Masyarakat Jepang sudah siap dengan tsunami

Masyarakat Jepang sudah siap dengan tsunami

Beberapa waktu nan lalu, tsunami Jepang menggemparkan dunia. Gempa bumi dan tsunami Sendai 2011 ini diawali gempa di lepas pantai Samudra Pasifik Wilayah Tohoku, yaitu sebuah gempa bumi dengan kekuatan 9,0 skala Richter. Hal ini mengakibatkan munculnya gelombang tsunami setinggi 10 meter.

Berdasarkan skala intensitas seismik Badan Metereologi Jepang di utara Prefektur Miyagi, gempa ini berkekuatan 7 skala Richter. Pusat gempanya terletak di lepas pantai Semenanjung Oshika, pantai timur Tohoku pada tanggal 11 Maret 2011. Gempa ini terjadi di kedalaman 24.4 kilometer (15,2 mil). Gempa bumi ini ialah gempa terbesar dalam sejarah Jepang 1.200 tahun terakhir.



Dahsyatnya Tsunami Jepang

Gempa bumi Sendai 2011 ini mengakibatkan peringatan tsunami di pantai Pasifik Jepang dan 20 negara (termasuk semua pantai Pasifik Amerika dari Alaska sampai Chili). Berdasarkan kantor warta Kyodo, terlihat gelombang tinggi di Bandar Udara Sendai pukul tiga sore JST di dekat pesisir prefektur Miyagi dengan kekuatan gelombang nan sangat besar.

Gelombang tsunami ini tingginya empat meter dan menerjang Prefektur Iwate di Jepang. Sebuah laporan menyebutkan bahwa dinding air lebih tinggi dari beberapa pulau di Pasifik sehingga memunculkan peringatan tsunami hampir seluruh daerah di Samudra Pasifik.

United States West Coast and Alaska tsunami Warning Center memberi peringatan tsunami buat daerah pesisir California dan Oregon dari Point Conception, California sampai perbatasan Oregon-Washington. Sebagian wilayah Hawaii dihantam tsunami setinggi dua meter dengan gelombang mencapai 30 meter menuju daratan bagian sisi selatan Big Island.

Dampak Tsunami Jepang

Di pelabuhan Sendai, tsunami setinggi 10 meter terlihat sekitar pukul tiga sore waktu setempat. Tsunami juga menerjang pelabuhan Soma dan pelabuhan Kamaichi. Puluhan rumah hanyut setelah gelombang tsunami mengalir ke sungai Natori. Selain itu, puluhan mobil hanyut ke bahari saat tsunami menghantam pelabuhan Kamaichi.

  1. Bandara Sendai

Petugas bandara Sendai mengatakan bahwa landasan pacu bandara terendam. Bandara ini mengalami kerusakan parah. Setelah tsunami, kondisi bandara Sendai penuh dengan puing-puing kerusakan hantaman gelombang. Genre listrik pun padam. Secara otomatis, rute domestik dan internasional nan dilayani di sini lumpuh total dan perlu beberapa minggu buat perbaikan.

Di bandara ini juga banyak residu rongsokan mobil, pesawat, dan puing-puing bangunan nan hancur diterjang dahsyatnya gelombang tsunami. Stasiun kereta barah di bandara Sendai pun mengalami kerusakan sangat parah.

  1. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Setelah gempa dan tsunami, PLTN Onagawa, Fukushima I, Fukushima II, dan Tokai, secara otomatis padam. Selain itu, terjadi sebuah kebakaran di pembangkit Onagawa, tepatnya pada sebuah bangunan nan berisi turbin dan berada terpisah dari reaktor pembangkit listrik.

Bencana skunder pun mulai timbul dari reactor pembangkit listrik tenaga nuklir. Pengamanan radio aktif ternyata jebol, sehingga kawasan perairan Onagawa terpapar pencemaran radio aktif, selain itu tanah, udara, dan tanaman pun tidak luput terpapar limbah berbahaya. Di tambah lagi korban dari manusia pun banyak nan terpapar radioaktif.

Radio aktif merupakan partikel senyawa nan tidak kasat mata, bentuknya tidak dapat dirasakan, tidak berwarna dan tidak berbau. Partikel ini ukurannya sangat mikro,dan ringan. Sehingga mudah terbang dihembus angin, hanyut terbawa arus sungai. Radioaktif ini dapat hinggap di tumbuhan, hewan dan ikan. Jika manusia memakan tumbuhan dan ikan nan terpapar radioaktif, kemungkinan besar dia akan terkena kanker nan mematikan.

Paska tsunami Jepang, banyak masyarakat sekitar reactor nan terindikasi mengidap kanker sebab terpapar partikel radioaktif nan bocor.

  1. Jumlah korban Tsunami

TBS (Tokyo Broadcasting System) sudah mendata jumlah korban tsunami ini, yaitu 15.019 tewas, 5.282 luka, dan 9.506 hilang di enam prefektur. Dua kereta penumpang menghilang di kawasan pantai selama bala tsunami. Sementara itu, sebuah kapal nan mengangkut seratus orang penumpang terbawa oleh tsunami dan belum diketahui keberadaannya.



Bantuan Internasional

Sejumlah pemimpin global menyatakan duka cita dan menawarkan donasi kepada Jepang. PBB juga menawarkan tim SAR dari 45 negara buat mengatasi bala ini.

Jepang merespons tawaran ini dengan meminta tim SAR dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Armada angkatan bahari Amerika Perkumpulan dipindahkan ke kawasan nan lebih dekat dengan Kepulauan Jepang buat keperluan logistik dan donasi lainnya.



Masyarakat Jepang sudah siap dengan tsunami

Namun dibalik bala geologi ini, sebelumnya masyakarat Jepang terbiasa dengan gempa bumi. Mereka tahu betul bagiamana cara menyelamatkan diri dari gempa, nan dapat terjadi kapan saja. Sedari dulu pemerintah Jepang, terus melakukan pengenalan bagaimana cara penyelamatan diri menghadapi bala ini.

Sosialisasi ini diberikan kepada semua pelajar diseluruh sekolah di Jepang. Pengenalan ini dijadikan sebagai kurikulum primer di sana. Tak terkecuali ekpateriat nan kerja di sana pun, harus ikut diklat penyelamatan diri dari gempa dan tsunami. Setiap rumah , kantor dan loka bisnis niscaya menyimpan cadangan logistic, seperti makanan kering, obat-obatan guna dipakai ketika keadaan darurat. Setiap blok dibangun selter-selter penampungan pengungsi. Jadi ketika bencana, masyarakat sana sudah tahu akan pergi mengungsi kemana.

Ketika gempa datang pun, mereka tidak panik, mereka tahu apa nan harus dikerjakan ketika gempa nan mencapai 9.0 scala rickter kemudian disertai terjangan ombak besar. Mereka berbondong-bondong menyelamatkan diri , lari ke loka nan tinggi, seperti gedung bertingkat, perbukitan. Hasilnya korban jiwa pun dapat ditekan. Distribusi donasi berjalan cepat dan efesian dan tepat sasaran.

Paska bala pun proses pemulihan bala pun dapat langsung dikerjakan dengan cepat, rapi dan manusiawi. Pemerintah Jepang memiliki blue print jelas tentang kebijakan rescue. Inilah nan patut ditiru Indonesia.



Indonesia wajib meniru managemen bala di Jepang

Sebenarnya Indonesia dan Jepang dipandang dari sudut geologisnya banyak persamaannya. Yakni kedua negara ini berdiri dijalur barah / ring of fire pasifik. Di mana jalur itu terdapat deretan gunung vulkanik dari utara( Korea, Jepang ) sampai ke selatan ( Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Filipina ). Daerah nan dilintasi jalur barah ini rentan dengan bala geologis seperti gempa, erupsi gunung merapi, dan tsunami.

Apalagi Indonesia nan terdapat rendezvous dua lempeng besar di bumi yakni Eurasia dan lempeng Australia. Patahan-patahan ini kerap bertumbukan melepas energy, mencari posisi sempurna. Proses divestasi energy ini menyebabkan getaran dasyat nan terasa hingga kepermukaan, fenoma seperti in disebut gempa tektonik. Sering kita dengar di media massa bahwa di Indonesia maupun Jepang hampir tiap tahun terjadi gempa besar.

Namun demikian kenapa setiap terjadi gempa di Indonesia, masih banyak memakan korban jiwa dan material. Itulah kelemahan manajemen bala di negeri ini. Kelamahan ini dikarenakan pengenalan bagaimana menghadapi bala tidak berjalan dengan baik, bahkan tak pernah dilakukan sama sekali. Pemerintah Indonesia terlalu arogan buat hal ini. Semua urusan tentang penangan bala diserahkan begitu saja ke BASARNAS dan petugas setempat. Padahal masalahnya tidak semudah itu. Manajemen bala geologis sangatlah kompleks, buat itu pemerintah perlu belajar dari Jepang nan memiliki blue print tentang manajemen bencana.

Cara-cara menyelamatkan diri dari gempa dan tsunami

Gempa bumi dapat datang kapan saja. Bala ini sulit diprediksi, tapi walaupun demikian kita nan hayati di Indonesia, harus siap mengadapinya. Maka dari itu agar kita dan orang terdekat dengan kita jangan ada nan jadi korban. Sebaiknya ikutilah cara-cara penyelematan diri dari gempa dan tsunami nan ada di bawah ini.

  1. Berlindung di bawah meja

Ketika gempa tiba-tiba mengguncang daerah Anda, langkah pertama jangan panik dan keluar dari rumah. Sebaiknya berlindung di rongga di bawah rumah meja, agar terhindar dari benda nan berjatuhan. Tunggu sebentar sampai getarannya reda.

  1. Jangan langsung lari keluar

Jangan lekas lari ke luar rumah. Jika Anda panic dan langsung lari, dikwatirkan Anda bertabrakan dengan orang lain, atau kejatuhan benda berat seperti kaca, tembok dan lain sebagainya. Sebaiknya keluar ruangan dengan tenang dan waspada, cari loka nan lapang dan luas seperti lapangan sepak bola, area parkir atau jalan raya. Hindari berdiri dibawah gedung bertingkat.

  1. Gunakan tangga darurat

Ketika gempa jangan menggunakan lift, tapi langsung saja keluar gedung dangan turun tangga. Kalau naik lift berisiko terjebak di dalam lift sebab listrik mati.

  1. Menjauh dari pantai

Jika Anda tinggal di pinggir laut, atau sedang ada di pantai atau dermaga, setelah gempa besar terjadi,biasanya air bahari tiba-tiba surut. Kenyataan ini menandakan dalam 30 menit aka nada tsunami. Jika Anda melihat kenyataan ini sebaiknya langsung saja cari tempat-tempat nan tinggi misalnya bukit, gedung bertingkat.

Demikianlah sekilas tentang penyelamatan diri dari gempa dan tsunami, seperti nan dilakukan masyarakat Negeri Sakura, ketika menghadapi tsunami Jepang. Semoga bermanfaat.