Tanggung Jawab Orang Tua

Tanggung Jawab Orang Tua

Tak ada orangtua nan menginginkan anaknya menjadi penjahat atau seseorang nan bermoral konduite rusak. Semua orangtua niscaya menginginkan anaknya menjadi orang berhasil serta hayati senang di global dan akhirat. Namun nyatanya, ada saja anak nan tumbuh tidak sinkron asa atau bahkan durhaka pada orangtuanya.

Orangtua sendiri kadang-kadang tidak konfiden sahih bagaimana harus mendidik anak-anaknya. Mendidik anak memang tidak bisa dilakukan sembarangan. Sebagai patokan, orangtua bisa berpegangan pada pola pendidikan anak dalam Islam. Dengan mendidik anak dengan cara Islam, tentu orangtua berharap anak-anaknya bisa tumbuh menjadi anak nan berguna dan seperti apa nan diharapkan orangtua.

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Putih higienis seperti kertas nan paling putih dan paling bersih. Orangtualah nan akan memberi warna, tulisan, gambar, dan sebagainya.

Dengan kata lain, pendidikan nan diberikan oleh orang tua nan akan membentuk si anak. Oleh sebab itu, mendidik anak dengan cara Islam akan memberikan petunjuk nan jelas tentang cara mendidik anak nan baik ini.



Tanggung Jawab Orang Tua

Mendidik anak sinkron dengan prinsip-prinsip pendidikan anak dalam ajaran Islam merupakan kewajiban dan tanggung jawab para orangtua muslim. Pendidikan nan diterapkan oleh orangtua dengan ajaran Islam ini akan menuntun anak tumbuh menjadi anak nan berbakti dan taat pada perintah agama.

Tidak hanya itu, mendidik anak dengan ajaran Islam juga bisa menambah pahala kepada orangtua nan telah mendirikan tiang agama dalam keluarganya.

Berikut hal-hal nan harus dilakukan oleh para orangtua muslim dalam mendidik anak-anaknya:



  1. Memberi nama nan baik

Nama ialah doa nan diberikan oleh orangtua pada anaknya. Memberikan nama nan jelek sama saja dengan mendoakan keburukan bagi si anak. Oleh sebab itu, sudah seharusnya orangtua memberi nama pada anak nan baik dan bermakna baik agar nama tersebut bisa menjadi doa nan baik buat anak.

Selain itu, nama juga merupakan suatu hal nan harus dipikirkan matang-matang, sebab nama berkaitan langsung dengan jalan hayati anak dan juga hal nan paling krusial dalam kehidupannya.



  1. Mengajarkan shalat

Shalat ialah tiang agama. Jika shalat didirikan benar, maka benarlah perkara nan lain. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,

Perintahkan anak-anakmu buat melaksanakan shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka buat melakukan shalat ketika berumur sepuluh tahun, serta pisahkan masing-masing loka tidur mereka (anak laki-laki dan perempuan.” (HR. Ahmad)

Dari Hadist tersebut bisa disimpulkan bahwa hal primer dalam mendidik anak sinkron dengan ajaran Islam ialah mendirikan shalat. Shalat merupakan tiang agama, sebab hal inilah shalat begitu krusial buat diajarkan kepada anak. Dengan didirikannya shalat maka segala konduite nan bisa merusak keimanan anak akan bisa terhindar.



  1. Mengajarkan Al Quran

Anak-anak harus diajarkan mengenal dan membaca Al Quran sejak dini, bahkan sejak di dalam kandungan. Jika musik klasik kreasi Mozart saja diyakini dapat menstimulasi bayi dalam kandungan, apalagi lantunan ayat-ayat kudus nan diciptakan oleh Allah.

Ayat kudus nan terdapat dalam Al-Quran dipercaya bisa memberikan imbas positif bagi janin nan terdapat dalam kandungan. Selain itu, mengajarkan anak membaca dan memahami Al-Quran sejak dini akan mampu menjauhkannya dari sifat-sifat tercela dalam kehidupannya.



  1. Menyayangi anak

Nabi Muhammad Saw ialah sosok nan sangat menyayangi anak-anak. Dalam sebuah hadist diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah Saw mengunjungi rumah seorang Anshar, sekelompok anak datang menghampiri beliau. Maka Rasulullah pun memanggil mereka, mengelus-elus kepala mereka, dan mengucapkan salam buat mereka. (HR. Ahmad)

Hal tersebut menjadi cerminan bagi kita, bagaimana seorang Rasul Allah begitu menyayangi anak-anak sementara kita sebagai manusia biasa tak dapat menyayangi mereka dengan tulus.

Sejatinya anak-anak merupakan titipan Allah Swt. nan harus kita sayangi, kita didik, dan kita cintai. Anak-anak merupakan amanah dari Allah Swt. nan nantinya kita sebagai manusia akan dimintai pertanggungjawabannya. Oleh sebab itu, sayangi dan cintai anak-anak kita dan jadikan mereka sebagai pelita hati kita nan patut kita jaga dan lindungi.



  1. Berbicara baik dan lemah-lembut

Anak ialah peniru ulung. Orangtua nan kerap berkata kasar, meremehkan, atau mengancam tidak hanya membuat anak menjadi tidak dekat pada orangtuanya namun juga akan meniru hal tersebut. Hal tersebut tentu sangat tak disarankan dalam mendidik anak sinkron dengan ajaran Islam.

Mendidik anak tak harus dengan ancaman dan konduite kasar nan ditunjukkan kepada sang anak. Mendidik anak bisa dilakukan dengan baik. Anak bisa belajar dari apa nan orangtua tunjukkan kepada anaknya. Oleh sebab itu, bersikaplah baik dihadapan anak. Orangtua nan merupakan orang terdekat anak akan menjadi tauladan anak dalam setiap tingkah lakunya.



  1. Berlaku adil

Perlakuan tidak adil orangtua pada anak-anaknya bisa menimbulkan kesulitan di kemudian hari. Kesulitan-kesulitan nan dialami oleh Nabi Yusuf di masa mudanya tidak lepas dari perlakuan ayahnya, Nabi Yaqub, nan menyayanginya dan Benyamin lebih daripada menyayangi anak-anak nan lain. Anak-anak lain nan merasa diperlakukan tak adil pun selalu mencari akal buat mencelakakan Nabi Yusuf.

Hal ini nan harus menjadi contoh bagi setiap orangtua buat mendidik anak. Orangtua dituntut buat bersikap adil dalam segala tindakanya, baik itu kasih sayang, perhatian, dan lain sebagainya.

Dengan bersikap adil terhadap anak-anaknya maka anak-anak akan merasa bangga dan menyayangi orangtuanya. Hal ini akan menimbulkan sikap selalu terbuka terhadap orangtua manakala anak mengalami kesulitan dikemudian harinya.



  1. Mengajarkan kejujuran

Orangtua selalu meminta anak-anak berkata jujur, tetapi orangtua sendiri sering berbohong. Berbohong ini dapat terjadi sebab ketidaktahuan orangtua atau sebab kesengajaan. Karena ketidaktahuan, misalnya jika anak bertanya, “Kapan saya sembuh?” orangtua menjawab, “Besok”. Ternyata keesokan harinya ia belum sembuh. Orangtua mungkin bermaksud menghibur dan bukan berbohong, tapi justru kesan berbohong itulah nan ditangkap oleh anak.

Perilaku seperti ini mungkin sering dilakukan oleh orangtua diluar sana. Hal tersebut memang tidaklah mudah ketika kondisi nan mengharuskan buat berbohong. Namun, hal tersebut bukanlah sebuah jalan pintas.

Orangtua dapat memberikan pengharapan atau anjuran buat anak ketika kondisi seperti di atas terjadi, misalnya orangtua bisa mengatakan, “berdoa saja, semoga besok kamu dapat sembuh”.

Segala hal dapat dilakukan dengan kejujuran. Karena kejujuran merupakan satu hal nan mengajarkan manusia buat bisa menerima segala resiko nan ada. Hal ini berbeda dengan kebohongan, sekali saja orang berbohong maka seterusnya orang tersebut akan mencari kebohongan-kebohongan lainnya.



  1. Memberikan pendidikan nan baik

Selain pendidikan di rumah, orangtua pun perlu memilihkan sekolah nan baik dan sinkron dengan akidah. Sebuah gejala nan mengkhawatirkan, sekarang banyak orangtua muslim menyerahkan pendidikan anak-anaknya nan masih berusia dini kepada lembaga-lembaga pendidikan nan tidak sinkron akidah Islam. Rasulullah bersabda,

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam) dan kedua orangtuanya lah nan menjadikannya Majusi, Nasrani, atau Yahudi.” (HR. Bukhari)

Dari hadist di atas bisa dijelaskan bahwa orangtua haruslah teliti dan berpikir matang buat memilihkan sekolah buat anaknya. Tidak harsu selalu memberikan pendidikan pada anak dengan biaya mahal dan di sekolah nan terkenal. Dengan menyekolahkannya di sekolah nan banyak memasukkan unsur agama, anak bisa menerima pendidikannya nan cukup baik.



  1. Mencarikan pasangan hayati (jodoh) nan baik

Memiliki pasangan hayati nan baik berarti merupakan awal nan baik buat menerapkan pola pendidikan anak dalam Islam bagi anak-anak nan akan lahir dari sebuah pernikahan.

Setelah anak beranjak dewasa dan sudah masuk ke usia nan cukup buat menjalin sebuah ikatan pernikahan, tak ada salahnya jika orangtua ikut dalam menyeleksi calon pendamping anaknya.

Memilih calon pasangan anak tak harus selalu dengan cara menjodohkannya. Cukup dengan mendoakan, ikut berperan dalam pemilihan jodoh, dan memberi saran mengenai perjodohan sang anak. Hal ini bisa membantu anak dalam mencari pasangan hayati anak.

Hal ini nan sering disalahartikan oleh orangtua buat mencarikan jodoh buat anaknya. Memang tak ada salahnya orangtua ikut campur dalam memilih jodoh buat anak. Akan tetapi, nan perlu diingat ialah pasangan nan cocok menurut orangtua belum tentu cocok buat sang anak.

Dengan berpegangan pada prinsip pendidikan anak dalam Islam ini, orangtua boleh berharap anak-anaknya kelak akan menjadi anak nan berbakti, sukses, serta senang global dan akhirat. Hal inilah nan merupakan asa bagi seluruh orangtua nan ada di global ini.

Semoga bermanfaat.