Fenomena Kasus Aborsi di Indonesia

Fenomena Kasus Aborsi di Indonesia

Masa muda itu masa nan labil. Ini ialah saat anak-anak muda merasa hayati bebas. Tidak ada nan salah dengan prinsip nan ada dalam pikiran mereka ini kecuali jika mereka tak mengindahkan peraturan dan kebiasaan nan berlaku di masyarakat, seperti meminum minuman keras, mengonsumsi narkotika, atau sampai ke kasus aborsi dampak pergaulan bebas.



Kasus Aborsi dan Masa Muda

Masa muda umumnya merupakan masa pelampiasan rasa suka, tapi kadang menjadi pelampiasan tanpa batas dan membahayakan, khususnya dalam pergaulan antara versus jenis. Hal ini mengakibatkan adanya daftar panjang kasus aborsi. Kasus aborsi terkait interaksi seksual nan tak aman. Sebagian besar pelaku dan korban ialah remaja di bawah umur 20 tahun.

Menurut survei, ada 2,5 juta kasus aborsi per tahun di Indonesia. Kasus tersebut terjadi pada 20 % usia remaja dan 80% sisanya terjadi pada wanita dewasa. Banyak faktor nan mengakibatkan terjadinya kasus ini. Sebagian orang menilai banyaknya kasus aborsi di usia remaja merupakan kesalahan psikologi didikan.

Banyak nan menganggap bahwa pembelajaran tentang seksualitas bagi anak-anak sekolah masih kurang atau bahkan dianggap tabu sehingga anak-anak mencari jalan mereka sendiri buat memahami seksualitas itu dengan cara berpacaran. Yang salah, interaksi ini akhirnya sering melanggar kebiasaan nan ada. Rasa keingintahuan nan tinggi menyebabkan remaja nekad melakukannya tanpa peduli dengan konsekuensi nan akan ditanggungnya.

Umumnya, mereka nan sampai terkena kasus aborsi ialah anak-anak nan memiliki pacar atau kekasih. Kesamaan buat terkena kasus ini lebih besar dibandingkan mereka nan tak memiliki pacar atau kekasih. Tindakan preventif atau pencegahan tentu perlu dalam masalah ini sebab jika seorang wanita -atau gadis remaja- hamil, pilihannya hanya dua, yaitu melahirkan atau aborsi.

Jika kasus ini menimpa anak di bawah umur, pilihan kedua sering menjadi pilihan utama. Faktor rasa malu, harga diri, gunjingan, serta pembiayaan dan tanggung jawab dari pihak laki-laki nan tak jelas mendorong tindakan aborsi. Jika pilihan pertama nan diambil, biasanya sebab adanya dorongan orang tua dan pihak laki-laki buat tak mengambil langkah aborsi.



Perlu Tindakan Pencegahan buat Kasus Aborsi

Tindakan pencegahan perlu dilakukan buat menekan kasus aborsi di Indonesia. Pencegahan dapat berupa pendekatan pendidikan agama. Pendidikan agama ialah satu dari sekian banyak cara efektif buat mencegah terjadinya aborsi. Pendekatan agama tak hanya mencegah aborsi, tapi mencegah remaja buat tak berpacaran di luar batas kewajaran. Mereka nan terkena kasus aborsi biasanya nan jauh dari pendidikan agama.

Tindakan pencegahan kedua nan dapat dilakukan ialah pendekatan keluarga dalam membina remaja. Ayah dan ibu ialah sumber penerimaan ilmu sosial buat kali pertama sebelum mereka keluar rumah dan bersosialisasi dengan orang lain. Ayah dan ibu bertindak sebagai pendidik.

Pembahasan tentang seksualitas harus dilakukan di rumah dalam konteks pencegahan. Pembahasan ini menyangkut baik jelek interaksi berpacaran, seperti apa interaksi nan dilarang, dan seperti apa interaksi nan masih dalam batas kewajaran. Jika pembahasan ini sering dilakukan, kasus aborsi lebih bisa ditekan.

Ada kasus menarik saat seorang anak laki-laki membawa majalah dewasa ke rumah lalu disembunyikan di lemari pakaian. Saat mengetahui hal ini, orangtua biasanya langsung memarahi. Sebagian besar orangtua akan melakukan hal tersebut. Apa dampaknya? Anak pun akan merasa terintimidasi sebab hal itu dilakukannya hanya sebab rasa penasaran.

Tindakan memarahi kurang tepat sebab anak nan merasa tertekan ini justru akan mencari cara buat melakukan hal serupa tanpa diketahui oleh orang tuanya. Orangtua harusnya memberikan masukan, saran, dan bimbingan rutin jika hal ini terjadi. Dengan begitu, anak akan paham dan mengetahui apa nan harus dan tak boleh mereka lakukan. Kasus aborsi pun bisa ditekan dengan langkah nan tepat seperti ini.

Berilah anak pengertian, tak malah dengan menghakimi. Jika keluarga menghakimi, anak akan mencari loka lain buat mencari dukungan dan dikhawatirkan anak terjerumus ke tempat-tempat nan membuatnya melakukan tindakan asusila sehingga menyebabkan kasus aborsi.

Pencegahan sebenarnya sudah sering dilakukan di sekolah-sekolah. Marak dilakukan inspeksi handphone buat menghindari anak menyimpan video-video mesum. Ya, tontonan mesum sangat memicu terjadinya pergaulan bebas nan mengakibatkan kasus aborsi. Hampir 100% penyimpan video mesum di handphone ialah pelajar laki-laki sehingga tindakan asusila memang berawal dari pelajar laki-laki.

Pelajar perempuan hendaknya membentengi diri agar tak menjadi korban "keingintahuan" pelajar laki-laki. Mereka harus sadar bahwa mereka berpotensi menjadi calon korban pergaulan bebas jika tak membentengi diri. Gaya hayati berpakaian di luar kebiasaan menjadi bukti kurangnya kewaspadaan korban perempuan, terutama anak muda.

Jika perempuan menggunakan baju minim di dalam rumah, hal tersebut sama sekali bukan masalah. Namun bagaimana dengan keamanannya ketika perempuan tersebut berada di luar rumah? Hal ini tentu akan mengundang niat dursila dari orang-orang di sekitar. Hal ini jugalah nan menjadi penyebab terjadinya hal-hal nan tak diinginkan seperti perkosaan. Kasus kejahatan ini berbanding lurus banyaknya dengan kasus aborsi.

Pencegahan dan pembentengan diri dari "kesempatan" menjadi pelaku maupun korban memang tidak akan habis dibahas dalam kasus aborsi. Jika perlu, memasukkan remaja dalam bimbingan agama dapat menjadi jalan satu-satunya.



Fenomena Kasus Aborsi di Indonesia

Sebagian perempuan ingin mengikuti mode trend global nan cenderung malah mengamalkan liberalisme. Sehingga baju minim bukan lagi masalah buat digunakan. Sedangkan di pihak laki-laki, melihat video mesum tak lagi menjadi tabu dan seolah menjadi hal nan cukup dimaklum dalam kenakakalan remaja.

Pencegahan terhadap kasus aborsi ini sampai pada tahapan teknis. Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan, secara insting ia akan terus menjaga janin nan dikandungnya. Kalaupun terjadi keguguran, itu murni dampak aktivitas nan berlebihan. Dokter dan tenaga medis akan berusaha agar keguguran tersebut tak sampai terjadi.

Tetapi di cerita nan lainnya, ada beberapa oknum tenaga medis nan justru sengaja membantu perempuan hamil buat menggugurkan kandungannya. Kasus aborsi pun menjadi hal nan banyak terjadi. Alasan nan cukup banyak digunakan ialah uang.

Fenomena kasus aborsi ini semakin mengerikan ketika alat kontrasepsi cukup mudah didapatkan. Di toko-toko loka menjual keperluan sehari-hari, alat kontrasepsi dijual dengan bebas. Seolah mengizinkan siapapun buat menggunakannya.

Padahal jika melihat beberapa tahun terakhir di era 1990an, alat kontrasepsi hanya dapat ditemukan di apotek, tak di minimarket seperti sekarang ini. Kasus aborsi inilah nan nantinya menjadi dampak dari penempatan nan tak tepat buat alat kontrasepsi ini.

Sekali lagi, cegah, bentengi diri, dari tindakan asusila nan dapat menyebabkan kasus aborsi semakin banyak di Indonesia. Ingat saja bahwa masa depan diri sendiri itu lebih penting. Semakin krusial juga menjaga masa depan orang lain. Saling mengingatkan dalam kebaikan, jika kita mengetahui ada tetangga nan memiliki remaja nan sedang pacaran, lebih baik menegur orang tuanya buat mengingatkan akan mereka. Semoga kasus aborsi di Indonesia dapat menurun.