Apakah Kenyataan Tanah Bergerak Dampak Gempa?

Apakah Kenyataan Tanah Bergerak Dampak Gempa?

Alat pengukur gempa ialah Seismometer . Alat ini dikatakan bukan alat pemperkirakan kapan gempa akan datang. Hingga saat ini belum ada satu alat pun nan mampu memperkirakan gempa secara detail.

Prediksi mungkin masih dapat dilakukan dengan mengikuti sejarah dari kegempaan nan pernah ada pada masa sebelumnya. Berbagai upaya dilakukan agar dapat memberikan informasi nan seksama tentang kapan dan di mana gempa akan terjadi.



Cara Kerja Alat Pengukur Gempa Seismometer

Seismometer merupakan alat nan buat mengetahui sensor gempa. Sedangkan rekaman nan didapat dari alat ini disimpan dalam satu alat nan disebut seismogram.

Sekarang ada alat nan lebih hebat lagi. Alat tersebut malah dapat mengetahui getaran gempa dalam jangkauan frekuensi, alat tersebut bernama seismometer broadband .

Bagaimana dengan sebuah alat nan menampilkan grafik tebal tipis, panjang pendek seperti sebuah bantalan dengan jarum nan terus mencatat getaran gempa?

Alat tersebut disebut Seismograf . Sedangkan Pencatatan getaran gempa itu dibuat dalam bentuk seismogram . Seismograf inilah nan sering terlihat di televisi ketika ada gempa nan terjadi. Begitu sensitifnya alat ini, sehingga petugas dapat mengetahui kekuatan getaran gempa tersebut.

Dengan mengetahui kekuatan gempa, petugas dapat memberikan arahan apakah penduduk di loka nan terkena getaran gempa itu harus segera mengungsi atau tidak. Terutama ketika gempa terjadi di dekat pantai.

Getaran gempa nan sangat kuat dapat menimbulkan gelombang tsunami. Mudah-mudahan dengan semakin canggihnya teknologi , maka tanda-tanda gempa dapat dirasakan jauh sebelum gempa nan sebenarnya terjadi.



Kekuatan Gempa dan Akibatnya

Kekuatan gempa ini biasanya ditunjukkan dengan ukuran skala richter . Sedangkan buat menunjukan intensitasnya dan pengaruhnya pada pada tanah, bangunan, dan penduduk nan tinggal di loka gempa, digunakan skala mercalli .

Skala richter sendiri sudah cukup dikenal oleh masyarakat terutama nan tinggal di daerah rawan gempa. Misalnya, kalau gempa itu berkekuatan hanya 3,5 SR, artinya tak akan banyak orang nan merasakan gempa tersebut. Bahkan mungkin tak terasa sama sekali.

Anak-anak Yogyakarta bahkan dapat memperkirakan berapa kekuatan gempa nan mereka rasakan. Biasanya estimasi mereka tak meleset. Hal ini dapat terjadi sebab terlalu seringnya mereka merasakan gempa, baik nan tektonik maupun nan vulkanik.

Kalau kekuatan gempa telah mencapai 3,5-5,4 SR, artinya gempa itu sudah sangat terasa dan bahkan telah mengakibatkan kerusakan nan mungkin cukup fatal. Kekuatan gempa nan lebih dari 6 SR, dapat menyebabkan tsunami .

Kerusakan dampak gempa ini akan semakin menjadi kalau gempa terjadi pada lingkungan dengan bangunan nan tak didesain tahan gempa. Korban jiwa mungkin juga akan ada. Ketika gempa di Yogyakarta terjadi pada tahun 2006, warga Yogyakarta belum terbiasa dengan bangunan nan tahan gempa.

Akibatnya memang sangat fatal, ribuan korban nyawa melayang dampak tertimpa bangunan nan roboh. Gedung-gedung megah berlantai banyak pun tak luput dari dampak gempa ini.

Sejak peristiwa itu, masyarakat Yogyakarta menjadi sangat tahu apa nan harus mereka lakukan dan mereka pun mulai mempelajari ciri-ciri gempa dan bagaimana mengetahui cara mengantisipasi kerusakan nan mungkin akan ditimbulkan oleh gempa itu sendiri.

Banyak orang Yogyakarta tahu kualitas bangunan hanya dari memeriksa dinding dan bentuk bangunan itu. Ilmu ini mereka dapatka dari seringnya diadakan pameran bahan bangunan dan desain bangunan tahan gempa.

Apa nan dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta dalam menghadapi bala terutama gempa, dapat ditiru. Pencerahan itu sangat cepat tumbuh dan pendidikan tentang gempa ini terus digalakan.



Apakah Kenyataan Tanah Bergerak Dampak Gempa?

Bagaimana dengan kenyataan adanya gerakan tanah nan terjadi di Kampung Cigintung RT. 01-08 RW. 08, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausama, Kabupaten Majalengka?

Apakah ada kaitannya antara tanah nan bergerak itu dengan gempa? Mungkin saja. Apalagi sepertinya patahan itu seperti merambat, sehingga pergeserannya mulai dari 50 cm, 1,6 m hingga 18 meter.

Secara logika, pergeseran itu dapat saja diakibatkan oleh gempa. Gempa nan terjadi sebab adanya pergeseran lempeng bumi tentu dapat membuat tanah di atasnya menjadi labil.

Apalagi pada tahun 1930-an sebenarnya pergeseran tanah ini pernah terjadi dan penduduk pun mengungsi. Namun, sebab dirasa telah aman, satu per satu mereka kembali ke tanah nan memang terlihat sangat fertile tersebut. Akibatnya memang cukup luar biasa, 1500 orang harus diungsikan.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Gerakan Tanah PVMBG, I Gede Suantika, menjelaskan bahwa pergeseran semakin melebar. Surono, seorang pakar kegempaan mengatakan bahwa tanah nan bergeser itu tak layak menjadi loka tinggal. Artinya, masyarakat Kampung Cigintung RT. 01-08 RW. 08, harus meninggalkan kampungnya selamanya.

Namun, apakah penduduk akan betah di tempatnya nan baru? Apakah ada agunan mereka tak akan kembali lagi ke loka asal nan dianggap lebih nyaman? Mudah-mudahan mereka memahami bahwa keselamatan mereka jauh lebih krusial daripada harus hayati dalam keresahan sepanjang hidup.



Manfaat Gempa

Jangan hanya melihat gempa sebagai sebuah masalah. Banyak pakar gempa nan menjadikan hal-hal nan menyangkut kegempaan sebagai ladang amal mereka. Selain itu, ada warta nan cukup membuat mata terbelalak.

Dari sebuah jurnal nan membahas tentang kegempaan, jurnal Nature Geoscience edisi 17 Maret 2013, isinya mengatakan bahwa gempa dapat membuat genre air nan mengandung emas terangkat ke permukaan.

Berita ini tentu saja membuat banyak orang mulai berharap banyak pada perubahan pada kandungan air di daerah gempa. Artinya, ialah bahwa kalau ada rona air atau bebatuan di sungai dekat pusat gempa mulai berubah, jangan-jangan bebatuan atau tanah itu telah mengandung emas. Asal tak serakah dalam menambangnya, kandungan emas ini tentu saja dapat digunakan sebagai dana pembangunan gedung nan hancur.

Pengelolaan nan baik tentunya harus dilakukan dengan saksama dan tak dapat ditambang secara tradisional, sehingga merugikan banyak orang dan lingkungan. Penggunaan mercury atau air raksa nan hiperbola dalam proses mendapatkan emas, dapat berdampak sangat fatal bagi manusia dan alam di sekitarnya. Semoga saja warta ini tak membuat orang menjadi ‘garang’ dalam mencari kemungkinan adanya emas di daerah gempa.



Alat Ukur Gempa nan Lebih Canggih

Alat buat mengetahui kapan gempa akan terjadi terus saja diupayakan dapat ditemukan dalam waktu secepatnya. Banyak nan bergantung pada para ilmuwan nan menginvestasikan waktu mereka demi humanisme ini. Berbagai upaya termasuk membuat data 3 dimensi nan mampu menelusuri keretakan dan perubahan tanah di suatu daerah setelah terjadi gempa.

Hingga kini gempa memang belum dapat diprediksi secara tepat. Tidak seperti estimasi akan turun hujan dan konvoi angin, serta kondisi cuaca lainnya. Gempa ini masih menjadi suatu misteri.

Perkiraan akan terjadi gempa mungkin dapat dianalisa dengan lebih teliti, tetapi tetap saja tak dapat memprediksi kapan akan terjadi. Manusia harus selalu berusaha dengan sebaiknya. Biarkan Tuhan nan menentukan apa nan akan terjadi. Semoga informasi mengenai gempa dan alat pengukur gempa tersebut bermanfaat dan menambah wawasan Anda.