Bentuk-bentuk Budaya nan Merusak

Bentuk-bentuk Budaya nan Merusak

Masa usia remaja merupakan masa usia transisi dimana seseorang sedang mencari jati diri. Jiwa remaja identik dengan sifat ingin coba-coba. Inilah nan menyebabkan remaja kerap menjadi objek perbincangan bukan hanya disebabkan budaya remaja nan positif, namun juga bentuk-bentuk Norma negatif kaum remaja nan tidak sporadis berakibat jelek terhadap kehidupan sosial lingkungan sekitar, bahkan keluarga si remaja bersangkutan.

Usia remaja ialah usia nan seharusnya berada dalam lingkup pembinaan kepribadian. Di samping peran keluarga, lingkungan juga memberi pengaruh terhadap perkembangan pribadi seorang remaja. Budaya remaja baik nan bersifat positif maupun negatif kerap kali dipengaruhi oleh kondisi lingkungan si remaja itu tumbuh.

Di dalam masyarakat ada banyak budaya remaja nan baik maupun nan buruk. Setiap remaja sebenarnya dapat memilih, budaya mana nan akan ia jadikan sebagai Norma hidup. Ketidakharmonisan kehidupan di lingkungan keluarga biasanya menjadi faktor seorang remaja memilih budaya-budaya negatif dalam pergaulan.

Alasan perhatian dan afeksi orang tua masih cukup dominan menjadi faktor penyebab berbagai bentuk kenakalan remaja. Kondisi keluarga nan bermasalah alias broken home pun turut memperburuk kondisi, di samping nilai spiritual keagamaan nan minim dalam sebuah keluarga.



Masalah Remaja Secara Medis

Berikut ini termasuk Jenis Gangguan Konduite Remaja, nan dapat di kategorikan sebagai masalah remaja secara medis (psikologis / psikiatris), nan kelak menghadirkan budaya negatif pada remaja itu sendiri.

1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder Attention deficit hyperactivity disorder, umumnya dikenal sebagai ADHD, ialah salah satu dari masalah konduite nan paling generik di kalangan remaja. Ini ialah jenis gangguan belajar nan ditandai dengan rentang perhatian nan jelek nan mempengaruhi kinerja akademik anak.

Seiring dengan masalah belajar, remaja juga dapat menderita masalah seperti hiperaktif, konduite impulsif, dll konduite tersebut kadang-kadang dilihat sebagai bagian dari konduite remaja dan sering kali tak dianggap serius oleh orang tua. Namun, ada cara-cara di mana orang tua bisa mengidentifikasi anak dengan ADHD.

Jika remaja secara konsisten mencetak nilai jelek dalam ujian itu, alasan buat ini dapat menjadi gangguan di atas. Juga, remaja nan memiliki masalah ini cenderung militan dan mungkin terlibat dalam konduite antisosial remaja seperti mengutil, merokok minum,, dll Ketika mereka merasa sulit buat melakukannya dengan baik di sekolah, ada kemungkinan besar bahwa mereka akan drop out sebab frustrasi dan rendah diri. Hal ini juga bisa menyebabkan mereka terhadap konduite berisiko seperti merokok, kecanduan narkoba, alkohol, dll

2. Remaja Depresi Meskipun depresi selama masa remaja cukup normal, ketika meluas buat waktu nan lama, menjadi bermasalah. Remaja nan menderita depresi kronis bisa menunjukkan tanda-tanda seperti energi nan sangat rendah, insomnia, hubungan sangat kurang dengan teman sebaya, tak tertarik pada kegiatan nan mereka dulu suka sebelumnya, dll Adalah krusial bahwa orang tua memahami dan mengenali tanda-tanda depresi remaja sesegera dimungkinkan sebab jika tetap tak diobati, ada kemungkinan bahwa mereka akan memperburuk dan mempengaruhi kehidupan anak di tahun kemudian.

3. Oposisi Defiance Disorder Oposisi Defiance Disorder ODD) ialah masalah konduite ditandai dengan permusuhan, pembangkangan dan oposisi tak hanya terhadap orang tua, tapi terhadap global pada umumnya. Mereka menunjukkan konduite militan remaja dan juga cenderung menyalahkan orang lain atas cara mereka berperilaku.

Beberapa ciri-ciri lain dari seorang remaja nan memiliki ODD sangat kurang atau tak ada kontrol dalam kemarahan, argumentatif, tak masuk akal, pesimis, bertabiat buruk, dll Dikatakan bahwa konduite semacam ini dimulai jauh sebelum anak mencapai usia remaja yaitu pada usia 7 atau 8. Pada awalnya, anak akan berperilaku dengan cara ini hanya di rumah, namun segera akan memperpanjang ke sekolah dan juga terhadap kelompok sebayanya.

4. Konduite / Gangguan Makan Gangguan makan merupakan masalah nan generik terlihat pada remaja, terutama pada anak perempuan. Remaja suka menikmati makanan cepat nan bisa menyebabkan masalah seperti obesitas remaja serta nutrisi nan tak tepat. Selain ini, ada dua masalah nan sangat parah nan berkaitan dengan makan nan meliputi anoreksia dan bulimia.

Anorexia ialah suatu kondisi nan mempengaruhi orang-orang nan memiliki sangat rendah harga diri. Itu berasal dari dorongan buat menjadi paripurna dalam segala bidang kehidupan. Ini dapat sangat serius sebab mereka tak bisa makan apapun nan menyebabkan kerusakan serius pada tubuh dan dalam beberapa kasus bahkan bisa menyebabkan kematian.

Di sisi lain, bulimia ialah di mana seseorang remaja memanjakan dirinya dalam pesta pora makan makanan, kemudian merasa bersalah tentang hal itu dan karenanya membuang makanan melalui muntah diinduksi diri.



Bentuk-bentuk Budaya nan Merusak

Ada banya bentuk budaya remaja nan secara tak sadar ternyata merupakan hal-hal awal nan akan memicu seorang remaja melakukan tindakan asusila di tengah masyarakat. Mewaspadai budaya remaja nan kurang baik sedini mungkin merupakan cara antisipasi nan tepat sebelum generasi muda keluarga kita terjebak dalam lingkup kenakalan remaja nan lebih parah di tengah masyarakat.

Berikut ini disajikan berbagai contoh budaya remaja nan pada mulanya hanya sederhana, namun lama kelamaan akan menjadi faktor pemicu kegagalan para remaja kita melalui usia remaja;

  1. Budaya pacaran dan pergaulan bebas
    Usia remaja ialah usia dimana para remaja mulai tertarik mengenal versus jenis. Interaksi suka sama suka ini biasanya akan berujung pada proses pacaran nan dikenal sebagai upaya penjajakan terhadap versus jenis. Penjajakan dilakukan dilakukan sebagai langkah memilih pasangan hidup.

    Nah, bagi Anda nan menginginkan anak-anak remaja Anda hayati berhasil menempuh pendidikan tinggi dan sukses dalam karir, tidak salah jika Anda mengontrol kehidupan berpacaran remaja putera puteri Anda. Kontrol diperlukan sebagai upaya restriksi agar anak-anak Anda tak terjerumus pada pergaulan bebas para remaja.

    Pacaran dapat dikatakan sebagai start awal seorang remaja terjebak ke dalam pergaulan bebas. Sulit menjamin rasa tanggung jawab seorang remaja terhadap kekasihnya, nan akan terjadi kebanyakan ialah hancurnya masa depan remaja puteri dampak pergaulan bebas nan dapat jadi diawali dari kedekatan hubungannya dengan sang pacar.

    Berilah afeksi nan penuh pada putera puteri Anda, fokuskan energi mereka buat meraih pendidikan tinggi dan meraih cita-cita hidup. Tegaskan bahwa konskuensi berpacaran ialah menikah, sudah siapkah Anda menikah? Jika belum, jangan coba-coba berpacaran.

  2. Merokok dan tawuran
    Merokok saat ini tidak hanya menjadi budaya remaja nan cukup negtop di kalangan kaum pria, kaum wanita remaja bahkan banyak nan telah ketagihan dengan sebatang benda mematikan tersebut. Rokok memiliki akibat nan sangat jelek bagi seseorang.

    Disamping merugikan kesehatan, persoalan finansial juga sangat dipermasalahkan. Usia remaja merupakan usia dimana seorang anak secara biaya masih menjadi tanggungan orang tua. Merokok merupakan salah satu bentuk pemborosan finansial. Tak hanya itu, merokok juga merupakan awal dari pemicu kenakalan remaja nan lain seperti konsumsi narkoba, miras dan sebagainya.

Tawuran juga merupakan bagian dari budaya remaja nan cukup jelek dan sayangnya malah menjadi hal nan cukup trend di kalangan remaja. Orang tua perlu memberi pendidikan moral kepada para remaja, agar mereka dapat mengendalikan emosi dan sikap saat berinteraksi dengan lingkungannya.