Tujuan Dalam Pola Asuh

Tujuan Dalam Pola Asuh



Pola Asuh di Rumah

Pola asuh akan sangat mempengaruhi kepribadian anak dikemudian hari. Ketika anak diberikan kesempatan buat lebih berinteraksi dengan teman-temannya, maka anak akan dapat mengeksplorasi lingkungan lebih luas. Dari teman-temannya ia juga belajar tentang lingkungan loka teman-temannya tinggal. Dari pergaulan ini, anak akan merasa bahwa ia tak hayati sendirian. Ia mempunyai lingkungan nan dapat mendukungnya.

Ketika ia mempunyai kekuatan dari teman-temannya, ia akan mengerti bahwa saat ia mendapatkan kesulitan dalam hidup, ia mempunyai loka buat bersandar. Sangat krusial buat memahami keadaan sosial ini. Anak nan terisolasi dari lingkungannya akan merasa sendirian. Ia akan merasa bahwa kalau ia mendapatkan masalah, masalah itu seolah begitu besar. Padahal sebenarnya tak sporadis bahwa masalah hanya sesuatu nan menjadi bagian dari kehidupan.

Anak-anak nan tak mendapatkan pola asuh nan baik akan menjadi anak nan tumbuh tanpa merasakan cinta. Saat anak lebih banyak bersama dengan orang-orang nan mendukung hidupnya, ia akan mengenal dunia. Ia juga akan memberikan cinta tak hanya buat dirinya tetapi juga buat orang lain. Sebaliknya, anak nan tumbuh dengan rasa takut dan rasa tak nyaman, tak akan tumbuh dengan baik. Ia akan merasa takut dalam melangkah.

Padahal rasa takut ini akan membunuh kreativitas dan juga semangat buat terus maju. Orangtua perlu mengerti bahwa kehidupan masa kecil itu akan sangat berpengaruh kepada masa depan anak. Ada baiknya setiap individu nan berniat buat melangkah ke jenjang pernikahan perlu mempersiapkan diri menjadi orangtua dan mempelajari pola asuh nan terbaik. Selain mengenal lingkungannya, hal nan primer nan harus ditanamkan ialah pengetahuan tentang Tuhannya.

Anak nan mengerti tentang Tuhannya akan merasa bahwa ia tak pernah sendiri dalam hayati ini. Bahkan ketika tak ada siapapun membantunya ia tahu bahwa Tuhannya akan selalu membantunya. Adanya pemahaman tentang ketuhanan ini akan membuat anak mempunyai prinsip dalam hidup. Anak akan berusaha buat tak mengkhianati Tuhannya. Ia juga tak akan menjadi anak nan mengkhianati kepercayaan dari orangtuanya. Ia akan menjadi anak nan bertanggung jawab tak hanya pada dirinya sendiri tetapi juga kepada Tuhannya.

Contoh ialah pola asuh nan sangat penting. Kata-kata dapat dikalahkan oleh tindakan nan nyata. Ketika orangtua mengatakan bahwa berbohong itu dosa dan anak mengerti dan menerima pernyataan itu, lalu orangtua tanpa sengaja mengajarkan bagaimana berbohong, maka anak langsung belajar buat berbohong. Begitu juga ketika orangtua mengatakan bahwa mereka harus menyembah Tuhannya dengan baik, namun, orangtua tak memberikan contoh nan nyata, maka anak tak akan menyembah Tuhannya dengan baik.

Orangtua nan mengajarkan teori tentang sopan santun namun tak memberikan contoh bagaimana bertindak dengan sopan, maka anak akan mulai bertindak tak sopan dan bahkan akan sering menentang orangtua. Tidak mudah buat mengejarkan sopan santun sebab pengaruh nan begitu luas dari lingkungan termasuk dari program televisi nan begitu banyak menyiarkan hal-hal nan tak sopan. Film atau sinetron nan menanyangkan bagaimana anak menjadi pembangkang ialah salah satu hal nan akan membuat anak berlaku nan sama terhadap orang lain.

Kata-kata seperti, ‘Masalah untuk elu?’ ialah salah satu contoh bagaimana kesopanan ini menjadi sesuatu nan sangat genting buat diajarkan dengan cara nan lebih terprogram. Kurikulum di sekolah memang tak secara eksplisit menyaratkan mengajarkan tentang sopan santun, namun hal ini tak menjadi alasan orangtua mengalami kesulitan dalam mengajarkan sopan santun kepada anaknya. Ketika anak terbiasa dengan kesopansantunan, anak akan merasa ada nan salah ketika ia tak berlaku sopan.



Ragam Pola Asuh

Ada nan mengatakan bahwa ada 2 macam pola asuh, yaitu otoriter dan demokratis. Sedangkan dari tujuan, juga ada 2 macam, yaitu tanpa tujuan serta mendidik dan membangun buat tujuan tertentu. Secara umum, pola asuh nan otoriter melihat bahwa anak sebagai bentuk objek nan harus diarahkan dan dibimbing dengan cara nan sangat keras. Anak akan dihukum berat kalau tak melakukan apa nan orangtua telah perintahkan.

Tentu saja tak akan menjadi sesuatu nan menyenankan ketika anak terkungkung dengan anggaran nan membuat jiwanya tertekan. Pada masa ketika keterbukaan telah menjadi jalan hidup, otoriter membuat anak menjadi merasa tak sama dengan nan lain. Ia tentu saja akan merasa tak percaya diri berteman dengan anak-anak nan terbiasa dengan anggaran nan tak terlalu ketat. Anak nan hayati dalam pola otoriter ini merasa takut buat melakukan sesuatu.

Lebih jauh tentang kedua pola asuh ini, ialah sebagai berikut.

Otoriter
Salah satu dari macam-macam pola asuh ialah pola asuh bergaya otoriter. Apabila orangtua memiliki keinginan dan asa nan tegas tentang apa saja nan harus dilakukan sang anak. Tak sporadis orangtua bahkan menentukan pula, bagaimana anak harus bereaksi atau beropini terhadap suatu situasi atau kejadian.

Pada umumnya anak kurang menyukai pola asuh semacam ini. Mereka menjadi kurang ekspresif dan aspiratif. Tak sporadis mereka tak tahan dan mencari komunitas lain di luar rumah, nan mau menerima mereka. Akan tetapi banyak juga anak nan cocok dengan pola asuh ini.

Mereka nan ingin memiliki tujuan jelas, tetapi belum memiliki arah atau preferensi sendiri dengan bahagia hati mengikuti apa nan orangtua tentukan. Mereka sangat konfiden bahwa nan dikatakan orangtua niscaya baik buat mereka.

Demokratis
Lain halnya dengan pola asuh demokratis. Orangtua memberikan seluas-luasnya hak pada anak buat berpendapat dan bereaksi terhadap suatu situasi. Keluarga nan menerapkan pola asuh semacam ini, acap kali diadakan kedap keluarga, bahkan buat hal-hal seperti menentukan rona cat rumah, di sini kamar siapa, di situ kamar siapa, susunan acara liburan, dan lain-lain.

Kebanyakan anak nyaman dengan pola asuh semacam ini sebab merasa dilibatkan dalam menentukan kehidupan keluarga. Akan tetapi jika orangtua tak menentukan batasan sejauh mana anak dapat bebas berekspresi, dapat juga ‘kecolongan’. Orangtua nan menerapkan pola asuh demokratis perlu menetapkan rambu-rambu bagi anak



Tujuan Dalam Pola Asuh

Tujuan ini sangat penting. Tanpa tujuan maka pola asuh ini hanya akan berjalan mengikuti arus tanpa ada rem nan dapat menghentikan ketika ada nan salah dari pola asuh nan telah diterapkan. Tujuan juga nan akan membuat orangtua terus termotivasi buat tetap menerapkan pola asuh nan telah diterapkan sebelumnya. Orangtua nan sangat menyadari pentingnya pola asuh ini akan berusaha konsisten buat terus berusaha membimbing anak-anaknya agar tetap pada jalan nan benar

Sebaliknya apabila tak ada tujuan, orangtua membiarkan anak tumbuh apa adanya tanpa bimbingan dan tanpa arah. Anak biasanya akan melawan orangtua sebab merasa orangtua tak mempunyai kekuatan apa-apa.

Tanpa Tujuan
Sebagian orangtua membebaskan anaknya buat menentukan arah kehidupannya. Semua mengalir begitu saja seperti air tanpa perencanaan nan jelas. Yang dilakukan di tiap-tiap masa pertumbuhan tak menuju ke suatu arah tertentu, melainkan anak melakukan apa saja nan disenanginya pada saat itu. Pola asuh semacam ini biasanya tanpa sadar diterapkan oleh orangtua nan keduanya sibuk dengan pekerjaan, hingga tidak lagi memiliki waktu buat mengarahkan sang anak.

Orientasi Jelas
Sebagian lagi menetapkan orientasi nan tegas bagi anak. Orangtua dengan pola asuh ini biasa membuat jadwal bagi anak. Mulai jadwal kegiatan sehari-hari, jadwal belajar di rumah, hingga peta hayati 10-15 tahun ke depan. Anak nan terbiasa dengan pola asuh semacam ini akan tumbuh dengan dinamis. Di kemudian hari mereka akan terbiasa berpikir sistematis dan penuh rencana.

Macam macam pola asuh anak dapat Anda pilih. Penentuan pola asuh anak sepenuhnya ada di tangan Anda. Sesuaikan dengan kondisi, pasangan, dan anak Anda. Jangan menyamaratakan semua anak. Masing-masing mereka unik dan istimewa. Masa depan mereka ada di tangan Anda.