Kata-Kata Kematian Sebagai Renungan

Kata-Kata Kematian Sebagai Renungan

Tahukah Anda tentang kata kata kematian ? Tiap-tiap nan hayati niscaya akan mati. Begitu juga dengan manusia. Setiap detik manusia nan lahir di muka bumi maka diikuti juga dengan peristiwa kematian. Membicarakan kematian seringkali dihindari oleh manusia, sebab selalu membawa kesedihan dan ketakutan akan takdir ini. Bagaimanapun setiap manusia menyadari bahwa takdir kematian ini akan segera datang dengan niscaya dalam waktu nan cepat atau lambat. Pencerahan akan takdir ini seringkali di ungkapkan melalui kata-kata kematian nan di tulis oleh manusia semasa hidupnya.

Meskipun kata-kata kematian selalu dihindari oleh manusia, tetapi pada kenyataannya manusia akan selalu membaca , mendengar, mengingatnya, bahkan juga mengucapkannya. Bahkan tidak sporadis orang nan suka mengucapkan kata-kata kematian dikaitkan dengan sebuah firasat tentang kepergiannya sebagai ucapan selamat tinggal terakhir pada global dan orang-orang disekitarnya. Dibawah ini pemahaman tentang kata-kata kematian. Tetapi hendaknya tak hanya sekedar kata-kata nan numpang selewat saja tapi juga sebagai perenungan dan mengandung hikmah bagi kita sebagai manusia nan masih hayati dan tentunya niscaya mati.



Kata-Kata Kematian Sebagai Peringatan

Setiap agama memiliki panduan hidup, yaitu kitab salah satunya. Masing-masing kitab akan menuntun ajaran agama kepada pemeluknya. Takdir wafat ialah salah satu nan absolut diimani oleh manusia beragama dan disebutkan dalam kitabnya. Kata kata kematian dalam kitab tentunya sebagai peringatan dan juga mengandung hikmah pada umumnya . Salah satunya ialah Al Qur’an kitab kudus agama Islam, banyak menuliskan kata-kata tentang kematian dalam ayat-ayatnya. Seperti tercantum dalam salah satu ayat berikut ini:

"Tiap-tiap nan bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan global itu tak lain hanyalah kesenangan nan memperdayakan." (QS. Ali-Imran, 3: 185).

Dan ayat lainnya tentang peringatan wafat yaitu dalam QS. Az-Zumar, 39-30 nan berbunyi: " Sesungguhnya engkau akan wafat dan sesungguhnya mereka akan wafat (pula).” Dan dipertegas juga dengan ayat lainnya, yaitu: “Dan datanglah sakaratul maut nan sebenar-benarnya. Itulah nan kamu selalu lari dari padanya.” (QS: Qaaf: 19).

Setiap manusia pada hakekatnya tak menginginkan kematian bagi dirinya sendiri juga pada orang-orang tercinta di sekitarnya. Tetapi dengan adanya ayat-ayat nan menerangkan tentang kematian , hendaknya manusia selalu mengingat dan mempersiapkan bekal amal saleh buat menuju kehidupan kekal setelah mati.



Kata-Kata Kematian Sebagai Ungkapan Firasat

Terkadang kata-kata kematian tak secara gamblang di ungkapkan atau di tuliskan. Bahkan kata-kata kematian bisa di samarkan melalui sebuah pesan. Seperti baru-baru ini kita dikejutkan oleh meninggalnya ustadz termahsyur di Indonesia, yaitu Ustadz Jefry Al Buchori. Begitu banyak tausiah-tausiah beliau di sukai umat muslim di Indonesia.

Salah satu tema nan sering didengungkan dalam ceramahnya alm. Uje (panggilan akrab ustad gaul ini) ialah tentang kematian, jangan takut wafat dan bekal nan di bawa mati. Sebelum kecelakaan merenggut nyawanya, almarhum menuliskan sebuah kata-kata diakunnya pada salah satu sosial media. Meskipun biasa layaknya pesan seorang ustadz tetapi hal ini di anggap tulisan kata-kata terakhirnya dan merupakan sebuah ungkapan firasat selamat tinggal oleh umat. Bahkan banyak di unggah dan di kutip di berbagai jejaring sosial hingga media massa lainnya. Kata-kata tersebut berbunyi:

“pada akhirnya..semua akan menemukan nan namanya titik jenuh.. dan pada saat itu..kembali ialah nan terbaik.. kepada siapa? Kepada DIA pastinya. Bismika Allohumma ahya wa amuut.”.

Siapa nan tak tahu Steve Jobs? Pendiri dan innovator Apple ini pun sebelum mati , banyak mengungkapkan kata kata kematian dalam pidatonya pada bulan Juni 2005 di hadapan wisudawan Universitas Stanford, AS. Kutipan pidato Steve Jobs tentang kematian tersebut, dipublikasikan kembali oleh sejumlah media massa di Amerika Perkumpulan pada saat hari wafatnya beliau, 5 Oktober 2011 pada usia 56 tahun sebab menderita kanker pankreas. Beberapa kutipan Jobs tentang kematian antara lain

"Tidak ada nan mau mati. Bahkan orang-orang nan ingin masuk surga pun tak ingin lebih dulu mati. Namun, kematian ialah tujuan nan harus dihadapi kita semua. Tidak ada satupun nan dapat lolos dari kematian, dan itu nampaknya sudah seharusnya demikian, sebab kematian kemungkinan besar ialah pencapaian terbaik dalam hidup. Itu ialah agen perubahan dalam hidup, dengan menggantikan nan tua buat membuka jalan bagi nan baru," kata Jobs. Ungkapan-ungkapan Steve Jobs tentang kematian pada pidato di tahun 2005 di anggap sebuah firasat akan kepergiannya.



Kata-Kata Kematian Sebagai Renungan

Bila kita membuka mata, pikiran dan secara positif saja saat membaca kata-kata kematian, maka hal ini bukanlah sesuatu nan menakutkan. Menelusuri dan memahami makna dari kata-kata kematian akan membawa pesan dan hikmah nan berguna bagi pembacanya. Tak sporadis tulisan kata-kata tentang kematian nan dikemas dalam puisi nan latif menimbulkan perasaan nan menyentuh. Seperti contoh puisi tentang kematian karya Jalaludin Rumi ini, seorang penyair dan sufi termashur dari Persia.

MATI SEBELUM ENGKAU MATI

Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai
Karena kematian ialah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tidak kan habis sebelum kau Mati
Kau tidak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tidak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tidak kan bisa menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan “mann” terakhir…Perahu nan sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum ‘Mati’,
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari global akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu ‘Hancurkan’lah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu…Wahai mereka nan memiliki ketulusan…
Jika ingin terbuka ‘tirai’
Pilihlah ‘Kematian’ dan sobekkan ‘tirai’
Bukanlah sebab ‘Kematian’ itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi sebab ‘Kematian’ ialah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya…
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tidak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tidak tersisa lagi duri nestapa…
Bagi sebagian penyair mengungkapkan tulisan berisi kata-kata kematian juga merupakan bentuk kenangan akan sosok pribadi seseorang nan patut di kenal atau di ingat semasa hidupnya sebab sejarah kehidupan atau peristiwa krusial nan dimilikinya saat itu. Salah satu contoh puisi terkenal nan berisikan kata-kata kematian nan di untuk oleh salah seorang penyair Indonesia, Azizah Hefni. Puisi ini di untuk buat mengenang alm. Munir seorang tokoh pejuang kemerdekaan Hak Azazi Manusia.

TENTANG KEMATIAN
(Antologi Puisi buat Munir)

Tentang sebuah kematian
Tanpa tiang bendera
Atau tanda-tanda
Juga kabar-kabar
Hadir di celah pagi malam
Di sela tarik dan desah
Pada ujung-ujung waktu tanpa detak
Juga pangkal-pangkal sudut ruangan
Bahwa Tuhan memberi kertas
Dengan garis-garis tebal peringatan
Akan wicara kuasa nan takkan dapat tersentuh
Oleh sesuatu nan halus
atau sekecil apapun
Kemudian,
Untuk alam
Juga geliat-geliat nyawa nan dititipkan
Bersediakah bila
Tuhan memintamu buat pulang?

Malang, 27 Oktober 2005

Penggalan ayat, kutipan kata kata kematian dari tokoh terkenal dan puisi kematian tersebut, hendaknya bisa menjadi sebuah renungan nan panjang dan membawa kesan nan mendalam bagi kita nan masih hidup. Karena kematian ialah bukan akhir dari segalanya, tetapi awal menuju termin kehidupan kekal selanjutnya.