Beberapa Kemungkinan Mengapa Lagu Daerah Hampir Punah

Beberapa Kemungkinan Mengapa Lagu Daerah Hampir Punah

Masih ingatkah ketika duduk di bangku sekolah dasar dan diajarkan macam-macam lagu daerah di sekolah? Sebagaian dari kita mungkin masih hapal lagu-lagu daerah tersebut. Pada waktu SD, ada beberapa guru nan sering meminta murid-muridnya buat menghapal lagu daerah dan penciptanya . Kemudian, dijadikan ujian keesokan harinya. Pembelajaran nan seperti ini, nan terkadang membuat siswa menjadi ingat sampai sekarang.



Lagu Daerah Indonesia

Lagu daerah hampir sama dengan lagu nasional . Namun, lebih populer di daerahnya masing-masing ketimbang secara nasional dan sifatnya hanya kedaerahan. Tidak wajib diketahui oleh masyarakat luar daerah. Lagu daerah ini biasanya diciptakan oleh anak orisinil daerah tersebut. Lirik serta bahasa nan digunakannya biasanya menggunakan bahasa daerah masing-masing.

Sayangnya, sebagian pencipta lagu daerah sudah tak diketahui namanya. Mereka sering disebut No Name (NN) dalam lagu nan mereka ciptakan. Seharusnya, lagu daerah dan penciptanya ini lebih diapresiasi oleh masyarakat Indonesia sebab keberadaan mereka sangatlah membantu memberikan rona nan majemuk dalam kebudayaan Indonesia.

Memang lagu daerah tak hilang tanpa bekas, kita masih dapat menemukan lagu-lagu daerah ini dinyanyikan atau dimainkan di acara-acara tertentu. Biasanya, di hari raya suatu daerah. Misalkan kita sering mendengar lagu kicir-kicir di hari ulang tahun Jakarta. Namun, sepertinya hal itu tak benar-benar mengangkat kembali lagu daerah ke telinga masyarakat Indonesia.



Hampir Punahnya Lagu Kedaerahan

Dengan masuknya budaya barat di negara kita, seolah-olah membuat lagu daerah tersisihkan. Kini, lagu daerah sporadis dikumandangkan lagi. Anak-anak generasi sekarang lebih kenal dan paham dengan lagu-lagu barat, korea, dan lagu melayu percintaan nan mendayu-dayu. Mengapa hal seperti ini dapat terjadi?

Generasi-generasi muda tak tahu dan tak paham jika ada lagu daerah nan dapat mereka dengarkan dan nyanyikan, di samping lagu-lagu barat tersebut. Miris memang, mengetahui lagu daerah kini sudah sporadis sekali terdengar di telinga masyarakat kita. Lagu daerah seolah-olah seperti pepatah “hidup segan wafat tidak mau”.

Warisan nenek moyang kita ini seharusnya dijadikan lagu wajib nan didendangkan tiap-tiap upacara atau minimal seminggu sekali di setiap daerahnya masing-masing. Mengapa? Agar kita kembali perhatian dengan lagu daerah. Jangan cuma ketika ada negara tetangga nan mengklaim lagu daerah kita ialah lagu daerah mereka, rakyat Indonesia baru bertindak dan merasa peduli.

Masih ingat kan dengan kejadian pengklaiman lagu ‘Rasa Sayange’ nan dilakukan Malaysia? Saat itu, masyarakat Indonesia terlihat sangat menjunjung tinggi lagu daerah dan tak ingin lagu tersebut diambil oleh negara tetangga. Mengapa sine qua non kejadian seperti itu dulu, baru masyarakat lebih peduli dengan lagu daerahnya sendiri.

Hal seperti ini tidak luput dari kurangnya perhatian pemerintah Indonesia terhadap lagu-lagu dan musik daerah. Apresiasi nan diberikan kepada lagu daerah sangatlah kurang jika dibandingkan dengan lagu-lagu pop Indonesia.

Lebih sedihnya lagi, pemerintah kita tak memiliki data niscaya tentang jumlah lagu-lagu daerah di negara ini. Padahal, jika dilihat dari jumlah suku dan bahasa daerah di Indonesia, sudah niscaya ada banyak lagu daerah nan dapat dinikmati masyarakat Indonesia.



Beberapa Kemungkinan Mengapa Lagu Daerah Hampir Punah

Selain kurangnya perhatian dari pemerintah, lagu daerah banyak ditinggalkan masyarakat generasi sekarang sebab dianggap tak hits, jadul, dan tak gaul. Karena alasan itu, tak heran mereka lebih memilih mendengarkan musik pada masa ini nan menyuguhkan cerita cinta dan patah hati melulu. Padahal jika dilihat-lihat ke dalam makna lirik, lagu daerah memiliki lirik nan jauh lebih bermakna dibandingkan lagu-lagu pada masa ini tersebut.

Contohnya ialah lagu ‘Tangianmi da Inangi’, lagu daerah Sumatra Barat karya Victor Hutabarat. Lagu dengan lirik menyentuh ini jauh lebih bermakna dari lagu cinta-cintaan tanpa makna. Berikut ini ialah liriknya.

Tangiang ni … Dainang i namaparorot tondiki
Manang di dia peau-manang di dia peau
Tontong diramoti
Nang sipata salah au, tartutuk au dilangkahi
Diboanho di tagiangmu-diboanho ditagiangmu
Inanku naburju
Hudai natonggi dipargoluonon
Upah ni lojami humongkop gellengmon
Mauliate ma inang … disude panbaenanmi
Penggeng sari matua-penggeng saor matua
Paihut-ihut hami

Lagu berbahasa Batak ini menceritakan tentang cinta kasih dan doa nan tulus dari seorang ibu buat anak-anaknya tercinta. Lagu ini sangat pas jika didengarkan oleh mereka nan sedang berada di perantauan dan sedang merindukan ibunya.

Liriknya sangat sederhana tetapi memiliki arti nan besar dan dalam. Lalu, sekarang coba bandingkan dengan lagu band-band masa kini nan hampir kebanyakan isinya sama, mengumbar kesedihan. Selain itu, masyarakat muda Indonesia pun kini tertarik dengan lagu-lagu karya bangsa lain dan fasih menghapalnya, seperti lagu Korea.

Miris ya, mereka lebih hapal dan tahu lagu Korea dibandingkan lagu daerah loka mereka tinggal. Padahal, nan dapat mengharumkan kembali musik daerah, yaitu masyarakat mudanya sendiri.



Usaha Pelestarian Lagu Daerah

Usaha nan bisa dilakukan pemerintah dan masyarakat buat kelestarian lagu daerah tentulah dengan terus menegupayakan eksistensinya di global hiburan Indonesia. Negara kita pernah hampir kecolongan salah satu lagu daerah nan sering terdengar dan termasuk lagu daerah nan populer di Indonesia, ‘Rasa Sayange’ nan berasal dari Maluku.

Ini salah satu pengingat bahwa sudah seharusnya kita menjaga dan tak melupakan bahwa lagu daerah itu berharga buat tetap membuat Indonesia majemuk dan berbudaya. Tentu kita tak ingin pengklaiman oleh negara lain itu terjadi lagi.

Mungkin hanya beberapa saja lagu daerah nan sering kita dengar. ‘Rasa Sayange’ termasuk lagu daerah nan mungkin hampir seluruh masyarakat Indonesia mengetahuinya sehingga ketika negara lain berupaya mengklaim kepemilikan lagu tersebut, rakyat Indonesia menjadi sangat marah dan berontak.

Namun, bagaimana jika nan diklaim itu ialah lagu-lagu daerah nan kurang terkenal? Yang tak pernah didengar oleh kuping kita. Apakah kita akan membiarkannya begitu saja? Padahal, menurut beberapa data, lagu daerah itu jumlahnya dapat lebih dari 200 lagu.

Salah satu upaya nan dapat dilakukan buat tetap membuat lagu daerah dikenal sebagai lagu orisinil Indonesia ialah dengan pemetaan lagu. Ini telah sukses dilakukan oleh Hokky Situngkit. Dia melakukan pemetaan terhadap lagu-lagu daerah nan ada dan melakukan bedah lagu.

Di dalam peta tersebut, lagu-lagu daerah terbagi menjadi beberapa kluster menurut asalnya. Ada kluster Sumatra, Maluku, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, dan Melayu. Lagu ‘Rasa Sayange’ ialah salah satu lagu daerah nan sukses dipetakan. Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa lagu ‘Rasa Sayange’ memang berasal dari kluster Maluku bukan Melayu.

Sehingga, ini membuktikan bahwa, lagu ‘Rasa Sayange’ memang orisinil Indonesia bukan Malaysia. Dengan adanya konsep pemetaan seperti ini, diharapkan lagu-lagu daerah kita tak akan mudah buat diakui kepemilikannya oleh negara lain. Selain pemetaan seperti itu, upaya nan dapat dilakukan pemerintah maupun rakyat Indonesia ialah dengan dilakukannya pelacakan lagu-lagu daerah dari Sabang sampai Merauke.

Kemudian, hasilnya dapat langsung dibukukan menjadi sebuah kumpulan lagu-lagu daerah nan diakui dan memiliki hak paten. Hal ini sangat perlu buat membuktikan bahwa lagu-lagu daerah tersebut memang ada dan dimiliki oleh negara kita. Jika sudah dibukukan, tentu generasi-generasi setelah kita juga akan terus mengetahui tentang keberadaan lagu daerah.

Upaya lainnya ialah dengan menggiatkan festival-festival lagu daerah setiap tahunnya. Semua daerah dari Sabang sampai Merauke harus melaksanakannya demi melestarikan budaya daerah dan memperkenalkan lagu-lagu daerah kepada masyarakatnya. Jika hal-hal tersebut telah dilakukan, pasti lagu daerah akan kembali terdengar di telinga masyarakat Indonesia, terutama generasi-generasi mudanya.

Ini ialah kewajiban kita sebagai warga negara buat melestarikan budaya nan ada. Jika bukan rakyatnya sendiri, lalu siapa nan akan menghargai kebudayaan negara ini?



Beberapa Lagu Daerah dan Penciptanya

Lagu daerah di Indonesia memang banyak sekali tetapi sayangnya tak semua lagu daerah diketahui siapa penciptanya. Hanya beberapa lagu saja nan dapat dilacak penciptanya. Berikut lagu-lagu daerah beserta liriknya serta nama penciptanya.



Ampar Ampar Pisang

Provinsi Kalimantan Selatan/Kalsel
Pencipta: Hamiedan AC

Ampar ampar pisang
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga lepak mangga lepok
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
Apinya canculupan
Jari kaki sintak dahuluakan masak
Ampar ampar pisang
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga ricak mangga ricak
Patah kayu bengkok
Tanduk sapi tanduk sapi kulibir bawang
Nang mana batis kutung dikitip bidawang



Bubuy Bulan

Provinsi: Jawa Barat
Pencipta: Benny Korda

Bubuy bulan
Bubuy bulan sangray bentang
Panon poe
Panon poe disasate

Unggal bulan
Unggal bulan abdi teang
Unggal poe
Unggal poe oge hade

Situ Ciburuy
Laukna hese dipancing
Nyeredet hate
Ningali ngeplak caina

Duh eta saha
Nu ngalangkung unggal enjing
Nyeredet hate
Ningali sorot socana



Gundul Pacul

Provinsi: Jawa Tengah
Pencipta: R.C. Hardjosubroto

Gundul gundul pacul cul gelelengan
Nyunggi nyunggi wakul kul gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan
Wakul ngglimpang segane dadi sak rattan



Paris Barantai

Provinsi: Kalimantan Selatan/Kalsel
Pencipta: H. Anang Ardiansyah

Wayah pang sudah hari baganti musim
Wayah pang sudah
Kotabaru gunungnya Bamega
Bamega umbak manampur di sala karang
Umbak manampur di sala karang
Batamu lawanlah adinda

Sebagai rakyat nan baik dan cinta akan kebudayaan Indonesia , sudah seharusnya kita membantu pelestarian budaya nan ada, salah satunya dengan mengapresiasi lagu daerah dan penciptanya.