa saja anak remaja kita bermain dan berteman. Selain dari sini kita juga dapat mengetahui bagaimana pola pikir remaja saat ini nan tentu saja ada disparitas dengan cara berpikir remaja masa dulu.

  3. Kenali orang tuanya Dan agar dapat lebih mudah melakukan supervisi sekaligus memberi perhatian pada sistem pergaulan anak remaja, kita juga perlu mengenal orang tua dari teman anak tersebut. Sebaiknya kita juga menjalin persahabatan dengan para orang tua anak kita, agar dapat secara bersama-sama melakukan pengawasan. Selain itu anak remaja juga akan merasa dihargai dan diperhatikan, sehingga dia akan merasa nyaman dan kondusif buat berhubungan dengan orang tua sendiri.

  4. Memberi dukungan Berilah dukungan ketika anak remaja kita beserta dengan teman bergaulnya ketika mengadakan suatu kegiatan, apalagi kegiatan nan bernilai positif. Bentuk dukungan ini bukan hanya pada donasi finansial saja. Namun juga perlibatan diri kita pada kegiatan tersebut. Bila ada waktu sempatkan diri buat menemani anak remaja ketika dia sedang punya suatu program atau acara dengan teman-temannya.

Di luar empat saran di atas, tentu masih banyak jalan lain buat mendampingi anak remaja kita agar dia tak terjerumus pada pergaulan nan tak sehat dan merugikan masa depan dia. Namun setidaknya hal ini akan membantu kita buat mempersiapkan mereka agar mampu menjalani kehidupan masa dewasanya nanti, tanpa perlu menjadikan mereka tidak gaul.