Otoriter (Authoritarian)

Otoriter (Authoritarian)

Setiap orang tua mempunyai cara nan berbeda dalam mendidik anaknya. Cara mendidik anak tersebut dikenal dengan gaya pengasuhan anak dalam keluarga ( parenting style ). Setidaknya ada empat macam gaya pengasuhan anak nan perlu Anda ketahui, serta dampaknya pada perkembangan anak.

Karakter anak tak sama, sehingga kita tak dapat menerapkan pengasuhan anak dalam keluarga dengan gaya pengasuhan nan sama. Dalam pengasuhan anak, dapat menerapkan bebeapa gaya pengasuhan. Setiap keluarga memiliki gaya pengasuhan anak nan juga tak sama, sebab dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan pendidikan keluarga besar.



Pengasuhan Anak dalam Keluarga - Pendidikan Pertama dari Keluarga

Pola pengasuhan ialah suatu perlakukan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengasuhan, lingkungan pertama nan berhubungan dengan anak ialah orang tua. Anak tumbuh dan berkembang dibawah asuhan dan perawatan orang tua, oleh sebab itu orang tua merupakan dasar perawatan dan dasar pembentuk kepribadian anak.

Dalam perkembangan si anak, pola pengasuhan orang tua sangat menentukan kearah mana nanti si anak setelah dewasa dan mencerminkan pola pengasuhan nan pernah ia terima sejak ia ada. Komunikasi dengan orang tua, perhatian, serta sikap orang tua dalam mendidik dan segala perlakuan lainnya akan membentuk seperti apa kepribadian anak. Orang tua sebagai penanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak serta pembentukan kepribadian anak.

Hal pertama didalam mendidik seorang individu terletak pada keluarga. Dimana individu ibarat sebuah kertas nan bentuk dan coraknya tergantung kepada orang tua atau keluarga bagaimana mengisi kertas kosong tersebut sejak bayi, melalui pengasuhan, perawatan dan supervisi nan terus menerus, diri serta kepribadian anak dibentuk. Orang tua, yaitu ayah dan ibu, pada umumnya merupakan teladan bagi anak-anak mereka.

Pola dan bentuk pengasuhan anak dalam keluarga tak sama pada tiap keluarga, sebab setiap keluarga memiliki latar belakang nan berbeda, baik latar belakang pendidikan, kebudayaan, mata pencaharian. Pola pengasuhan dan perubahan pengenalan anak tertanam dalam pola interaksi sosial ekonomi. Perubahan lingkungan ekonomi dan sosial telah membawa pengaruh pada pola pengasuhan anak.

Displin sebagai suatu proses bimbingan nan bertujuan buat menanamkan pola konduite tertentu, Norma eksklusif atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama meningkatkan kualitas mental dan moral. Jadi bagi orang tua penerapan displin pada anak ialah hal nan teramat krusial dan bisa dikatakan bahwa letak moral anak tergantung pada pola asuh nan digunakan orang tuanya.



Pengasuhan Anak dalam Keluarga - Gaya Pengasuhan pada Anak

Setiap keluarga memiliki gaya pengasuhan anak dalam keluarga nan berbeda-beda. Hal itu terjadi mengingat latar belakang nan ada dalam setiap keluarga itu juga berbeda. Tetapi setidaknya ada kecenderungan gaya pengasuhan nan dilakukan oleh setiap keluarga. Berikut ini ada beberapa gaya pengasuhan anak dalam keluarga:



Otoriter ( Authoritarian )

Gaya pengasuhan anak model ini menerapkan aturan: orang tua selalu benar. Seorang anak harus selalu mematuhi apa pun nan dikatakan dan disarankan oleh orang tuanya, Semua urusan anak diatur oleh orang tua. Tujuan gaya pengasuhan ini sebenarnya baik yaitu agar anak teratur dalam segala hal dan menjadi sosok nan disiplin.

Namun, gaya pengasuhan ini akan menyebabkan anak depresi serta kurang dapat berteman dengan lingkungannya sebab sikap orang tua nan terlalu protektif. Depresi nan berkepanjangan bisa menyebabkan anak stres, bahkan melakukan bunuh diri. Dampak jangka panjang dari gaya pengasuhan otoriter ini akan menyebabkan interaksi nan kurang hangat antara anak dan orang tua. Tanpa sadar orang tua tengah membangun tembok batin dengan anaknya.



Liberal

Gaya pengasuhan anak dalam keluarga ini kebalikan dari gaya otoriter. Orang tua memberikan kebebasan seluas-luasnya. Keinginan anak selalu dipenuhi oleh orang tua sebab asumsi anak harus diberikan keleluasaan buat melakukan apa saja, biarkan ia belajar dengan melakukan ( learning by doing ). Orang tua nan liberal risi jika terlalu ketat mengatur, anak terkekang, dan kurang dapat mengekspresikan diri sinkron dengan keinginannya.

Namun, tak adanya kontrol dari orang tua akan menjadikan anak sosok nan semau gue, enggan berbagi dan selalu ingin memang sendiri. Secerdas apapun seorang anak, ia belum mengenal global sehingga perlu bimbingan orang tua. Anak akan sulit berdikari dan tergantung pada orang lain. Ini muncul sebagai akibat keinginan nan selalu dipenuhi.



Egaliter ( Authoritative )

Pada gaya pengasuhan ini, orangtua membuat peraturan-peraturan nan harus dipatuhi oleh anak, tapi anak juga memiliki kesempatan buat berpendapat. Orang tua mendengarkan anaknya dan mencari solusi nan disepakati bersama. Ruang diskusi tercipta antara anak dan orang tua.

Gaya pengasuhan egaliter merupakan perwujudan keinginan orang tua dan anak. Anak-anak nan diasuh dengan cara ini akan memiliki harga diri nan tinggi, kepercayaan diri, dan keterampilan sosial nan memadai. Secara akademis, anak-anak dalam pola asuh egaliter mempunyai prestasi nan baik serta kurang bermasalah dalam lingkungan pergaulannya.

Namun, orang tua bisa terjebak pada kompromi hiperbola sehingga bisa dimanipulasi oleh anak. Orangtua bukannya menempuh win-win sollution , tetapi lebih menuruti keinginan anak.



Tidak Terlibat ( Neglect )

Pada gaya pengasuhan anak dalam keluarga ini, orang tua cenderung cuek, tak begitu peduli dengan pengasuhan anaknya. Orang tua seolah tak mempunyai waktu buat mendidik anak atau sekadar memperhatikan hal-hal sepele anaknya. Segala sesuatu dipercayakan kepada orang lain begitu saja tanpa kendali darinya.

Contoh pola asuh ini ialah orang tua nan mementingkan karir, tanpa peduli dengan perkembangan anak. Secara ekonomi, dapat saja kebutuhan anak terpenuhi, namun anak sangat kurang afeksi dan perhatian orang tua. Anak-anak nan dibesarkan dengan gaya pengasuhan neglect cenderung memiliki harga diri serta kepercayaan diri nan rendah. Rasa hormat dan tanggung jawab anak rendah, prestasi akademik tak dapat dibanggakan, dan memiliki konduite buruk.



Pengasuhan Anak dalam Keluarga - Gaya Pengasuhan Terbaik

Setiap gaya pengasuhan anak dalam keluarga di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu gaya pengasuhan terbaik nan absolut diterapkan. Untuk kondisi tertentu, orang tua perlu menerapkan gaya otoriter, misalnya pada konduite nan bisa membahayakan anak seperti pemakaian obat-obatan terlarang dan minuman alkohol.

Ketika menentukan tujuan liburan, kegiatan akhir tahun, orang tua dapat menerapkan gaya egaliter sehingga anak berlibur tanpa beban. Sedangkan buat hal-hal nan bersifat pengembangan kreativitas, orang tua bisa lebih liberal. Idealnya orangtua harus mengenali ciri anak sehingga tahu gaya pengasuhan anak dalam keluarga nan tepat buat anaknya pada kondisi tertentu.

Menciptakan kedekatan antara seorang ayah dengan anak ialah sebuah investasi nan sangat berharga. Anda akan menyesal jika tak memulainya sejak awal dan baru merasakan sesuatu nan ganjil ketika anak mulai besar. Interaksi Anda dan anak akan terasa kaku, formal dan berjarak. Hal ini sering terlupakan oleh seorang ayah nan memiliki kesibukan tinggi sehingga baru menyadari ada nan salah antara hubungannya dengan anak setelah beberapa waktu kemudian dan itu mungkin sudah terlambat.

Peran ayah buat memenuhi nafkah keluarga ialah pekerjaan mulia. Pekerjaan tersebut dalam banyak hal juga menyita waktu dan energi nan tak sedikit. Walaupun demikian, bukan berarti menjadi alasan buat tak menyediakan waktu nan cukup buat menjalin kedekatan dan menjadi instruktur emosi bagi anak-anak Anda. Berikut beberapa tips nan bisa dilakukan buat menciptakan kedekatan dengan anak sekaligus menjadi instruktur emosi nan baik bagi sang anak:

  1. Atur jadwal dengan istri kapan giliran Anda bertugas memandikan anak, mengganti popoknya, membuatkan susu, menemani sang anak ketika sulit tidur, membacakan cerita pengantar sebelum tidur, berdiskusi tentang apa nan dialami sang anak bersama teman-temannya serta menjalin komunikasi buat membantu sang anak melihat persoalan nan dialaminya.
  2. Adakalanya anak mengajak bermain, maka ikutilah permainannya dengan sepenuh hati. Ada banyak bahasa tidak tersurat nan tersampaikan ketika seorang ayah ikut menemani anaknya bermain dan berperan sebagai teman sekaligus pelindung bagi sang anak.
  3. Seorang ayah nan baik mengenal dengan siapa saja anaknya bergaul. Ayah memberi arahan sekaligus menjadi teman diskusi bagi anak buat menceritakan pengalamannya bersama teman, kekhawatirannya, dan kegembiraannya. Dengan mengenal teman-temannya maka Anda mendapatkan informasi nan jauh lebih banyak tentang anak Anda sehingga lebih sedikit nan perlu dikhawatirkan.
  4. Jalin komunikasi nan intensif di mana ada proses saling percaya satu sama lain. Di sinilah peran ayah sebagai instruktur emosi akan sangat dibutuhkan. Lewat komunikasi Anda mengetahui apa nan dirasakan sang anak, bagaimana pendapatnya tentang suatu persoalan, apa nan membuatkan senang, apa nan membuatnya risi sehingga Anda sebagai ayah bisa memberikan masukan nan membangun.