Museum-museum Sejenis

Museum-museum Sejenis



Wawasan Nusantara

Masih dalam satu kompleks Taman Mini Indonesia Latif (TMII), meseum ini punya banyak koleksi unik. Bercitrakan global kemiliteran, Museum satu ini berbentuk benteng segi lima nan dikelilingi perairan. Menyiratkan kesan bahwa Indonesia ialah negara kepulauan dengan doktrin Wawasan Nusantara. Tidak dapat dipungkiri bahwa arsitekturnya cukup bagus dan menandakan dibuat dengan pertimbangan makna sejarah dan keindonesiaan nan luar biasa.

Ketika banyak orang membangun gedung dengan konsep minimalis nan mungkin tak mengandung makna apa-apa, pada masa pemerintahan Suharto, masyarakat Indonesia diajak buat mendalami berbagai makna dan simbol. Apapun nan dibuat atau nan dibangun, sine qua non pemaknaannya dan tak asal bangun serta tak hanya mementingkan fungsi tanpa memikirkan lambang dalam fungsi itu. TMII sendiri dibangun dengan konsep nan begitu memikirkan budaya dan kekayaan setiap daerah.

Rakyat diajak menghargai segala sesuatu dengan tak melihat sesuatu dari permukaannya saja. Makna dan simbol-simbol nan dipakai dalam setiap kesatuan nan ada di dalam tubuh tentara Indonesia juga mengandung banyak arti. Itulah mengapa cukup banyak museum nan didirikan pada masa itu. Suharto sangat mengerti makna sejarah dan pentingnya mengetahui tentang sejarah. Tanpa mengetahui akar, maka pohon tidak akan kuat.

Pengetahuan tentang sejarah ini akan membuat orang mempunyai karakter nan kuat nan tak akan cepat goyah hanya ditiup oleh angin semilir. Tidak mengherankan kalau pada masa pemerintahan Suharto itu, nilai-nilai nasionalisme cukup bagus tertanam. Saat ini nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan memang tetap ada, namun masyarakat melihatnya dari sisi nan berbeda sehingga dirasakan kurang kuat dibandingkan pada masa itu.

Museum nan memuat benda-benda nan berkaitan dengan keprajuritan ini dibangun dengan cita rasa nusantara. Kesan tersebut semakin diperkuat dengan keberadaan dua kapal tradisional, yaitu kapal Banten dan kapal Pinisi dari Sulawesi Selatan. Kedua kapal itu bersandar di danau sekitar museum. Simbol kekuatan maritim nan telah lama dimiliki bangsa Indonesia, dari barat sampai ke timur. Bangsa ini memang harus berbangga diri dengan kekuatan angkatan lautnya pada masa lampau.

Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya, dua kerajaan hebat dan besar di nusantara tak akan menjadi penguasa banyak wilayah kalau tak mempunyai kekuatan maritim nan luar biasa. Walau kini, bangsa ini terus berjuang mempertahankan kekuasannya di lautan, sejarah kehebatan ini dapat menjadi suatu cambuk atau pemecut semangat buat terus maju dan berusaha memberikan nan terbaik kepada tanah air, bangsa, dan negara.

Bangsa ini ialah bangsa maritim. Sudah sepatutnya bahwa Indonesia mempunyai angkatan bahari nan tangguh. Hal ini memang terus dirintis walaupun begitu banyak kendala. Salah satunya ialah terbakarnya kapal mobilitas cepat nan cukup canggih. Kapal itu seharusnya akan menjadi salah satu kebanggaan bangsa ini. Namun, musibah telah merenggutnya. Mungkin Tuhan tidak ingin bangsa ini menjadi arogan sehingga diberi peringatan seperti itu.



Bukti Kekuatan Militer

Pada dasarnya, Museum Keprajuritan ialah kekayaan sejarah nan dimiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau kekuatan militer bangsa Indonesia. Merekam sejarah perjuangan bangsa pada masa-masa perjuangan sejak abad ketujuh sampai abad kesembilanbelas, termasuk melestarikan benda-benda bersejarahnya. Mengetahui perjuangan generasi sebelumnya itu sangat krusial agar tak kehilangan makna kesejarahannya.

Lihat saja ketika pertama kali datang, Anda akan “disambut” oleh gerbang berupa bangunan abad keenambelas. Mencerminkan sifat keramahan rakyat Indonesia sejak dahulu kala. Namun, keramahan tersebut tak mengendurkan kewaspadaan bangsa ini terhadap ancaman dari luar. Ini terlhat dari adanya menara pengintai di setiap sudut bangunan museum. Lambang dari kewaspadaan nasional. Indonesia ini ialah negara nan besar nan sangat luas dengan berbagai karakter anak bangsa.

Kalau tak dijaga, orang asing dengan leluasa akan masuk dan merampas apa nan seharusnya menjadi hak seluruh bangsa. Satu patok perbatasan saja digeser, maka akan ada banyak sekali kekayaan nan hilang. Untuk itulah, penjagaan ini harus selalu dilakukan. Untuk dapat menjaganya dengan baik, bangsa ini harus mempunyai prajurit nan andal nan mampu menahan setiap serangan. Ketangguhan itu sangat terkait dengan persenjataan dan kemahiran dalam mempertahankan diri.

Kegagahan ini terlihat dari tampilan baju dan persenjataan pada masa itu.
Selain itu, museum nan nisbi luas ini memiliki diorama (14 buah) tentang kepahlawanan dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berbagai peristiwa sejarah nan selama ini hanya diketahui dari buku-buku teks, bisa Anda lihat langsung. Ketika menyaksikannya, anak bangsa nan hayati pada masa kini, bisa merasakan bagaimana rasa cinta nan begitu kuat nan inheren pada dada pahlawan.

Ketika nantinya mereka menjadi pemimpin bangsa, mereka tak akan menjual negara ini dengan harga nan sangat murah. Mereka akan ingat bagaimana para pahlawan berjuang mempertahankan apa nan telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada tanah air. Jangan sampai setelah dipertahankan, lalu dijual begitu saja. Rakyat gigit jari dan malah menjadi kuli di negaranya sendiri. Kekayaan bangsa ini seharusnya dinikmati oleh bangsa sendiri.

Ada juga berbagai patung, foto, dokumen, dan lukisan. Untuk patung, ada 23 patung pahlawan dari perunggu berukuran 1¼ kali besar manusia. Di antaranya patung Gajah Mada, Cut Nyak Dien, dan Pattimura, nan ditempatkan mengelilingi anjung di dalam museum. Karakter patung nan dipilih sinkron dengan sumbangsih nan telah mereka berikan. Misalnya, Patih Gajah Mada. Laki-laki gagah ini telah menyatukan nusantara. Sumpahnya nan sangat terkenal ialah Sumpah Palapa. Hingga kini nama palapa disematkan kepada satelit nan dimiliki oleh Indonesia. Satelit itu juga dimaksudkan buat menyatukan nusantara.

Cut Nyak Dien, merupakan contoh wanita perkasa nan tak mau tinggal diam dihina dina oleh Belanda. Ketika suami kedaunya, Teuku Umar, meninggal, Cut Nyak Dien tak berhenti berjuang. Ia tetap masuk hutan di daerah Meulaboh dan terus berjuang dengan para pahlawan lainnya. Setiap zaman memang melahirkan orang-orang hebat nan mampu memberikan inspirasi kepada orang lain. Inilah kekuatan nan harus dipelajari oleh anak negeri sekarang ini.

Tak hanya itu, berbagai tiruan senjata, meriam, baju perang, panji-panji, formasi tempur serta boneka peraga nan mengenakan busana prajurit tradisional, disuguhkan secara menarik buat mendukung fakta-fakta sejarah kegemilangan militer Indonesia.

Contoh, relief nan menceritakan 19 cerita perjuangan bangsa dari abad VII sampai abad XIX. Seperti peristiwa Raden Wijaya melawan pasukan Cina tahun 1292, pertempuran di Benteng Sao Paolo tahun 1575 di Maluku dan Sultan Ageng menyerang Kastel Batavia tahun 1628.

Pada waktu-waktu tertentu, di museum ini biasa diadakan pawai prajurit tradisional. Didirikan juga anjung terbuka buat pentas musik atau kegiatan lain nan mendukung semangat kebangsaan. Semua kegiatan tersebut diadakan pada bulan Oktober buat memeperingati hari Sumpah Pemuda.



Museum-museum Sejenis

Keberadaan Museum Keprajuritan tidak kalah menariknya dengan museum-museum sejenis. Seperti Museum Satria Mandala, Museum Waspada Purbawisesa, Museum (monumen) Pancasila Sakti, Museum Sasmita Loka, Museum Angkatan Udara, dan Museum Polri. Semua museum tersebut berada di Kota Jakarta.

Sayangnya, sebagian dari museum itu tak populer di masyarakat. Banyak nan tak mengenalnya. Bahkan, ada museum nan jumlah pengunjungnya tak sampai sepuluh orang per tahun. Selain kurangnya publikasi tentang keberaadaan museum, banyak dari museum itu nan dikelola apa adanya atau tak profesional. Sehingga fungsi museum sebagai penjaga dan pemelihara warisan jaman dahulu, tak optimal dijalankan.

Kondisi seperti ini teramat memprihatinkan jika dibiarkan terus terjadi. Kepedulian pihak-pihak terkait (pemerintah atau forum masyarakat) sangat diperlukan. Sinergi antara organisasi Perhimpunan Antar Museum di DKI Jakarta Raya (Paramita Jaya) dengan Direktorat Permuseuman, kira dapat menjadi salah satu solusi. Agar anak cucu dari bangsa nan besar ini, mampu tetap merasakan dan melanjutkan kegemilangan global militer nusantara. Tak hilang ditelan modernisasi zaman.