Cobaan nan Bertubi-Tubi

Cobaan nan Bertubi-Tubi



Cerpen Dewasa Islami, Perjodohan nan Gagal

Siang itu, sebelum menyudahi pengajian rutin mingguan, ustadzah Ayesha meminta Fitriah buat tak langsung pulang. Ustadzah Ayesha sepertinya ingin mengutarakan sesuatu nan cukup serius pada Fitriah. Jantung Fitriah seketika berdegup kencang. Perasaan harap dan cemas menggelayut di benak Fitriah. "Jangan-jangan kabar tentang planning ta'aruf kemarin?" tanya Fitriah dalam hati.

Lamunan Fitriah sontak buyar, saat ustadzah Ayesha memintanya memimpin membaca do'a epilog majelis. Ketika semua akhwat beranjak pulang, ustadzah membimbing Fitriah buat duduk di sofa ruang tamunya nan asri.

"Mba Fitri, ana mau informasikan tentang planning ta'aruf anti dengan seorang ikhwan nan minggu lalu kita bicarakan." demikian mba Ayesha membuka pembicaraan. Wajahnya tampak serius, namun ustadzah terlihat berusaha berbicara serileks mungkin."Afwan, ana to the point saja ya supaya anti tak bingung.

Sepertinya ikhwan tersebut menggagalkan planning ta'arufnya dengan mba Fitri." suara mba Ayesha semakin lama semakin pelan. Seakan tidak ingin melukai hati murid kesayangannya itu."Tapi anti jangan su'udzon dulu,... hmmm..... dia ternyata ingin menunda buat menikah sampai tahun depan.

" terang mba Ayesha lagi, kali ini senyumnya terasa semakin dipaksakan. Sebetulnya, paras dan fisik Fitri nan membuat sang ikhwan menolak buat melanjutkan proses perjodohan ini. "Afwan mba, mad'u ane mencari calon istri nan postur tubuhnya tak terlalu besar, dan mhmm..kulitnya kalau dapat putih.." demikian Fariz menjelaskan dengan muka tertunduk saat mba Ayesha menanyakan alasan penolakan sang ikhwan. "Mba,..mba Ayesha kok malah melamun,he..he.. tak apa-apa kok mba.

Ana ikhlas, mungkin dia bukan jodoh ana." suara Fitriah mengejutkan Ayesha. "Ana paham sekali kalau ikhwan tersebut menolak, mba tak usah menghibur begitu ah, ini kan bukan pertama kalinya ta'aruf ane gagal, he..he.." ucap Fitriah santai. "Subhanalloh, kamu hebat Fitri. Mba kagum sama kamu.

Semoga Allah selalu meningkatkan kualitas keikhlasan dan kesabaranmu." puji mba Ayesha nan dibalas anggukan penuh semangat oleh Fitriah.Fitriah pamit pulang dengan langkah nan mantap. Bahkan, sebelum Fitriah menutup pintu pagar rumah ustadzah Ayesha, ia terlihat masih tersenyum lebar dan melambaikan tangan. "Sampai minggu depan mbak. Assalamu'alaikuum." ucapnya riang.



Cerpen Dewasa Islami

Cobaan nan Bertubi-Tubi

Tak terasa, Fitriah telah sampai di pangkalan ojek depan komplek rumah ustadzah Ayesha. "Ojek neng?" sapa tukang ojek dengan ramahnya. Fitriah mengangguk pelan. Dengan langkah gontai Fitriah mendudukkan badannya di jok motor. "Portal ya bang.

" pesannya kepada si tukang ojek. Tiba-tiba, seorang tukang ojek lainnya nan sedang duduk-duduk menunggu penumpang menyeletuk,"Bayarnya dobel ya neng, kan sama kayak badannya, ha..ha..ati-ati Jupri ban motor lo kempes." teriaknya.Mendengar celetukan tukang ojek itu, badan Fitriah tiba-tiba menghangat.

Antara marah, malu dan sedih mendengar ejekan teman si tukang ojek. "Maap ya neng, kagak usah dipikirin. Die emang orangnya usil. Maklum orang setress." abang tukang ojek nan ditumpangi Fitriah mencoba menenangkannya. "Bilangin tuh bang, sama temennya, aku gendut juga nggak nyusahin dia." protes Fitriah. Tenggorokannya lagi-lagi tercekat.

Ingin sekali ia menangis, tapi malu dilihat orang-orang. Ia hanya dapat beristighfar berulang kali. Mencoba menemukan kembali kesabaran nan tadi susah payah dikumpulkannya.

Cerpen Dewasa Islami,



Kegelisahan Orang Tua Fitriah

Tak terasa, Fitriah sampai juga di depan rumahnya. Tampak di teras Bapak sedang asyik duduk-duduk minum kopi sambil baca koran sore. "Dari mane aja lu, hampir bedug magrib baru sampe?" demikian sapa Bapak.

"Assalamu'alaikum.." Fitriah masuk ke teras sambil mengucapkan salam dan mencium tangan Bapak. "Wa'alikum salam, lo dari mana Fit?" tanya Bapak lagi. "Dari pengajian Pak, maaf telat tadi Fitri mampir sebentar ke rumah teman." jawab Fitriah berbohong."Lo harus mengurangi kegiatan dakwah barang sedikit.

Bukan Bapak kagak suka Fitri ikut-ikut begituan. Bapak seneng, ..tapi lo ingat ama umur lo berapa sekarang." ucap Bapak sambil sesekali menyeruput kopi hitamnya. Fitriah pretensi tak memedulikan omongan Bapak. Bukannya bermaksud tak sopan, tapi Bapak selalu begitu kalau Fitriah pulang sore menjelang maghrib. Bapak pernah mengatakan kalau ia malu punya anak perawan masih berkeliaran sampai menjelang malam.



Cerpen Dewasa Islami, Planning Perjodohan Fitriah dan Niko

"Abi, umi mau diskusi nih sama Abi." ujar Ustadzah Ayesha sambil duduk mendekat ke suaminya, ustadz Salman. Ustadz Salman menutup buku nan sedang dibacanya,"Memang ada masalah apa umi? tanya ustadz Salman. "Umi kasihan sama Fitriah. Sering ditolak sama ikhwan..." jawab ustadzah Ayesha.

"Terus maunya umi bagaimana? wong belum ada jodohnya. Kalau dicarikan ikhwan nan sudah beristri nanti umi bilang ndak tega." tegas sang suami. "Maksud umi begini, tadi sore selepas pengajian, Kirana dan suaminya datang silaturahmi ke sini bi...." ustadzah memulai ceritanya,"Kirana teman kuliah umi?" sanggah ustadz Salman, nan dijawab anggukan sang istri.

"Kirana bercerita, kalau suaminya ingin mencarikan jodoh untuk adiknya, itu loh nan namanya Niko. Abi masih ingat kan? Rizky minta izin sama umi buat menjodohkan adiknya dengan Fitriah." Mendengar nama Niko, tiba-tiba dahi ustadz Salman mengernyit,"Umi yakin?" tanya suaminya. "Justru itu, umi minta pendapat Abi. Bagaimana sebaiknya?" tanya ustadzah Ayesha lagi.

"Apakah Niko sudah berubah?" tanya Ustadz Salman tegas. Usadzah mengangguk. "Menurut Rizky, adiknya itu sudah berubah seratus persen. Ia bahkan berani menjamin." terang Ayesha."Begini, Hanya Allah nan Maha Mengetahui apa nan tersembunyi di dalam hati seorang manusia. Menurut Abi semua orang punya hak buat berubah. Kita tidak boleh menghakimi.

Siapa tahu dengan menikah, Niko akan semakin berubah menjadi lebih baik. Bagaiman jika kita serahkan saja urusan ini kepada Fitriah. Biarkan ia nan menilai apakah Niko cocok menjadi suaminya atau tidak?" terang ustadz Salman lagi. Mendengar jawaban sang suami, Ayesha seperti mendapat pencerahan. Tidak ada manusia nan sempurna. Ia akan menjadi paripurna jika senantiasa berikhtiar buat memperbaiki diri, demikian pemikiran ustadzah Ayesha.

Cerpen Dewasa Islami



Kabar Baik Untuk Fitriah

Malam itu, sehabis sholat Isya Fitriah memanjatkan do'a. Malam ini memang sama seperti malam-malam sebelumnya saat ta'aruf tertolak. Fitriah tetap konfiden Allah punya recana istimewa dibalik semua ini. Namun, entah mengapa, air mata terus mengalir deras, ketika bait demi bait do'a mengalir dari lisannya.

Tangisan Fitriah terhenti, ketika Bapak mengetuk pintu kamarnya. "Fitri, kamu sudah tidur? ini ada telepon dari umi Syamil." Bapak sedikit berteriak. Mungkin dikiranya Fitriah sudah tidur."Iya pak, sebentar." jawab Fitriah sambil bergegas Ternyata nan menelpon ialah Umi Syamil. Nama aslinya Kirana.

Beliau sahabat dari ustadzah Ayesha. Mba Kirana mengundang Fitriah buat datang ke rumahnya besok sore.Jam di tangan Fitriah menunjukkan pukul empat kurang sepuluh menit. Rumahnya terlihat sepi. Mobil nan biasa terparkir di depan rumah, tidak tampak batang hidungnya.Ia lalu memilih duduk di kursi teras depan rumah nan mungil, namun teduh dengan pohon nan rindang.

Pikiran Fitriah kembali terkenang lima tahun silam, saat pertama kali berjumpa dan berkenalan dengan Umi Syamil. Tak beberapa lama kemudian, sebuah mobil sedan memasuki teras rumah. Ternyata itu mobil Mba Kirana. Ketika mesin mobil dimatikan, pintu belakang pun terbuka. Mba Kirana muncul bersama Syamil dan Hani.

"Assalamu'alaikum, wah tante Fitri dah datang.""Wa'alaikum salam. Eh, iya mba.""Tante Fitri masuk yuk, kita ngobrolnya di ruang tamu saja." pinta mba Kirana. Di ruang tamu ternyata sudah menunggu Mas Rizky, suami mba Kirana. Fitriah semakin penasaran, biasanya beliau hanya bertegur sapa seperlunya.

Ada apakah sampai mas Rizky ikut turun bicara dengannya."Fitri, abinya Syamil mau menyampaikan sesuatu. Kayaknya, lebih enak kalau abinya Syamil nan bicara langsung dengan Fitri. Monggo bi," mba Kirana membuka pembicaraan. "Begini Fitri, aku punya adik laki-laki. Namanya Niko. Dia selama ini bekerja di Medan sebagai pengajar.

Emmm, kebetulan dia belum menikah. Dia sudah pernah melihat Fitri sebelumnya lewat photo. Dia meminta izin buat berta'aruf dengan Fitri. Apakah Fitri bersedia?" tanya Mas Rizky tegas, membuat Fitriah salah tingkah.Mba Kirana senyum-senyum melihat gelagat Fitriah. "Eh, ooh begitu ya Mas Rizky.

Emmm, giamana ya, aku jadi bingung. Ini kejutan sekali untuk saya. Apakah adiknya Mas Rizky, eh..maksud aku Mas Niko itu serius?" tanya Fitriah lagi."Insya Allah, dia kan adik saya. Sebetulnya aku sudah ingin menanyakan hal ini sama Fitri dari minggu lalu. Tapi sebab Fitri rencananya mau ta'aruf dengan salah satu mad'unya akh Fariz, terpaksa aku tunda.

Alhamdulillah akhirnya ta'aruf itu tak jadi." "Bagaimana, ukhti? diterima atau tak tawarannya?' tanya mba Kirana. "Eh, b..boleh deh mbak." jawab Fitriah malu-malu."Alhamdulillah, nanti Fitri akan dihubungi lagi. Mas Rizky konfirmasi dulu sama Niko, kapan dia dapat datang ke Jakarta." tambah Mba Kirana lagi.

Fitriah pun berpamitan dengan mba Kirana dan Mas Rizky. Tiada henti, hatinya bertasbih dan bertakbir atas warta baik sore ini. Allahu Akbar!! pekik Fitri dalam hati. Ingin rasanya ia melompat kegirangan seperti anak kecil. Dalam lirih do'a Fitriah sehabis qiyamul lail:

" Ya. Robbana. Mungkinkah Niko ialah jodohku selama ini nan tertunda? Allahumma ya Allah, mudahkanlah jodoh hamba. Jika Niko ialah suami nan Engkau kirimkan buat hamba, mudahkanlah jalannya. Namun, jika ia bukan jodohku, maka jauhkanlah. Jadikanlah hamba ridho dan ikhlas menerima semua ketentuanmu."