Sabun Anti Bakteri

Sabun Anti Bakteri

Keberadaan sabun seperti sudah tak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia. Benda ini menjadi pembersih paling efektif buat berbagai kebutuhan. Mulai buat membersihkan pakaian, perabot rumah tangga, wajah, badan, dan perangkat lain, diciptakan jenis tersendiri sinkron dengan kebutuhan. Bahkan, pembersih ini sudah menjadi bagian dari gaya hayati sejak zaman prasejarah.

Pada zaman tersebut, sabun dibuat dengan cara nan cukup sederhana. Ditengarai, unsur pembentuknya pertama kali muncul di zaman Babilonia kuno. Perkiraannya di tahun 2.800 sebelum masehi.

Kala itu, masyarakat setempat kerap membuat persembahan dengan merebus lemak bersama abu. Benda persembahan dimasukkan ke dalam tabung. Mereka belum menyadari manfaat campuran sebagai pembersih. Hingga akhirnya, campuran diketahui buat melumasi rambut seperti halnya minyak rambut.

Sementara itu, sabun mulai bisa perhatian buat digunakan sebagai pelengkap aktivitas mandi sejak zaman Mesir kuno, kurang lebih 1.500 sebelum masehi. Menurut catatan nan tertulis pada dokumen kesehatan papirus eber, masyarakat saat itu sering membuat bahan nan dibuat dari minyak hewan dan tumbuhan nan dikombinasikan bersama dengan garam alkali. Diduga kuat, benda tersebut punya karakteristik sebagai sabun. Pasalnya, diterangkan pula benda itu dipakai buat membersihkan tubuh sekaligus obat bagi penyakit kulit.

Keberadaan sabun kemudian berkembang terus sampai sekarang. Variannya sudah banyak ditemukan. Dari sisi fungsi sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Derajat keasamannya pun turut diperhatikan agar mampu memberikan hasil pembersihan nan maksimal.

Sabun buat paras berbeda dengan sabun cuci piring maupun deterjen. Untuk paras punya taraf basa nan lebih lemah dibanding deterjen. Kekuatan buat mengiritasi kulit lebih kuat deterjen dibanding sabun wajah.

Bentuk sabun nan sekarang ini ditemukan ialah batang, serbuk, krim, dan cair. Semuanya punya fungsi inti nan sama, yaitu membersihkan. Semua jenisnya mempunyai cara kerjanya masing-masing.



Tahukah Anda Bagaimana Cara Kerjanya?

Air dan sabun ialah komponen inti buat menyingkirkan kotoran. Sebagian besar kotoran nan ada di baju atau kulit inheren sebagai lapisan minyak nan cukup tipis. Lapisan minyak nan dapat disingkirkan ialah nan partikelnya akan terangkat saat di cuci.

Penggabungan sabun dan air membuat larutan dispersi koloid. Molekul sabun kemudian bertindak mengelilingi butiran minyak dan melakukan proses emulsi. Molekul sabun memiliki ekor lipofilik nan berfungsi melarutkan minyak tersebut.

Dibantu oleh ujung hidrofilik, butir minyak diarahkan ke air. Ini nan membuat kotoran minyak menjadi stabil dalam air. Akhirnya, bersihlah baju atau badan dari kotoran.

Dulu, sabun itu tak menimbulkan busa saat dipakai buat mandi. Hanya saja, gara-gara kesalahan seorang pekerja di pabrik nan terlena meninggalkan mesin produksi, jadilah produk nan dianggap cacat. Sabun terkontaminasi udara.

Dan, ketika produk tersebut dilempar ke pasaran, ternyata muncul banyak gelembung atau busa saat dipakai. Herannya, sesuatu nan dianggap baru itu malah disukai oleh konsumen. Karena nan terkontaminasi terbatas, jadinya banyak konsumen menanyakan keberadaan produk tersebut nan seolah lenyap dari pasaran. Berawal dari situ, jadilah sabun berbusa dibuat secara massal. Kejadian tersebut berlangsung pada 1879.



Sabun Anti Bakteri

Berbagai sabun telah dibuat macamnya sampai saat ini. Salah satunya nan cukup dikenal ialah sabun kesehatan. Banyak promo nan mengatakan pembersih jenis ini mampu melawan kuman nan ada di tubuh, terutama bakteri.

Oleh sebab itu pembersih ini dikenal pula dengan sebutan sabun anti bakteri. Konon, menurut kebanyakan iklan sabun kesehatan, memakai pembersih biasa tak cukup buat membasmi bakteri nan ada di tubuh. Oleh sebab itu, pemakaian jenis pembersih ini disarankan buat memberantas bakteri agar tak sampai menginfeksi tubuh hingga jatuh sakit.

Pada pembersih anti bakteri biasanya ditambah zat aktif seperti triclosan dan triclorocarbon. Pada triclosan, biasanya ditambahkan pada bahan sebanyak 0,3 hingga 1 persen. Sementara buat triclorocarbon, penambahannya sekitar 1 hingga 1,5 persen. Kedua zat tersebut termasuk amulgator nan bisa larut pada larutan nan sesuai.

Konsep zat nan disebut anti bakteri ialah memiliki pengaruh terhadap keberadaan bakteri di suatu tempat. Zat anti bakteri punya andil dalam mengganggu perkembangan bakteri dan atau membunuhnya dengan melakukan penghalangan dalam proses metabolismenya. Bagian dari mikroorganisme ini dikenal punya pengaruh buat melakukan infeksi pada tubuh dan menimbulkan penyakit, termasuk pula, dapat merusak bahan pangan.

Antibakteri secara aktif bisa menekan laju pekembangan bakteri sehingga jumlahnya tak sampai membengkak. Ditinjau dari cara bekerjanya, anti bakteri punya empat langkah dalam mengenyahkan mikroorganisme ini.

Caranya yaitu melakukan penghambatan pada sistesis dinding sel bakteri, meruntuhkan permeabilitas dinding sel bakteri, menggagalkan kerja enzim. Cara selanjutnya yaitu melakukan penghambatan pada sistesis protein dan asam nukleat. Klaim dari sabun anti bakteri tak lepas dari kemampuannya dalam mengusir bakteri ini dari tubuh.



Kebenaran Klaim Sabun Anti Bakteri

Namun, klaim seperti itu justru disangsikan oleh banyak ahli. Menurut penelitian nan dilakukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kemampuan buat mengusir bakteri sebenarnya juga dapat dilakukan oleh pembersih biasa tanpa embel-embel anti bakteri. Kemampuan pembersih biasa sudah cukup buat merusak membran sel bakteri hingga mereka mati.

Hanya saja, pemakaiannya juga mesti tepat. Kalau ingin bakteri pengganggu lenyap, pembersih biasa dapat digunakan bersamaan dengan air hangat agar lebih efektif hasilnya. Mungkin, kalau tubuh sudah sangat terlalu kotor, sabun anti bakteri baru tepat buat digunakan.

Selain itu, pemakaian sabun anti bakteri ternyata juga punya tata cara tersendiri. Zat aktif nan ada pada pembersih tersebut memerlukan waktu buat dapat membunuh bakteri. Penerapannya tak boleh langsung dibilas usai dibalurkan tubuh. Namun, perlu ditunggu beberapa saat dan digosok dengan perlahan agar zat anti bakteri, semisal triclosan, bisa bekerja dengan sempurna.

Sabun anti bakteri tak absolut sebagai satu-satu alat buat membunuh bakteri. Pasalnya, produk gel pencuci tangan nan mengandung alkohol pun mampu membuat bakteri mati. Bahkan, sampai sekarang sebenarnya belum ada bukti ilmiah nan dapat dipertanggungjawabkan soal klaim wajib memakai anti bakteri ini.

BPOM-nya Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA), menyatakan ada kekahawatiran jika sabun anti bakteri dipakai secara rutin. Zat aktif anti bakteri ini dapat berfungsi layaknya antibiotik nan dapat membuat bakteri menjadi resistan terhadap obat. Jika bakteri sudah menjadi super, anti bakteri apa pun tak mampu membunuhnya.

Salah satu zat nan diduga memiliki andil dalam menciptakan bakteri super ialah triclosan. Zat anti bakteri ini selain ditemukan pada sabun, juga kerap dipakai di pasta gigi, detergen, dan produk lain. Sebuah penelitian nan termuat dalam jurnal Edmonton disebutkan, triclosan akan merugikan kesehatan dalam pemakaian jangka panjang.

Selain membuat bakteri menjadi kebal, juga akan mengganggu proses kerja hormon tubuh secara normal dan menjelma sebagai racun tiroid. Bahkan, triclosan juga dianggap berperan dalam meracuni lingkungan dan memicu penyakit alergi. Untuk kawasan negara, Kanada segera melarang pemakaian triclosan pada produk nan beredar di sana.

Penelitian lain tentang triclosan menyatakan, ada sifat klorofenol pada triclosan. Artinya, triclosan turut menjadi penyebab hadirnya kanker di tubuh manusia. Zat ini kalau masuk ke dalam tubuh akan tersimpan di lemak.

Akumulasi dari triclosan bisa menyebabkan kelumpuhan. Selain itu zat tersebut diduga menyebabkan kemandulan, lemahnya fugsi kekebalan tubuh, pendarahan di otak, penurunan fungsi seksual, masalah jantung, hingga koma. Namun, berbagai indikasi ini perlu kajian lebih lanjut.

Terkait triclorocarbon, ternyata zat anti bakteri ini juga punya imbas kurang baik bagi tubuh. Pada sebuah penelitian terhadap tikus, triclorocarbon menjadi zat nan menghambat proses reproduksi dan menimbulkan risiko kanker. Jadi, apapun jenis pembersih anti bakteri nan dipakai, mungkin efeknya baru terlihat dalam jangka panjang.